Saturday, October 31, 2015

Laba Indofood Tbk Turun 45 Persen Menjadi Hanya Rp. 1,68 Triliun

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) mengalami hambatan kinerja dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Laba bersih perusahaan milik Grup Salim tersebut turun 45,2 persen menjadi Rp 1,68 triliun dari Rp 3,07 triliun pada periode yang sama 2014. Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, Anthoni Salim mengatakan penjualan neto konsolidasi perseroan tumbuh sebesar 1,5 persen menjadi Rp 47,56 triliun dari Rp 46,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kelompok Usaha Strategis Produk Konsumen Bermerek (CBP), Bogasari, Agribisnis, dan Distribusi masing-masing memberikan kontribusi sekitar 50 persen, 24 persen, 18 persen, dan 8 persen terhadap penjualan neto konsolidasi,” ujarnya di Jakarta, Jumat (30/10). Ia menambahkan, laba usaha naik 1,0 persen menjadi Rp 5,42 triliun dari Rp 5,37 triliun, sedangkan marjin laba usaha sedikit turun menjadi 11,4 persen. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk (laba bersih) turun 45,2 persen menjadi Rp 1,68 triliun dari Rp 3,07 triliun.

“Marjin laba bersih turun menjadi 3,5 persen dari 6,6 persen terutama disebabkan oleh rugi selisih kurs yang belum terealisasi sebagai akibat melemahnya nilai tukar rupiah,” katanya. Anthoni Salim menjelaskan, dengan tidak memperhitungkan akun non-recurring dan selisih kurs, core profit yang mencerminkan kinerja operasional turun 11,8 persen menjadi Rp 2,71 triliun dari Rp 3,07 triliun.

“Kondisi makro ekonomi dalam beberapa bulan terakhir cukup memberikan tantangan bagi kami. Melemahnya harga CPO dan nilai tukar rupiah telah mempengaruhi laba bersih kami, namun core pofit hanya turun sebesar 11,8 persen,” ucapnya. Sementara, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tercatat membukukan pertumbuhan penjualan bersih konsolidasi sebesar 5,8 persen menjadi Rp 24,10 triliun pada sembilan bulan pertama 2015, dibandingkan Rp 22,78 triliun untuk periode yang sama pada tahun lalu.

Kontribusi penjualan dari Divisi Mi instan, Dairy, Makanan Ringan, Penyedap Makanan, Nutrisi & Makanan Khusus dan Minuman, masing-masing mencapai sekitar 65 persen, 18 persen, 6 persen, 3 persen, 2 persen and 6 persen dari total penjualan neto konsolidasi. Adapun laba usaha tumbuh 23,5 persen menjadi Rp 3,20 triliun dari Rp 2,59 triliun, dan marjin laba usaha naik menjadi 13,3 persen dari 11,4 persen. Sementara laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 16,3 persen menjadi Rp 2,44 triliun dari Rp 2,10 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya; marjin laba bersih naik menjadi 10,1 persen dari 9,2 persen. Core profit tumbuh 19,7 persen menjadi Rp 2,45 triliun dari Rp 2,05 triliun.

"Secara umum kondisi pasar tidak mengalami perubahan setelah Hari Raya. Kami senang bahwa ICBP dapat mempertahankan pertumbuhan yang sehat, baik dalam segi penjualan maupun laba bersih,” kata Anthoni Salim

Laba Bersih PT Jasa Marga Tbk Turun 17,44 Persen

Operator jalan tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk, mencetak laba bersih Rp 670,03 miliar pada semester I 2015, turun 17,44 persen dari perolehan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 811,59 miliar. Pelemahan kinerja tersebut disebabkan melonjaknya beban akibat aktivitas investasi dan pelemahan bisnis konstruksi. Sekretaris Perusahaan Jasa Marga Mohammad Sofyan menyatakan pada semester I 2015, perseroan membukukan pendapatan usaha di luar pendapatan konstruksi sebesar Rp 3,63 triliun. Pendapatan usaha ini merupakan kontribusi dari pendapatan tol sebesar Rp 3,41 triliun dan pendapatan usaha lain Rp 229,13 miliar.

“Khusus pendapatan tol tumbuh 7,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. Merefleksikan pertumbuhan volume lalu lintas transaksi pada semester I 2015. Sementara semester I 2014 volume lalu lintas transaksi adalah sebesar 639,30 juta transaksi meningkat menjadi 666,67 juta transaksi pada semester I 2015 atau tumbuh 4,3 persen,” ujar Sofyan dalam keterangan resmi, Kamis (30/7).

Ia menyatakan, peningkatan volume lalu lintas transaksi ini memberikan keyakinan bagi Jasa Marga untuk dapat mencapai target pertumbuhan volume lalu lintas transaksi sampai akhir 2015 sebesar 4,5 persen di tengah perlambatan ekonomi serta penurunan penjualan kendaraan.  Meskipun jumlah kendaraan yang melintasi pintu tol Jasa Marga bertambah, namun pendapatan konstruksi Jasa Marga justru turun drastis akibat ekspansi bidang konstruksi yang rendah.

“Mengingat sebagian besar aktivitas konstruksi ruas-ruas baru yang akan dioperasikan tahun ini telah terlaksana pada tahun lalu, maka pendapatan konstruksi pada semester I 2015 sejumlah Rp 455,22 miliar terlihat lebih rendah dari semester I 2014 sejumlah Rp 1,05 triliun,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan dengan adanya aktivitas investasi dan penambahan panjang jalan tol operasi sebesar 22 kilometer (km) pada 2014, maka beban usaha (di luar beban konstruksi) meningkat sebesar 14,0 persen. Aktivitas investasi ini, lanjutnya, tercermin pada peningkatan beban depresiasi dan amortisasi sebesar 18,3 persen yaitu dari Rp 395,01 miliar menjadi Rp 467,25 miliar.

“Dengan beroperasinya 22 km jalan tol baru pada tahun 2014, berdampak pada meningkatnya beban keuangan sebesar 19,5 persen yaitu dari Rp 557,00 miliar menjadi Rp 665,43 miliar,” tambahnya. Di sisi lain, ia menyatakan bahwa pada semester I 2015, aset Jasa Marga meningkat menjadi Rp 32,67 triliun yang ditopang oleh realisasi belanja modal pada semester I 2015 sebesar Rp 1,24 triliun.

Dari sisi konsesi, Sofyan menyatakan dengan diakusisinya Ruas Tol Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, dan Cinere-Serpong sepanjang 187 km, maka sampai dengan semester I tahun 2015 Perseroan telah memiliki konsesi sepanjang lebih kurang 1.000 km. Sepanjang tahun ini sendiri, perseroan telah mengoperasikan Ruas Jalan Tol Gempol-Pandaan sepanjang 13,6 km pada Juni 2015.

“Selanjutnya perseroan menargetkan pengoperasian dua ruas tol baru di Jawa Timur (Ruas Gempol-Pasuruan Seksi Gempol-Rembang dan Ruas Surabaya-Mojokerto Seksi Krian-Mojokerto) sehingga total keseluruhan penambahan panjang jalan tol operasi pada akhir tahun 2015 adalah sekitar 46 km,” jelasnya. Analis CIMB Securities Patricia Sumampouw mengatakan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar seluruh operator jalan tol memberikan diskon sampai 35 persen mulai 7-22 Juli 2015 telah diikuti oleh Jasa Marga.

Pemerintah menurut Patricia menyatakan hal ini dapat meringankan kemacetan 40 persen di non jalan tol sehingga operator tol tidak akan terpengaruh negatif secara financial karena akan ada peningkatan penggunaan jalan tol meskipun tarifnya turun. “Di kalkulasi CIMB, earnings bisa kena dampak 3,2 persen, kurang lebih dengan asumsi tidak ada penambahan traffic selama periode diskon,” ujarnya dalam riset, belum lama ini. Patricia melihat risiko intervensi Pemerintah di fee tol cukup rendah seiring tarif tol Indonesia rendah, dan adanya major proyek tol yang Pemerintah berjanji dengan menggandeng sektor privat.

“Intervensi di penyesuaian tarif akan menurunkan target ambisius ini,” jelasnya. Operator jalan tol pelat merah, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mencetak laba Rp 329,50 miliar sepanjang kuartal I 2015, turun 12 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 376,05 miliar. Penurunan ini terjadi lantaran merosotnya pendapatan dan naiknya biaya keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2015 perseroan, sejak awal penurunan laba terutama disebabkan oleh melemahnya total pendapatan usaha Jasa Marga di periode tersebut. Total pendapatan usaha Jasa Marga pada kuartal I-2015 sebesar Rp 1,97 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,08 triliun.

