Friday, November 1, 2013

Indosat Merugi Hingga 1,76 Triliun Rupiah Di Kuartal Ketiga 2013

Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Pepatah ini cocok untuk menggambarkan kondisi Indosat saat ini. Rugi Rp 1,76 triliun, satelit disadap, dan slot orbit dicabut. Lengkap sudah derita Indosat. Dalam laporan keuangan terbarunya, kerugian Indosat semakin membengkak. Dari rugi Rp 231,2 miliar di semester pertama, terus memburuk jadi Rp 1,766 triliun di kuartal ketiga 2013.

Kondisi keuangan yang morat-marit ini melengkapi derita Indosat yang sebelumnya dipastikan tak lagi mengelola slot orbit satelit di 150.5 BT. Anak usaha Ooredoo ini hanya berhak numpang di slot orbit tersebut sampai satelit Palapa C2 habis masa edarnya di 2015 nanti. Imbasnya, kerugian yang ditaksir bisa mencapai USD 250 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun dari biaya persiapan satelit Palapa E yang semula direncanakan untuk suksesor Palapa C2 tadi.

Keuangan Indosat masih belum membaik di kuartal ketiga 2013 ini. Setelah rugi Rp 231,2 miliar di semester pertama, kinerja operator ini pun terus memburuk dengan kerugian membengkak jadi Rp 1,766 triliun. Dari keterangan pers yang dikutip, Jumat (1/11/2013), kondisi rugi Rp 1,766 triliun ini berbanding terbalik dengan kondisi di periode sama tahun lalu yang masih mampu mencatat keuntungan Rp 475,7 miliar.

Pemicu utama kerugian yang dalam hingga triwulan ketiga 2013 adalah selisih kurs dimana pada periode tersebut sebesar Rp 2,312 triliun melesat 260,2% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 641,9 miliar.

Tak hanya kerugian yang diderita, laba usaha Indosat juga turun 44,4% hingga triwulan ketiga 2013 yakni sebesar Rp 1,52 triliun dari posisi Rp 2,73 triliun di periode sama tahun lalu. Anak usaha Ooredoo ini hingga triwulan ketiga 2013 berhasil mendapatkan pendapatan sebesar Rp 17,79 triliun atau naik 9,4% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 16,27 triliun.

Pemasok utama pendapatan Indosat adalah jasa seluler sebesar Rp 14,4 triliun, naik 7,6% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 13,4 triliun. Jumlah pelanggan selular yang dimiliki Indosat hingga triwulan ketiga 2013 sebesar 53,8 juta nomor yang dilayani 23.207 BTS dengan average revenue per user (ARPU) Rp 27,5 ribu.

Sedangkan jasa non selular menghasilkan pendapatan sebesar Rp 3,3 triliun atau naik 17,7% dibandingkan peridoe sama tahun lalu sebesar Rp 2,8 triliun. Selama sembilan bulan 2013 Indosat memiliki Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization(EBITDA) sebesar Rp 7,9 triliun atau naik 3,9% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 7,6 triliun. Sementara EBITDA margin di posisi 44,8% atau turun 2,3% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 47,1%

Rumor itu pun jadi kenyataan. Slot orbit 150,5 Bujur Timur (BT) yang saat ini tengah dihuni satelit Palapa C2 milik Indosat ternyata telah resmi dicabut oleh pemerintah. Lantas bagaimana nasib satelit Palapa berikutnya nanti? Ketika dikonfirmasi, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto membenarkan kabar pencabutan tersebut. Surat penarikan slot orbit itu pun telah sampai ke tangan Indosat beberapa waktu yang lalu.

"Memang betul ada surat dari Kominfo per tanggal 19 September 2013 ke Indosat. Intinya menarik kembali pengelolaan slot orbit 150.5 BT dan sepenuhnya akan dikelola oleh pemerintah. Konsekuensinya, Indosat tidak akan berhak mengelola slot orbit tersebut," ungkapnya saat dihubungi, Kamis (3/10/2013).

Gatot menjelaskan, Indosat masih berhak atas slot orbit tersebut hingga masa edar dari satelit Palapa C2 habis 2016 nanti. "Namun sejauh ini status slot orbit itu milik pemerintah Indonesia. Tidak benar isu ITU (International Telecommunication Union) menarik (slot orbit)," tegasnya.

 Ketika ditanya penarikan slot orbit dari Indosat karena adanya keinginan dari konsorsium perbankan yang ingin memiliki satelit sendiri untuk jalur komunikasi, Gatot menegaskan, dalam surat yang dilayangkan Kominfo tidak disebut akan diserahkan ke mana, tetapi yang jelas akan digunakan untuk pemanfaatan yang lebih besar.



Berkaitan dengan nasib dari surat Indosat yang dilayangkan ke Kominfo , Gatot mengakui ada surat balasan dari Indosat yang dikirimkan ke Menkominfo Tifatul Sembiring. "Ada surat masuk. Belum direspons," ungkapnya.


Pencabutan slot orbit ini cukup mengejutkan meski rumornya telah beredar sejak lama. Apalagi, Indosat berencana untuk memanfaatkan slot orbit tersebut untuk satelit Palapa E di 2016 nanti setelah Palapa C2 habis masa orbitnya.

President Director & CEO Indosat Alexander Rusli angkat bicara soal dicabutnya slot orbit 150.5 BT yang saat ini masih dihuni Satelit Palapa C2. Menurutnya, tak hanya Indosat yang rugi USD 250 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun, namun pemerintah juga ikut kena imbasnya.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Kominfo telah mengirimkan surat resmi untuk mencabut hak kelola slot orbit yang sebelumnya dikuasakan ke Indosat. Surat yang ditandatangani Menkominfo Tifatul Sembiring ini telah dikirimkan akhir September lalu.