Jika dirinci, pendapatan tol Jasa Marga sebenarnya meningkat menjadi Rp 1,65 triliun dari Rp 1,52 triliun. Namun, pendapatan konstruksi perseroan melemah tajam dari Rp 462,31 miliar menjadi Rp 195,07 miliar. Padahal, beban usaha Jasa Marga pada kuartal I 2015 turun menjadi Rp 1,21 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,32 triliun. Dengan kondisi tersebut, perseroan masih dapat mencatat laba usaha sebesar Rp 761,95 miliar, naik tipis dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 761,73 miliar.

Tetapi terdapat biaya keuangan yang naik menjadi Rp 330,13 miliar, dari Rp 263,49 miliar di periode yang sama tahun lalu. Hal itu membuat laba sebelum pajak turun menjadi Rp 430,39 miliar dari Rp 496,79 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.Sebelumnya, Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman pernah mengutarakan bahwa Jasa Marga memasang target laba bersih untuk tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun. Laba 2015 turun sekitar 14 persen dari pencapaian tahun lalu yang mencapai Rp 1,4 triliun.

"Untuk tahun ini target kami Rp 1,2 triliun," kata Adityawarman dalam RUPS, Maret lalu. Adityawarman tidak menjelaskan lebih mendetail penyebab turunnya target laba bersih perseroan tahun ini. Namun, menurutnya target tersebut sudah memperhitungkan rencana ekspansi Jasa Marga pada sepanjang tahun ini. Pada tahun 2015, perseroan berencana untuk mengoperasikan tiga ruas jalan tol baru di Jawa Timur yaitu jalan tol Gempol-Pandaan sepanjang 12 kilometer (km), jalan tol Gempol-Pasuruan Ruas Gempol-Rembang sepanjang 13,9 km dan jalan tol Surabaya-Mojokerto Ruas Krian-Mojokerto sepanjang 18,5 km.

Bersamaan dengan pengoperasian jalan tol Gempol-Pandaan, perseroan juga akan mengoperasikan ruas Kejapanan-Gempol sepanjang 4 km yang merupakan relokasi ruas Porong-Gempol. Saat ini, perseroan juga sedang mengikuti tender investasi ruas jalan tol Pasir Koja-Soreang. Jasa Marga juga telah meningkatkan jumlah Gardu Tol Otomatis (GTO) pada ruas-ruas yang dikelola menjadi sejumlah 272 gardu atau sebesar 30 persen dari total gardu operasi. Pada tahun 2015, perseroan menyediakan fasilitas top up di gardu untuk memberikan kemudahan bagi pengguna kartu e-Toll

Pelayanan Buruk Tapi Pemerintah Terus Naikan Tarif Jalan Tol

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritisi keputusan pemerintah menaikkan tarif tol di 15 ruas tol di Indonesia. Kenaikan yang akan diberlakukan pada 1 Nopember 2015 itu dinilai tidak tepat di tengah kondisi perekonomian yang sedang menurun. “Menaikkan tarif tol tidak tepat, karena akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Kenaikan tol pasti akan memicu kenaikan harga-harga logistik, termasuk tarif angkutan umum. Apalagi saat ini kondisi ekonomi sedang lesu," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, dalam keterangan resmi, Sabtu (31/10).

YLKI melihat kenaikan tarif tol tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas tol. Fungsi dan manfaat tol tiap tahun dianggap terus menurun. Hal tersebut terlihat dari penurunan rata-rata kecepatan kendaraan di dalam tol, terutama di tol dalam kota. Selain itu, penumpukan kendaraan di loket antrian juga menjadi bukti bahwa tidak ada peningkatan kualitas terhadap tol yang ada di Indonesia.

Lebih lanjut, Standar Pelayan Minimal (SPM) juga menjadi sorotan dalam terhadap pengoperasian tol. Selama ini, YLKI melihat tidak ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan mutu SPM, justru yang terjadi adalah kemunduran. YLKI menilai, kualitas SPM jalan tol menjadi tolak ukur untuk menaikkan tarif.

"Standar pelayanan menjadi prasyarat kenaikan tarif. Sampai detik ini, loket pelayanan tol masih manual, dengan cash. Padahal, Malaysia yang dulu belajar jalan tol dari Indonesia, sekarang semua transaksi pembayaran jalan tol dengan cashless. Jadi operator jalan tol tidak pernah meng-upgrade standar pelayanan minimalnya, dan hanya bisa merengek kenaikan tarif saja," ujar Tulus. Sementara itu, untuk mendorong terjadinya peningkatan SPM dan kualitas jalan tol, YLKI mendorong Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk melakukan audit secara terbuka bagaimana tingkat kepatuhan dan pemenuhan operator jalan tol dalam meningkatkan dan memenuhi standar pelayanan minimal jalan tol.

Namun demikian, YLKI menyatakan Kementerian PU telah mengabaikan kepentingan masyarakat dan pengguna jalan tol. Hal tersebut terlihat dari tidak ada upaya serius yang dilakukan oleh Kementerian PU untuk meningkatkan mutu jalan tol yang tarifnya akan dinaikkan. Sebelumnya, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat Nomor 507/KPTS/M/2015 tentang Penyesuaian Tarif Tol menyatakan beberapa ruas jalan tol akan mengalami kenaikan.

Perubahan tarif tol diputuskan berdasarkan Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan dan Pasal 68 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. Aturan itu menyatakan evaluasi dan penyesuaian tarif tol dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Badan Pengatur jalan Tol (BPJT) berdasarkan tarif lama yang disesuaikan dengan pengaruh inflasi sesuai dengan formula; Tarif baru = tarif lama (1 inflasi).

Besaran inflasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada surat Nomor B.153/BPS/6230/SHK/9/2015 diantaranya inflasi wilayah Jakarta 12,51 persen, Bandung 10,39 persen, Cirebon 8,35 persen, Bogor 9,57 persen, Surabaya 11,35 persen, Medan 12,34 persen, Semarang 10,53 persen, Tangerang 12,89 persen, Makassar 11,89 persen, Serang 14,78 persen, Cilegon 13,02 persen dan Bali 10,72 persen.

Berikut 15 ruas jalan tol yang akan disesuaikan tarifnya pada 1 Nopember 2015:
  1. Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) 
  2. Jakarta-Tangerang 
  3. Dalam kota Jakarta 
  4. Tangerang-Merak
  5. Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR)
  6. Serpong-Pondok Aren 
  7. Pondok Aren-Ulujami. 
  8. Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang)
  9. Padalarang-Cileunyi 
  10. Palimanan-Kanci,
  11. Semarang ABC
  12. Surabaya-Gempol 
  13. Belawan-Medan-Tanjung Morawa 
  14. Tol Ujung Pandang Tahap I dan II
  15. Bali Mandara
PT Marga Mandalasakti (MMS), pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak, mengumumkan kenaikan atau penyesuaian tarif jalan tol itu terhitung mulai 1 November 2015 pukul 00.00. "Ada kenaikan sebesar 14,64 persen," kata Presiden Direktur MMS Wiwiek D. Santoso dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Sabtu, 30 Oktober 2015. Berdasarkan persentase tersebut, maka tarif jalan tol terjauh untuk ruas Jalan Tol Tangerang-Merak mengalami penyesuaian sebagai berikut
  • golongan I naik menjadi Rp 41.500 dari Rp 36.000, 
  • golongan II menjadi Rp 57.000 dari Rp 50.000,
  • golongan III menjadi Rp 68.000 dari Rp 59.500,
  • golongan IV menjadi Rp 89.500 dari Rp 78.000, 
  • golongan V menjadi Rp 108.000 dari Rp 94 ribu.
Wiwiek mengatakan penyesuaian tarif ini berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 507/KPTS/M/2015 tertanggal 28 Oktober 2015 tentang Penyesuaian Tarif Jalan Tol pada beberapa ruas jalan tol, termasuk Jalan Tol Tangerang-Merak. Penyesuaian tarif jalan tol ini telah diatur dalam Pasal 48 ayat 3 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Pasal 68 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol bahwa evaluasi dan penyesuaian tarif jalan tol dilakukan setiap dua tahun sekali oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) berdasarkan tarif lama yang disesuaikan dengan pengaruh inflasi.

Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik, tingkat inflasi yang mempengaruhi penyesuaian tarif di ruas Jalan Tol Tangerang-Merak sebesar 14,64 persen, sama dengan besaran persentase penyesuaian tarif Jalan Tol Tangerang-Merak. Wiwiek mengatakan penyesuaian tarif pada Jalan Tol Tangerang-Merak ini juga diiringi dengan peningkatan pemenuhan delapan indikator standar pelayanan minimal (SPM) sesuai dengan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol dan Pasal 20 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2007 tentang Petunjuk Teknis Pemeliharaan Jalan Tol dan Jalan Penghubung.

Standar pelayanan minimal itu adalah kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas keselamatan, unit pertolongan/penyelamatan, bantuan pelayanan, kebersihan lingkungan, serta kelaikan tempat istirahat dan pelayanan. “MMS sudah melakukan peningkatan fasilitas Jalan Tol Tangerang-Merak, seperti penambahan gerbang jalan tol dan peningkatan jalan tol manual menjadi jalan tol elektronik, penambahan jumlah ambulans dan mobil petugas pelayanan jalan tol, penambahan penerangan lampu jalan dan rambu-rambu lalu lintas, serta waktu respons semakin cepat,” ujar Wiwiek.

Saratoga Investama Sedaya Tbk Bukukan Laba Bersih Rp. 822 Milyar Di Kuartal III 2015

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk membukukan laba bersih Rp 822 miliar pada kuartal III atau naik 8 persen dari Rp 762 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Presiden Direktur Saratoga, Michael W.P. Soeryadjaya mengatakan perseroan melakukan sejumlah langkah strategis untuk memaksimalkan peluang bisnis yang ada.

“Saratoga sangat selektif dan cermat dalam menentukan investasi. Strategi ini telah membuat kinerja perusahaan positif di tengah iklim ekonomi yang dinamis dan menantang saat ini," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (29/10/2015). Di sektor sumber daya alam, perusahaan yang terafiliasi yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk telah mencatatkan saham perdananya di Bursa efek Indonesia pada Juni 2015.

Di bisnis batu bara dan energi, Adaro mencatat laba sebesar 119 juta dollar AS selama semester I-2015.  Sementara itu di bidang infrastruktur, perseroan melalui PT Lintas Marga Sedaya (LMS) telah mengoperasikan jalan tol Cikopo – Palimanan (Cipali) sepanjang 116,75 kilometer.

"Kami berkomitmen untuk melanjutkan pertumbuhan portofolio investasi dengan fokus dalam memperkuat fundamental perusahaan investasi kami. Kami tetap optimis pada jangka menengah dan jangka panjang," kata Michael. Sepanjang Kuartal III 2015, Saratoga telah membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 3,4 triliun. Sementara itu untuk laba kotor meningkat 44 persen dari Rp 507 Miliar di Kuartal III-2014 menjadi Rp 730 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Bank BJB Bukukan Peningkatan Laba Bersih Senilai 20,6 Persen Di Kuartal III 2015

Meski kondisi ekonomi Indonesia belum bangkit, Bank BJB mampu meningkatkan kinerja bisnisnya. Hal ini terlihat dari raihan laba bersih BJB hingga kuartal III tahun 2015 yang meningkat 20,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

"Hingga September tahun ini, kami membukukan laba bersih senilai Rp 864 miliar," kata Direktur Utama Bank BJB, Ahmad Irfan, pada Analyst Meeting Triwulan III di Ritz Carlton Hotel Pasific Jakarta, Kamis (29/10/2015). Irfan mengemukakan, kenaikan laba bersih tersebut bersumber dari pendapatan bunga bersih yang naik 8,4 persen serta fee based income yang tumbuh 47,4 persen.

Pertumbuhan juga terjadi pada dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 81,9 triliun hingga September 2015. Jumlah itu naik 26,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Begitu pun dalam penyaluran kredit. Hingga triwulan III tahun ini, pihaknya menggelontorkan kredit senilai Rp 54,5 triliun. Penyaluran kredit tertinggi untuk kredit konsumer sebesar Rp 37,2 triliun.

Adapun kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) berada di posisi 3,5 persen. "Itu berkat prinsip kehati-hatian yang kami terapkan ditambah pembinaan dan monitoring para debitur," jelas Irfan. Sedangkan total aset Bank BJB hingga September ini mencapai Rp 95,6 triliun atau lebih tinggi 21,5 persen dari September 2014.

Semen Asal China dan Thailand Akan Serbu Pasar Indonesia

Siam Cement Group (SCG), salah satu perusahaan privat yang bergerak di industri semen, terbesar di Thailand, mulai mengepakkan sayap bisnisnya di Indonesia. Vice President – Regional Business SCG, Aree Chavalitcheewingul mengatakan, SCG membangun satu pabrik semen di Sukabumi, Jawa Barat dengan kapasitas produksi mencapai 1,8 juta ton per tahun. Pabrik yang dibangun sejak tahun 2013 itu pada September lalu sudah masuk tahap commissioning.

"Kami berharap mungkin bulan depan (November) sudah bisa commercial. Kapasitas pabrik 1,8 juta ton per tahun, atau sekitar 5.000 ton per hari," kata Aree saat berbincang dengan wartawan, di SCG Experience, Bangkok, Thailand, Kamis (29/10/2015). Untuk membangun pabrik ini, Aree mengatakan SCG merogoh kocek sekitar 365 juta dollar AS, atau sekitar Rp 4,9 triliun (kurs 13.500).

Dia bilang, hampir 100 persen sumber daya manusia yang bekerja di pabrik semen ini adalah masyarakat lokal. Saat ini, beberapa karyawan pabrik juga dilatih di Thailand, untuk transfer teknologi. "Sebenarnya, ketika kita mulai investasi di Asia, di manapun negaranya, satu hal yang paling penting adalah membangun manusia," kata Aree lagi.

Aree mengatakan, dari ketiga lini busnis yang dimiliki, divisi cement and building material merupakan yang terbesar dari segi investasi. Diikuti selanjutnya oleh divisi packaging, dan terakhir divisi chemical. Aree berharap, setelah dirilis, penjualan Semen Jawa - yang diproduksi di Sukabumi - akan maksimal sesuai kapasitas pabrik yakni 1,8 juta ton per tahun. Optimisme tersebut lantaran kualitas Semen Jawa sudah diujicoba. "Kami telah mengetes, kualitasnya bagus. Dan bahkan kalau Anda membandingkan dengan Holcim dan Tiga Roda, kualitas semen kami lebih unggul," kata Aree.

Aree menambahkan, selain semen, SCG juga telah menjual produk beton hasil akuisisi Jaya Mix. SCG juga tengah mengembangkan kerjasama pabrik gypsum dengan menggandeng mitra lokal, Wings Group, dengan komposisi kepemilikan 50:50. Investasi perusahaan di ASEAN nampaknya menjadi strategic SCG untuk menjadi pionir di bisnis semen.

Terbukti, tak hanya melakukan ekspansi di Indonesia, SCG juga sedang dalam tahap produksi ke-2 pabrik di Kamboja, dan tengah membangun pabrik semen di Myanmar dan Laos. Pabrik semen di Myanmar dan Laos akan mulai beroperasi masing-masing di tahun 2016 dan 2017. Pada kuartal-III 2015, SCG membukukan pendapatan penjualan sebesar Rp 43,455 milyar (3,146 juta dollar AS).

Angka ini turun 11 persen y-o-y dan turun 3 persen q-o-q, akibat turunnya harga produk kimia yang dipengaruhi oleh turunnya harga minyak mentah. Sementara, keuntungan perusahaan tercatat sebesar Rp 3,527 triliun (255 juta dollar AS), naik 15 persen y-o-y dari marjin keuntungan produk kimia yang terus naik walau terdapat kerugian stok (stock loss) sebesar Rp 846 milyar (61 juta dollar AS).

SCG juga berniat meningkatkan investasi R&D menjadi Rp 2,619 triliun (198,673 juta dollar AS) di tahun 2016 dan Rp 3,245 triliun (246,118 juta dollar AS) di tahun 2017. Satu lagi produsen semen skala besar meramaikan pasar Indonesia. Mengusung merek Conch yang digadang-gadang sebagai nomor satu di China, PT Conch Cement Indonesia (CCI) berniat memproduksi 10 juta ton semen per tahun di Indonesia.

Untuk mewujudkan hal itu, Conch membangun dan mengembangkan lima proyek produsen semen di lima kota di Indonesia sejak masuk ke Tanah Air pertengahan 2011, antara lain di Manokwari Papua Barat, Maros Sulawesi Selatan, dan Merak Banten. Kemudian pabrik di Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan yang sudah mulai produksi dua bulan belakangan ini.

“Satu proyek lainnya belum bisa kami ungkapkan (rahasiakan),” kata Sales Representatives PT Conch South Kalimantan Cement (CSKM) Ihan M Palla.  CSKM merupakan anak usaha CCI. Ihan mengungkapkan, pabrik di Tanjung Tabalong menjadi yang pertama selesai pada September 2014, lalu beroperasi dua bulan belakangan ini.  Investasi CSKM mencapai 500.000 dollar AS dengan kapasitas produksi 30.000 ton per hari. Rencananya kapasitas produksi akan dikembangkan menjadi dua kali lipatnya. “Target Tabalong 2 juta ton satu tahun,” kata Ihan.