Indosat yang mendapati kenyataan ini, tak rela slot orbitnya dicabut. Diakui oleh Alex, panggilan akrab Alexander Rusli, Indosat pun telah berupaya memperjuangkan slot orbit tersebut demi kepentingan Satelit Palapa E yang nantinya diluncurkan di 2016 untuk menggantikan Satelit Palapa C2 yang habis masa orbitnya.

"Kami telah mengirimkan surat untuk meminta klarifikasi lebih jauh soal rencana itu. Kalau ditanya kerugiannya, yang pasti besar banget. Bukan cuma Indosat yang rugi, tapi pemerintah juga. Di Indosat kanada 14% saham negara," sesal Alex saat dihubungi, Kamis (3/10/2013).

Ia pun mengingatkan, jika pemerintah akan menarik slot orbit itu maka Indosat akan menderita potensi kerugian sekitar USD 200 juta hingga USD250 juta. Angka itu dari hitung-hitungan biaya pembuatan dan peluncuran satelit baru Palapa E.

"Angka yang pasti dari uang muka ke Orbital yang sudah kita setorkan untuk membuat satelit dan peluncurannya" katanya.

Alex juga menegaskan, saat ini slot orbit 150.5 BT masih dihuni oleh satelit Palapa C2 milik Indosat. "Itu satelit masih aktif dan ada pelanggannya. Kita masih mendapatkan pendapatan dari sewa transpondernya," ujarnya.



Sebelumnya, dalam rangka menunjukkan komitmen mengembangkan slot orbit 150.5 BT, Indosat telah menandatangani perjanjian dengan Orbital Sciences. Orbital Sciences Corporation adalah perusahaan dari Amerika Serikat yang digandeng Indosat untuk proses desain, produksi dan peluncuran satelit Palapa-E pada 2016 nanti yang akan menggantikan satelit Palapa C2.



Orbital juga tengah mencarikan fasilitas kredit ekspor bagi pendanaan satelit Palapa-E karena Indosat hanya mampu menalangi dari dana internal sekitar USD 50 juta dari total investasi sekitar USD 200 juta hingga USD 250 juta.

 Belum lama ini, Indosat juga menandatangani nota kesepakatan dengan perusahaan satelit asal jepang, Sky Perfect JSAT untuk meningkatkan nilai komersial dari slot orbit 150.5 BT. Hasil kerja sama dengan perusahaan maka Indonesia akan memiliki akses terhadap filing Ku-Band.


Satelit Penyadap
Sudah (kinerja keuangan) jatuh, masih tertimpa tangga (masalah satelit) pula. Derita Indosat soal satelit belum berakhir. Satelit Palapa punya Indosat ini belakangan disebut-sebut sebagai satelit tunggangan untuk penyadapan. Kabar ini juga telah sampai ke telinga para petinggi di Kementerian Kominfo. Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto pun mengatakan akan segera mengklarifikasi isu penyadapan satelit Palapa yang beredar di media massa belakangan ini

"Bahwasanya satelit dapat disadap sesungguhnya bukan isu baru. Sejauh ini Kominfo belum minta klarifikasi ke Indosat, nanti ada direktorat yang menangani soal itu," jelasnya saat berbincang, Jumat (1/11/2013).Dasar hukum meminta klarifikasi adalah Pasal 21 UU Telekomunikasi No. 36/1999, yang intinya penyelenggara telekomunikasi dilarang melakukan kegiatan yang bertentangan dengan keamanan, ketertiban, kepentingan umum dan kesusilaan. Sesuai Pasal 21 tersebut, seperti ditegaskan Gatot, ada kewajiban dari operator untuk memastikan bahwa satelitnya memiliki early warning report jika terjadi intersepsi.

Target Intelijen
Kominfo diminta tanggapannya terkait kabar beredar tentang Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang bekerja sama dengan Direktorat Sandi Australia dalam memantau dan menyadap komunikasi sejumlah negara di Asia Pasifik. Target utama kedua badan intelijen itu ialah Satelit Palapa milik Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler dan komunikasi radio di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Papua Nugini.

Pemantauan itu dilakukan melalui Kedutaan Besar AS dan Kedutaan Besar Australia di Jakarta. "Kami menggunakan kedutaan besar di kawasan kami untuk memantau komunikasi lokal, khususnya percakapan telepon bergelombang mikro," ungkap pakar intelijen Australia, Des Ball, kepada Australian Broadcasting Corporation.

Ball mengatakan keempat fasilitas spionase tersebut dapat memantau komunikasi sipil serta militer dari kawasan Pasifik tengah hingga wilayah Samudra Hindia. Gatot menjelaskan, isu penyadapan sudah menjadi perhatian bersama baik regulator, operator satelit dan konsumen itu sendiri, khususnya lembaga-lembaga strategis. Menurutnya, hal yang menjadi masalah adalah dibutuhkan suatu sistem aplikasi tersendiri untuk mengubah enskripsi materi yang dikomunikasikan.

"Hal yang justru kami khawatirkan bukan apakah Indosat sudah buat aplikasi atau belum. Tetapi kami khawatir jika ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan aplikasi untuk menyadap satelit. Selain harga terjangkau, juga karena sulit mengontrolnya," katanya.

Indosat sendiri berdasarkan catatan memiliki dua satelit yakni Palapa C-2 dan Palapa D. Palapa C-2 sudah habis nilai ekonomisnya. Sebanyak 65% saham Indosat dikuasai oleh Ooredoo. Dalam laporan keuangan di triwulan ketiga 2013, Ooredoo melaporkan Indosat memiliki 53,8 juta pengguna seluler.