Pabrik CSKM mengambil cadangan kapur di Desa Saradang Kecamatan Haruwai, 9 Km dari pabrik. Cadangan kapur di lokasi tersebut diperkirakan bisa mencapai 60 tahun.  Menyusul kemudian pembangunan pabrik di Kampung Meruni, Manokwari, Papua. Dibangun sejak Januari 2014, pabrik Manokwari ditarget mulai produksi pada tiga tahun ke depan. Pabrik Manokwari dirancang mampu memproduksi 2 x 32.000 ton per hari. “Saat ini masih 20 persen tahap pembangunan. (Proyek) Yang lain sedang pematangan lahan,” kata Ihan.

Conch merupakan kelompok bisnis besar di China yang menangani material terbesar. Di China, bisnis semennya mampu memproduksi dan memasarkan puluhan juta ton. Atasi Kelangkaan  Kehadiran pabrik di daerah diyakini akan mempengaruhi harga semen di pasar. Misal pabrik Tabalong di Kalsel. Dekatnya pasar dengan pabrik dan jalur distribusi darat lintas provinsi bakal mempengaruhi harga semen di pasaran.  “Kita ingin seperti China, semen murah kualitas tinggi. Biar daera cepat terbangun. Jangan sampai ada lagi kelangkaan semen,” kata Direktur Operasional CV Semen Berkat Jaya, Halim Wardhana, agen tunggal Conch di Kaltim.

Halim mengatakan, harga dari tingkat agen saja kurang dari Rp 70.000 untuk sak 50 Kg. Harga ini tentu akan bersaing dengan harga semen di Kaltim di rentang Rp 70.000-80.000. Kehadiran Conch nanti di Papua juga diyakini akan mempengaruhi harga pasar. Harga semen ukuran 40-50 Kg bisa mencapai Rp 125.000 untuk kawasan kota dan Rp. 800.000 – 1.000.000 per sak untuk kawasan yang lebih jauh. “Harga bisa turun saat kita bisa memproduksi di Papua nanti tiga tahun dari sekarang,” kata Ihan.

Selain memengaruhi harga, pembangunan pabrik di daerah akan mengatasi kesulitan semen di waktu-waktu tertentu. Awal 2015 ini, harga semen sempat melonjak tinggi di Kaltim lantaran sempat sulit dicari. Ihan mengatakan, kelangkaan semen di bumi Kalimantan sebenarnya lebih pada faktor distribusi. Pembangunan infrastuktur dan properti di Kalimantan kebanyakan mengandalkan semen dari Sulawesi, Jawa, dan Sumatera. “Ketika ada kendala cuaca, (semen yang dikirim) tidak segera bisa sandar. Pengiriman menjadi kendala,” kata Ihan. Kini hal itu bisa disiasati. Distribusi semen Conch hanya ditempuh oleh jalur darat untuk wilayah Kalimantan. “Distribusinya akan lebih cepat, tidak terhambat,” katanya.

RI Terus Desak Australia Cabut Kebijakan Rokok Polos

Pemerintah Indonesia terus mendesak Australia agar taat pada aturan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), khususnya perjanjian Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS), untuk mencabut kebijakan produk rokok berkemasan polos. Kebijakan Australia itu dinilai telah melanggar perjanjian TRIPS pasal 2.1, 15.4, 16.1, 16.3, 20, 22.2 (b), 24.3, serta perjanjian Technical Barriers to Trade (TBT) pasal 2.2.

Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, menegaskan hal tersebut dalam sidang panel kedua kasus sengketa perdagangan atas kebijakan kemasan polos produk rokok Australia, di Jenewa, Swiss, yang berlangsung 28-30 Oktober 2015.  Bachrul menegaskan, kinerja ekspor bisa terhambat dan perekonomian nasional dapat terganggu. Sebab, rokok merupakan salah satu industri penting di Indonesia.

"Pemerintah sangat serius melindungi kepentingan nasional. Kebijakan kemasan polos rokok Australia dapat menurunkan ekspor produk rokok Indonesia dan berdampak terhadap penghidupan 6,1 juta petani tembakau dan cengkeh," tegas Bachrul, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (31/10/2015). Selain itu, tenaga kerja di industri rokok nasional juga terdampak. Industri rokok menyumbang 1,66% total Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia dan devisa negara melalui ekspor ke dunia yang nilainya mencapai US$ 700 juta. Selain Indonesia, negara penggugat lainnya adalah Honduras, Republik Dominika, dan Kuba.

Bachrul menyatakan, sebenarnya Indonesia tidak keberatan dengan upaya Australia mengurangi konsumsi rokok dan pembatasan akses rokok bagi anak muda dan perokok pemula, sejalan dengan yang telah dilakukan Indonesia. Meski demikian, Indonesia beranggapan kebijakan kewajiban penggunaan kemasan polos yang diterapkan oleh Australia sangat berlebihan sehingga mencederai pemegang hak atas hak kekayaan intelektual (HKI) merek dagang untuk menggunakan haknya secara bebas.

“Kebijakan kemasan polos produk rokok yang diberlakukan Australia tidak akan menyelesaikan upaya penurunan tingkat konsumsi rokok di kalangan anak muda dan pemula di Australia. Sebaliknya, kebijakan tersebut akan membuat persaingan tidak sehat dan mencederai hak atas kekayaan intelektual,” ucapnya. Bachrul menjelaskan, upaya mengurangi konsumsi rokok melalui penerapan kebijakan seharusnya konsisten dengan kewajiban di WTO. Kebijakan yang diambil Australia justru menghilangkan perlindungan terhadap HKI serta menghambat industri rokok nasional

"Pemerintah optimistis kepentingan nasional, terutama petani dan tenaga kerja di industri rokok nasional dapat dilindungi melalui upaya gugatan ini,” imbuhnya.Gugatan atas sengketa ini diharapkan juga memberikan legitimasi yang berimbang atas keinginan melindungi kesehatan konsumen, tanpa menghilangkan perlindungan atas HKI. Indonesia bersama penggugat lainnya optimistis memenangkan kasus ini, bukan hanya untuk melindungi HKI produsen rokok serta para petani tembakau dan cengkeh, namun juga menjadi pedoman menentukan kebijakan untuk membatasi konsumsi rokok dan akses rokok bagi anak muda dan perokok pemula yang sejalan dengan ketentuan WTO.

PT Angkasa Pura II Gusur 80 Toko dan Taksi Gelap Dari Bandara Soekarno Hatta

PT Angkasa Pura II (AP II) telah melakukan pentertiban aktivitas yang mengganggu penumpang di area Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang. Dibantu petugas TNI dan Polri, AP II melakukan penanganan dan pentertiban terhadap berbagai keluhan penumpang yang selama ini terjadi di Bandara Soetta. AP II melakukan penertiban dan penggusuran 80 kios di area Terminal 1 dan Terminal 2, untuk memperluas ruang tunggu penumpang. Selama ini, minimnya ruang tunggu kerap dikeluhkan para penumpang.

"Kita memperluas ruang publik dengan gusur banyak toko, setidaknya ada 80 toko sehingga kapasitas sudah penuhi syarat yang dibutuhkan," kata Direktur Utama AP II, Budi Karya. Selain menggusur puluhan toko, AP II melakukan pentertiban aktivitas taksi gelap. AP II yang dibantu aparat keamanan merazia dan menangkap pengemudi taksi pelat hitam yang mengganggu penumpang, khususnya pada Terminal Kedatangan Internasional di 2D.

"Taksi gelap sudah kita hilangkan dan kita resmikan. Bagi mereka pengemudi taksi gelap, kita tampung kalau calo taksi kita tumpas semua, kalau masih ada, kita kejar," ujarnya. AP II menunjuk Induk Koperasi Angkatan Udara (INKOPAU) melakukan pendataan dan pengelolaan taksi pelat hitam. Saat ini, sebanyak 600 pengemudi taksi pelat hitam telah terdaftar.Di bawah INKOPAU, proses pengelolaan dan pemesanan dilakukan melalui satu pintu sehingga tidak ada lagi pengemudi berkeliaran mencari penumpang. Kini, taksi pelat hitam sudah beroperasi. Cirinya, taksi tersebut memiliki stiker khusus.

"Jalan ke sana sore (Terminal 2D), bisa buktikan saat penerbangan asing datang, nggak ada lagi orang (pengemudi taksi pelat hitam atau taksi gelap) nyoel-nyoel penumpang yang baru tiba," sebutnya
Toilet hingga penanganan bagasi (baggage handling) juga masuk daftar keluhan penumpang di Bandara Soetta. Untuk penanganan bagasi yang kerap dikeluhkan penumpang, AP II akan menggandeng Garuda Indonesia yang memiliki perusahaan bersama baggage handling.

Kini, AP II juga masih bekerja keras untuk mengurai kemacetan kendaraan dari atau menuju Bandara Soetta saat pukul 16.00 WIB sampai 21.00 WIB. Salah satunya, AP II akan berkoordinasi dengan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk membatasi izin baru penambahan armada moda transportasi bus hingga taksi.

Selain itu, AP II akan merancang rekayasa lalu lintas di dalam area bandara guna mengurai kepadatan lalu lintas. "Kita masih bekerja keras untuk mengatasi aksesibilitas dari atau ke bandara, jelasnya.

Jawa Timur Produsen Ikan Lele Terbesar Indonesia

Jawa Timur adalah daerah produsen ikan lele terbanyak se-Indonesia. Produksi lele dihasilkan dari budidaya, bahkan ada pembudidaya yang mengekspor ke Eropa dan Amerika Serikat (AS). "Selain dikonsumsi untuk konsumen lokal, ikan lele dari Jawa Timur juga ada yang diekspor sampai ke manca negara," kata Kepala Dinas Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Heru Tjahjono, Sabtu (31/10/2015).

Heru mengatakan, hampir di semua kabupaten dan kota di Jawa Timur ada pembudidaya ikan lele. Namun, sebaran yang terbesar yakni di daerah Kabupaten Tulungagung, Madiun, Jombang, Malang, Mojokerto, Ponorogo, Trenggalek, Bojonegoro, Magetan, Lumajang, Bangkalan, dan Pasuruan.

Jumlah produksi lele juga terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu selama tiga tahun terakhir. Pada 2012, jumlah produksi ikan lele mencapai 62.807 ton. Di 2013, meningkat menjadi 79.927,5 ton. Sedangkan di 2014, produksi ikan lele menembus angka 96.830,1 ton. Pembudidaya lele di Jawa Timur mencapai sekitar 46 ribu orang.

"Yang diekspor sekitar 2 ribu ton atau senilai sekitar 6 juta dolar Amerika. Yang lainnya dikonsumsi di dalam negeri. Sedangkan tujuan negara ekspor seperti Italia, Prancis, Korea, Jepang," tuturnya. Produksi lele yang dikonsumsi dalam negeri ukurannya 8-10 ekor per kilogram. Sedangkan yang diekspor dalam bentuk utuh, tanpa insang, tanpa isi perut dan tanpa sisik. Karena nantinya lele tersebut akan diambil dagingnya dan diolah.

Namun, lele yang dieskpor harus memenuhi syarat yang sudah ditentukan oleh negara tersebut yakni, ukurannya minimal 600 gram per ekor. Harus memenuhi syarat mutu, bebas Ecoli, salmonella (bakteri), Vibrio. Sedangkan secara kimia, ikan lele kualitas ekspor harus bebas dari logam-logam berat yang berbahaya seperti Pb (timbal), Hg (mercuri), dan unsur tembaga (Cu). Serta bebas dari kotoran.

"Tuntutan pasar global akan produk perikanan budidaya adalah keamanan pangan (food safety). Artinya, hasil perikanan budidaya diharapkan aman untuk dikonsumsi sesuai persyaratan pasar," ujarnya. "Sebagai konsekuensi meningkatnya perdagangan global, produk perikanan budidaya Indonesia harus mempunyai daya saing, baik dalam mutu produk maupun efisensi dalam produksi," jelasnya. Sementara itu, Kabid Perikanan Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Sih Hatin mengatakan, produksi ikan lele sebanyak 96.830,1 ton nilai nominalnya sekitar Rp 1,8 triliun, jika asumsinya Rp 13-14 ribu per kilogram.

"Dari sisi penjualan, ikan lele cukup bagus. Dari sisi gizi, ikan lele juga memiliki gizi yang bagus," tuturnya sambil menambahkan, kandungan ikan lele kaya akan asam lemak omega 3, protein, vitamin B12, kaya akan fosfor (memberi energi dalam metabolisme lemak dan pati, yang dapat menunjang kesehatan gusi dan gigi serta membantu sistesis DNA), membantu kesehatan kardiovaskuler, membuat jantung dan otak sehat.

"Ikan lele baik untuk pembentukan tulang dan gigi, dapat membantu menurunkan tekanan darah. Juga dapat mempercepat proses penyembuhan luka," tandasnya. Di jejaring sosial, banyak beredar informasi yang menyebutkan lele sebagai ikan paling jorok. Dalam sesuap daging ikan lele, terkandung 3.000 sel kanker. Kabar tersebut membuat pembubidaya ikan lele di Jawa Timur (Jatim) menjadi tersinggung dan terpukul.

Julukan sebagai ikan paling jorok merujuk pada sifat lele yang doyan mengonsumsi berbagai jenis limbah di perairan. Bahkan sebuah artikel yang cukup viral di internet menyebutkan kotoran manusia juga dijadikan pakan pada sebuah budidaya lele di Kota Haikou, China.

"Tidak benar berita itu. Kasihan pembudidaya lele, mereka tersinggung dan sangat terpukul dengan pemberitaan itu," ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Heru Tjahjono, Sabtu (31/10/2015). Ia mengatakan, kabar yang sebenarnya menggambarkan budidaya lele di Kota Haikou, China tidak sama dengan budidaya lele di Jawa Timur. Kabar tersebut bisa berdampak pada pasar lele di Jawa Timur. Pasalnya, pasar lele adalah konsumen di level II kelas menengah ke bawah. Sedangkan ikan kakap, tuna, tengiri, kerapu di level I kelas menengah ke atas.

Kata Heru, konsumen di level I sulit digoyang dengan isu ikan-ikan yang dikonsumsinya. Berbeda dengan isu pada ikan seperti lele, gurami, mujahir, yang menjadi santapan konsumen level II kelas menengah ke bawah. "Kalau konsumen level I sulit digoyang dengan isu-isu. Berbeda dengan konsumen level II. Kalau ada isu, konsumen level II bisa takut dan tidak mau mengkonsumsi," tuturnya. Heru mengatakan, sudah ada serifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) serta sertifikasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), yang diterapkan bagi unit usaha pembinihan Untuk di Jawa Timur.

"Dalam rangka mewujudkan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan nasional dan internasional, dipandang perlu mengatur cara budidaya ikan yang baik," kata Heru.Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan keputusan Nomor KEP.02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik. Untuk di Jatim, dari ribuan budidaya ikan lele, saat ini yang sudah sertifikasi mencapai 266 unit usaha budidaya. Sedangkan pembenihan, ada 20 unit usaha pembenihan yang sudah memiliki sertifikasi CPIB.

"Kita targetkan ada 900 unit usaha seluruh komoditas budidaya di Jawa Timur yang memenuhi sertifikasi," terangnya.Heru menambahkan, pemerintah terus memonitoring unit budidaya dan pembenihan ikan. Data monitoring residu komoditas Lele Tahun 2015 sebanyak 379 sampel. Parameter yang diuji berupa kadar hormon, antibiotik, dan logam berat.Lokasi pengambilan sampel uji monitoring residu komoditas lele meliputi unit budidaya di Kabupaten Lamongan, Sidoarjo, Pasuruan, Gresik, Tulungagung, Jombang, Mojokerto, Kediri, Blitar, Malang, Pamekasan, Magetan, Probolinggo, dan Kota Probolinggo.

"Sampai triwulan ketiga, hasil sampel ikan lele yang sudah diujikan negatif (bebas) dari residu hormon, antibiotik, dan logam berat," tandasnya.

Friday, October 30, 2015

Harga Saham Terjun Bebas 36 Persen, BEI Akan Panggil Manajemen Sekawan Intipratama Tbk

Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) dalam kategori pergerakan saham yang tidak wajar atau unusual market activity (UMA). Status negatif disematkan otoritas bursa sebagai bentuk peringatan waspada kepada investor pasca anjloknya saham emiten tambang itu hingga menyentuh batas level minimal yang boleh diperdagangkan.  Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Irvan Susandy menegaskan, penetapan status UMA tak lepas dari anjloknya harga saham SIAP yang berlangsung sejak Jumat (23/10).

"Oleh karena itu para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa,” jelas Irvan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/10). Berdasarkan catatan, pada Jumat (23/10) saham SIAP dibuka pada harga 230 sebelum ditutup melemah 37 poin atau minus 16 persen di level 193 per lembar saham.  Sejak saat itu, harga saham SIAP terjun bebas hingga menyentuh level 125 per lebar saham pada hari ini, Jumat (30/10) atau sudah anjlok 45,6 persen atau 105 poin dalam dua pekan terakhir.

Menyusul penetapan status UMA terhadap saham SIAP, BEI menghimbau investor untuk mencermati kinerja emiten dengan menelusuri laporan kinerja dan keterbukaan informasi perseroan. Hal ini dinilai penting agar investor dapat mengetahui kondisi fundamental keuangan perusahaan lebih rinci sebelum mengoleksi sahamnya.

Selain itu, Irvan juga meminta investor mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan tercatat jika rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Rekomendasi lainnya, lanjut Irvan, pelaku pasar modal diharapkan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi. “Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal,” kata Irvan.

Sebelumnya, Direktur Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbaini mengatakan telah melihat indikasi gagal bayar terhadap beberapa sekuritas terkait penyelesaian (settlement) transaksi saham SIAP tersebut. Hamdi mengaku, saat ini jajarannya juga tengah memeriksa hal tersebut lebih lanjut berikut mendalami adanya beberap broker yang juga diindikasikan gagal membayar penyelesaian (settlement) untuk transaksi saham SIAP. "Ada beberapa broker yang gagal bayar settlement, kita lagi cek. Indikasinya ada 2-3 broker," ujar Hamdi.

Sayangnya, ketika diminta menjelaskan secara rinci Hamdi enggan mengungkapkan nama-nama sekuritas yang terindikasi gagal bayar penyelesaian transaksi saham tersebut. Berdasarkan data perdagangan saham BEI untuk pasar reguler maupun negosiasi, Danareksa Sekuritas sejak awal September mencetak perdagangan terbesar saham SIAP dengan nilai beli mencapai Rp 2,21 triliun dan nilai jual Rp 2,24 triliun. Terbesar kedua adalah Reliance Securities, dengan nilai beli transaksi saham SIAP dalam dua bulan terakhir sebesar Rp 2,12 dan nilai jual Rp 2,02 triliun.

Komposisi pemegang saham SIAP saat ini, 46,06 persen dikuasai oleh publik, 32,33 persen digenggam oleh Fundamental Resources Pte Ltd, 7,99 persen yang dimiliki PT Evio Securities, 6,99 persen dimiliki PT ASABRI (Persero) dan 6,63 persen sisanya dikempit UBS AG Singapura. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memanggil manajemen PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) guna meminta penjelasan terkait amblasnya harga saham perseroan sejak pekan lalu.

Direktur Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbaini mengatakan hal tersebut dilakukan setelah pihaknya memasukkan saham SIAP ke dalam kategori pergerakan yang tidak wajar (unusual market activity/UMA) untuk memberikan kewaspadaan terhadap investor. “Iya, minggu depan manajemen SIAP akan kami panggil. Akan kami minta penjelasan aja. Ya kan harganya turun terus, kami ingin tahu kenapa,” ujarnya ketika ditemui di gedung BEI, Jakarta, Jumat (30/10).

Namun, ia mengaku belum ada pemegang saham yang protes ke pihaknya setelah saham SIAP terus amblas sejak pekan lalu. Dari sisi pemegang saham SIAP terkini, 46,06 persen dikuasai oleh publik, sementara 32,33 persen digenggam oleh Fundamental Resources Pte Ltd, 7,99 persen dimiliki PT Evio Securities, 6,99 persen dimiliki PT ASABRI (Persero) dn 6,63 persen UBS AG Singapura.

Harga saham SIAP tercatat di level Rp 207 per saham pada Jumat (23/10), atau melemah 10 persen dari penutupan hari sebelumnya di Rp 230 per saham.Sementara sejak penutupan Jumat pekan lalu hingga akhir perdagangan hari ini, harga saham SIAP telah terjun bebas 39,61 persen ke level Rp 125 per lembar. Hamdi juga mengaku bakal meminta informasi manajemen SIAP terkait indikasi lain dalam kejatuhan sahamnya. Ia menyatakan terdapat beberapa indikasi mulai dari fundamental hingga pembentukan harga.

“Apakah memang turun karena fundamentalnya jelek, atau memang ada orang yang sengaja membuat penurunan, nanti kemudian ada yang memborong sahamnya,” katanya. Sebelumnya, manajemen SIAP sempat memberikan jawaban kepada BEI terkait ambrolnya harga saham perusahaan yang kini bergerak di usaha tambang setelah beralih dari produsen popok.

Direktur Utama SIAP, Suluhuddin Noor mengatakan perseroan tidak mengetahui penyebab penurunan harga saham perseroan yang dimaksud. Ia juga mengaku tidak memiliki informasi material yang belum disampaikan kepada publik. “Perseroan tidak memiliki informasi mengenai pihak-pihak yang aktif melakukan pembelian dan penjualan saham perseroan, baik di pasar reguler maupun pasar negosiasi, selama periode yang dimaksud,” tulisnya dalam keterbukaan informasi kepada BEI.

Ia menambahkan, perseroan tidak memiliki informasi mengenai transaksi antar pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan perseroan pada periode yang dimaksud. Suluhuddin mengklaim, penurunan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap kegiatan operasional dan struktur pendanaan perseroan. “Tidak ada informasi penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi harga efek perseroan serta kelangsungan hidup perseroan yang belum diungkapkan,” jelasnya.

Priyono Setujui UMP DKI Jakarta 2016 Adalah Rp. 3,1 Juta

Dewan Pengupahan DKI Jakarta menyepakati besaran upah minimum provinsi (UMP) 2016 sebesar Rp 3,1 juta. Hal itu diputuskan dalam Sidang Dewan Pengupahan yang berlangsung di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (29/10/2015).

Kesepakatan penetapan UMP 2016 sebesar Rp 3,1 Juta melalui proses yang panjang dan alot. Sebab, kalangan pengusaha maupun buruh pada awalnya bersikeras mempertahankan argumentasinya masing-masing. Sidang Dewan Pengupahan berlangsung hampir sekitar enam jam. Sidang dimulai sekitar pukul 13.30, dan baru berakhir pada sekitar pukul 20.30.

"Besaran nilai yang diusulkan pengusaha Rp 3.010.500, sedangkan usulan pekerja Rp 3.133.740. Memperhatikan usulan tersebut pihak pemerintah mempunyai usulan besaran UMP Rp 3.100.000. Dengan demikian, unsur pekerja dan pengusaha dapat menerima besaran UMP Rp 3.100.000," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Priyono.

Menurut Priyono, hasil kesepakatan akan segera direkomendasikan ke Gubernur Basuki Tjahaja Purnama untuk segera ditetapkan.  "Segera kita sampaikan kepada Gubernur besok pagi," ujar dia.

Thursday, October 29, 2015

Rincian Penurunan Laba Bersih Grup Astra Senilai 11,9 Triliun Atau 17 Persen

Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) di sembilan bulan pertama tahun ini kurang menggembirakan. Di kuartal III-2015, laba bersih perseroan turun 17% dari Rp 14,499 triliun menjadi Rp 11,997 triliun. Laba bersih per saham juga turun dari Rp 358 ke Rp 296 per saham.

Pendapatan bersih konsolidasian juga menurun 8% menjadi Rp 138,177 triliun dari Rp 150,582 triliun di kuartal III-2014. Merosotnya kinerja perseroan disebabkan oleh penjualan mobil yang menurun 20% dan penjualan motor menurun 14%. Selain segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis juga berkontribusi menekan laba perseroan.

“Situasi bisnis yang menantang yang dihadapi oleh Grup Astra terus berlanjut dan kami memperkirakan kinerja dari seluruh lini bisnis tidak akan mengalami banyak perubahan di sisa penghujung tahun ini,” ujar Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto dalam siaran persnya yang diterima. Prijono menjelaskan, Grup Astra menghadapi penurunan konsumsi domestik, persaingan di pasar mobil, pelemahan harga komoditas dan penurunan kualitas kredit korporasi dalam sembilan bulan pertama tahun ini, sehingga kontribusi dari seluruh segmen bisnis menurun kecuali alat berat dan pertambangan.

Meski demikian, ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk masih naik 5% menjadi Rp 100,313 triliun di kuartal III-2015 dari Rp 95,494 triliun di kuartal III-2014. Nilai aset bersih juga naik 5% dari Rp 2,359 triliun ke Rp 2,478 triliun.Posisi utang bersih secara keseluruhan, di luar anak perusahaan jasa keuangan, mencapai Rp 283 miliar pada 30 September 2015 dibandingkan dengan utang bersih sebesar Rp 3,3 triliun pada akhir tahun 2014, karena penerimaan modal kerja yang kuat.

Anak perusahaan Grup di segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 47,5 triliun, dibandingkan dengan Rp 45,9 triliun pada akhir tahun 2014.

Kegiatan Bisnis
Aktivitas bisnis Grup meliputi enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya serta teknologi informasi. Kontribusi dari enam lini bisnis tersebut terhadap laba bersih konsolidasian Astra International pada periode ini adalah sebagai berikut:

Otomotif
Laba bersih dari Grup bisnis otomotif menurun 10% menjadi Rp 5,3 triliun.
Secara keseluruhan, lemahnya permintaan otomotif selama sembilan bulan pertama 2015 disebabkan oleh perlambatan ekonomi. Selain itu, diskon harga di pasar mobil yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi terus memberikan dampak negatif terhadap laba bersih. Bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang lebih rendah, disebabkan oleh berkurangnya volume dan pelemahan nilai tukar Rupiah.

Penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 18% menjadi 765.000 unit. Penjualan mobil Astra menurun sebesar 20% menjadi 382.000 unit, sehingga menyebabkan penurunan pangsa pasar dari 51% menjadi 50% sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2015. Grup telah meluncurkan 14 model baru dan 8 model revamped selama periode ini.

Penjualan sepeda motor nasional menurun sebesar 20% menjadi 4,8 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) mengalami penurunan sebesar 14% menjadi 3,3 juta unit, sehingga pangsa pasarnya meningkat dari 63% menjadi 68%. AHM telah meluncurkan 9 model baru dan 6 model revamped selama periode ini. Astra Otoparts, bisnis komponen Grup, mencatat penurunan laba bersih sebesar 72% menjadi Rp 179 miliar, yang disebabkan oleh menurunnya volume dan penurunan margin manufaktur karena pelemahan nilai tukar rupiah.

Jasa Keuangan
Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup menurun sebesar 21% menjadi Rp 3,0 triliun. Jika keuntungan (one-time gain) dari akuisisi 50% kepemilikan di Astra Aviva Life pada bulan Mei 2014 tidak diperhitungkan, laba bersih dari bisnis jasa keuangan menurun 11%. Kenaikan laba bersih PT Federal International Finance dan PT Toyota Astra Financial Services diimbangi oleh penurunan kontribusi dari bisnis jasa keuangan lainnya.

Sektor bisnis pembiayaan konsumen menunjukkan penurunan total pembiayaan sebesar 4% menjadi Rp 46,0 triliun, termasuk melalui joint bank financing without recourse. PT Astra Sedaya Finance yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan laba bersih sebesar 17% menjadi Rp 722 miliar. Sementara itu PT Federal International Finance yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 11% menjadi Rp 1,1 triliun, yang diuntungkan dari kenaikan pangsa pasar dan diversifikasi produk.

Total pembiayaan yang dikucurkan oleh pembiayaan alat berat Grup meningkat 21% menjadi Rp 3,2 triliun. PT Bank Permata Tbk, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat penurunan laba bersih sebesar 24% menjadi Rp 938 miliar, seiring dengan meningkatnya cadangan kerugian atas pinjaman yang diberikan. Perusahaan asuransi Grup, Asuransi Astra Buana, mencatat penurunan laba bersih yang disebabkan oleh penurunan pendapatan investasi.

Perusahaan ventura bersama asuransi jiwa antara Grup Astra dengan Aviva Plc, yang
memasarkan produk dan jasa asuransinya dengan brand “Astra Life powered by Aviva”, telah berhasil menambahkan 14.700 nasabah asuransi jiwa perorangan dan lebih dari 150.000 nasabah asuransi kumpulan untuk program kesejahteraan karyawan selama periode tersebut.

Alat Berat dan Pertambangan
Laba bersih Grup Astra dari segmen alat berat dan pertambangan meningkat sebesar 15% menjadi Rp 3,3 triliun. PT United Tractors Tbk (UNTR), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat penurunan pendapatan bersih sebesar 6% walaupun laba bersih meningkat 17% menjadi Rp 5,6 triliun yang diuntungkan oleh pelemahan Rupiah, di mana UT memperoleh sebagian pendapatan dan mempunyai aset moneter dalam mata uang dolar Amerika Serikat.

Pada segmen usaha mesin konstruksi, pendapatan bersih mengalami penurunan sebesar 10%, karena penjualan alat berat Komatsu menurun 40% menjadi 1.799 unit, meskipun penurunan ini diimbangi oleh peningkatan pendapatan suku cadang.  PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, mengalami penurunan pendapatan bersih sebesar 7% karena kontrak produksi batu bara turun 4% menjadi 81,3 juta ton dengan penurunan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 3%
menjadi 593 juta bank cubic metres.

Anak perusahaan UT di bidang pertambangan mencatat penurunan penjualan batu bara sebesar 13% sebesar 3,9 juta ton, dengan penurunan pendapatan bersih 13%. UT dan anak perusahaannya memiliki kepemilikan di sembilan tambang batu bara dengan perkiraan jumlah cadangan gabungan sebesar 402 juta ton.

Saat ini UT sedang melakukan proses review atas rencana produksi tambangnya serta nilai tercatat aset-aset tambang batu bara, sebagai dampak dari berlanjutnya pelemahan kondisi pasar dan ketidakpastian pemulihannya. Apabila penyisihan atas penurunan nilai diperlukan, maka hal tersebut akan dibukukan pada laporan keuangan kuartal keempat. PT Acset Indonusa Tbk (ACST), perusahaan kontraktor umum yang baru saja diakuisisi oleh UT, meraih penambahan kontrak baru senilai Rp 3,1 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2015 dibandingkan dengan Rp 616 miliar pada tahun 2014.

Agribisnis
Laba bersih dari segmen agribisnis Grup sebesar Rp 116 miliar, mengalami penurunan 92%. PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 145 miliar, turun 92%. Harga rata-rata CPO mengalami penurunan sebesar 15% menjadi Rp 7.221/kg dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sementara penjualan CPO menurun 18% menjadi 826.000 ton, sedangkan penjualan olein meningkat 108% menjadi 300.000 ton. Keuntungan dari pelemahan mata uang rupiah terhadap pendapatan AAL yang terkait dengan mata uang dolar Amerika Serikat tidak mampu mengimbangi dampak kerugian yang timbul atas kewajiban moneternya dalam mata uang dolar AS.

Infrastruktur, Logistik dan Lainnya
Laba bersih segmen infrastruktur, logistik dan lainnya menurun sebesar 64% menjadi Rp 91 miliar, sebagian besar karena kerugian awal yang timbul dari dimulainya pengoperasian seksi 1 jalan tol Kertosono-Mojokerto. PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang mengoperasikan jalur Tangerang-Merak sepanjang 72,5 km, yang 79,3% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat peningkatan volume trafik kendaraan sebesar 8% menjadi 34 juta kendaraan.

Pembangunan konstruksi sepanjang 40,5 km di jalan tol Kertosono-Mojokerto yang berlokasi di dekat Surabaya terus berlanjut. Jalan tol seksi 1 sepanjang 14,7 km sudah mulai beroperasi pada bulan Oktober 2014, tahap selanjutnya diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2016, bergantung pada selesainya proses pembebasan lahan.

Pada bulan Juli 2015, Astratel mengakuisisi 25% kepemilikan pada jalan tol Semarang-Solo sepanjang 73 km. Seksi 1 dan 2, sepanjang 23 km, sudah beroperasi. Jika ditambahkan dengan kepemilikan 40% saham Astratel di jalan tol lingkar luar Kunciran-Serpong sepanjang 11,2 km, total jalan tol yang dimiliki Grup saat ini mencapai 197,2 km.

Pendapatan bersih PT Serasi Autoraya (SERA) mengalami penurunan 5% dan laba bersih menurun 50% menjadi Rp 48 miliar disebabkan oleh menurunnya jumlah kontrak sewa kendaraan di bisnis rental kendaraan TRAC menjadi 26.000 unit.PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih yang melayani wilayah barat Jakarta mengalami sedikit penurunan penjualan volume air bersih menjadi 117 juta meter kubik.

Penjualan Anandamaya Residences, proyek residensial eksklusif yang berlokasi di pusat bisnis Jakarta, yang 60% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, terus berlanjut memimpin pasar dalam segi harga dan minat beli yang kuat dengan penjualan unit hampir mencapai 90% dari total 509 unit yang ada.

Teknologi Informasi
Laba bersih dari segmen teknologi informasi turun sebesar 8% menjadi Rp 123 miliar.
PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, merupakan perusahaan yang aktif bergerak di bidang informasi dokumen dan solusi teknologi komunikasi serta agen tunggal penyalur peralatan kantor Fuji Xerox di Indonesia, melaporkan laba bersih sebesar Rp 160 miliar atau menurun 8%. Tanpa memperhitungkan keuntungan (one-time gain) dari penjualan 51% saham di AGIT Monitise pada Juni 2014, laba bersih dari teknologi informasi meningkat 17% karena kenaikan pendapatan.

Prospek Bisnis
Situasi bisnis yang menantang yang dihadapi oleh Grup Astra terus berlanjut dan kami
memperkirakan kinerja perdagangan dari seluruh lini bisnis tidak akan mengalami banyak perubahan di sisa penghujung tahun ini.


Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) di kuartal I-2015 tertekan, akibat lesunya penjualan otomotif, baik roda dua maupun empat. Harga komoditas yang terus turun berdampak pada penjualan kendaraan Astra. Tahun ini, perseroan akan menggenjot bisnis di sektor keuangan yang kinerjanya tengah naik. Direktur Utama Astra Prijono Sugiarto menjelaskan, kinerja perseroan di kuartal I-2015 memang sedang Lesu, laba bersih per saham turun 16% menjadi Rp 99, penjualan mobil melemah 21%, sementara pangsa pasar turun menjadi 49%. Penjualan motor juga ikut turun 13%, sementara pangsa pasar naik menjadi 68%.

"Astra hari ini di luar jasa keuangan zero.‎ Tahun ini jawaranya UNTR (United Tractor) dan jasa keuangan, karena terpuruknya penjualan mobil, tapi jasa keuangan 21 persen tumbuh. Kita akan memperbesar porsi di jasa keuangan," ucap Prijono saat jumpa pers, di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (28/4/2015).

Prijono menyebutkan, perseroan tidak akan agresif dalam menganggarkan belanja modal. Sepanjang 2015, anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 13 triliun, atau tidak jauh berbeda dengan anggaran capex di tahun sebelumnya. "Capex sama seperti 2014 Rp 13 triliun.‎ Untuk bangun outlet toyota dan daihatsu Rp 500 miliar, lalu ada pengembangan. Untuk AALI Rp 2 triliun, UNTR Rp 5 triliun, tapi akan lihat dulu," jelas dia. Di sektor otomotif, Prijono menyebutkan, pihaknya masih akan tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.

"Mempertahankan pangsa pasar roda 4 di 50 persen, sekarang 49 persen, dan 67-68 persen roda dua‎. Target penjualan mobil 1 juta-1,1 juta mobil, perkiraan menurut Gaikindo, dan 7,5 juta motor mungkin, tapi saya nggak tahu, ini berpengaruh karena harga komoditas lagi turun," terang dia.

Soal pelemahan ekonomi yang diikuti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Prijono meyakini, hal tersebut hanya bersifat sementara. Akan ada masanya ekonomi kembali membaik. "Itu medium dan long term, rupiah melemah Rp 12.500-Rp 13.000, tapi kalau fundamental bagus, ini pelemahan temporary, kalau ekspor lebih baik US$ 200 miliar, target ekspor komoditas akan bisa lagi," imbuh dia.

PT Salim Ivomas Pratama Tbk Hanya Mampu Bukukan Laba Rp 74 Miliar Anjlok 86 Persen Di Kuartal III 2015

-Perusahaan sawit milik keluarga Salim, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) mencatatkan penurunan laba bersih dalam periode 9 bulan pertama tahun 2015. Di triwulan III-2015, laba bersih perseroan merosot tajam hingga 86% dari Rp 568,135 miliar di kuartal III-2014 menjadi hanya Rp 74,375 miliar di triwulan III-2015. Laba per saham juga ikut melorot dari Rp 36 per saham menjadi Rp 5 per saham di triwulan III-2015.

Demikian disampaikan perseroan dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Angka penjualan juga turun dari Rp 10,770 triliun di triwulan III-2014 menjadi Rp 10,060 triliun di triwulan III-2015.

Merosotnya laba bersih perseroan disebabkan tingginya beban penjualan dan distribusi yang naik dari Rp 310,496 miliar menjadi Rp 348,135 miliar di triwulan III-2015, sehingga membuat laba usaha juga menurun menjadi hanya Rp 1,165 triliun di triwulan III-2015, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,629 triliun.

Selain itu, beban keuangan juga membengkak menjadi Rp 966,191 miliar di triwulan III-2015, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 547,678 miliar. Perusahaan sawit Grup Salim, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 524 miliar di 2013, anjlok 55% dari Rp 1,157 triliun. Laba tergerus turunnya omzet yang disertai peningkatan biaya operasi pasca kenaikan upah buruh.
Penjualan bersih tercatat turun 4% menjadi Rp 13,28 triliun pada tahun 2013 dibandingkan Rp 13,85 triliun di tahun 2012 terutama seiring penurunan volume dan harga jual rata-rata dari minyak goreng curah dan minyak kelapa.

Tingginya biaya produksi serta karena kenaikan upah dan produktivitas yang lebih rendah dari area yang baru menghasilkan membuat marjin laba perseroan menyempit. "Tahun 2013 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri agribisnis, tapi di triwulan IV kinerja kmai cukup kuat karena adanya pemulihan di harga jual komoditas dan tingginya volume penjualan produk sawit," kata Presiden Direktur Salim Ivomas Mark Wakeford dalam siaran pers, Jumat (28/2/2014).

Volume penjualan CPO perseroan meningkat 4% dari 828.000 MT pada tahun 2012 menjadi 864.000 MT pada tahun 2013 yang disebabkan realisasi persediaan posisi akhir tahun 2012. Penjualan gula meningkat 21% dari 62.000 MT pada tahun 2012 menjadi 76.000 MT pada tahun 2013. Sedangkan Volume penjualan karet turun tipis 4% dari 16.600 MT pada tahun 2012 menjadi 15.900 MT pada tahun 2013.

Volume penjualan minyak goreng, margarin, dan minyak kelapa turun 2% dari 808.000 ton pada tahun 2012 menjadi 790.000 ton di tahun 2013.

Danamon Hanya Mampu Cetak Rp 1,9 Triliun di Kuartal III 2015 Atau Turun 9,5%

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) mencatat laba bersih setelah pajak Rp 1,9 triliun untuk sembilan bulan pertama tahun 2015. Laba itu turun 9,5% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu Rp 2,1 triliun. Sedangkan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, labanya masih tumbuh 14%. Bank swasta itu sudah menerapkan berbagai perubahan untuk peningkatan kinerja.

"Kami telah menerapkan beberapa perubahan pada awal tahun ini untuk meningkatkan kinerja bisnis kami. Perubahan-perubahan ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, meskipun masih pada tahap dini," kata Chief Financial Officer dan Direktur Danamon, Vera Eve Lim, dalam siaran pers, Senin (26/10/2015).

Vera menambahkan, Danamon sedang menjalankan beberapa inisiatif untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya dana. "Terutama, kami sedang berfokus terhadap peningkatan jangkauan dan kualitas layanan nasabah dengan melakukan restrukturisasi pada jaringan layanan dan penjualan kami," kata Vera. Danamon mencatatkan beberapa peningkatan pada kuartal ketiga 2015 dibandingkan dengan kuartal kedua. Peningkatan tersebut termasuk pertumbuhan laba bersih setelah pajak sebesar 14% pada kuartal ketiga dibandingkan pada kuartal kedua menjadi Rp 643 miliar.

Rasio biaya terhadap pendapatan (Cost-to-income) membaik dari 54,6% pada kuartal kedua menjadi 51% pada kuartal ketiga. Selisih bunga bersih (net interest margin) tumbuh dari 7,8% pada kuartal kedua menjadi 8,3% pada kuartal ketiga yang disebabkan oleh turunnya biaya dana.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2015, kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM), komersial, dan korporat tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, pertumbuhan tersebut diimbangi oleh penurunan kredit di segmen mass market, terutama pada segmen usaha mikro dan pembiayaan otomotif.

Dengan demikian kredit secara keseluruhan turun 4% menjadi Rp 133,6 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2015 dari Rp 139 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kredit pada segmen UKM tumbuh 7% menjadi Rp 22,6 triliun dari Rp 20,1 triliun. Kredit pada segmen komersial tumbuh 5% menjadi Rp 16,2 triliun dari Rp 15,4 triliun. Kredit pada segmen korporat tumbuh 5% menjadi Rp 18,3 triliun dibandingkan Rp 17,4 triliun.

Kredit yang mengalami penurunan adalah pada segmen usaha mikro dan pembiayaan kendaraan. Kredit kepada usaha mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) berada pada Rp 16,1 triliun atau turun 18% dari Rp 19,6 triliun pada tahun lalu. Pembiayaan kendaraan dan barang konsumen melalui Adira Finance turun 7% menjadi Rp 47,6 triliun dibandingkan Rp 51,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Pada sembilan bulan pertama 2015, giro dan tabungan (CASA) Danamon berkontribusi sebesar 45% dari total dana pihak ketiga, dibandingkan 43% pada periode yang sama tahun lalu. CASA tumbuh 5% menjadi Rp 53 triliun dari Rp 50 triliun pada tahun lalu. Deposito menurun 4% menjadi Rp 63,2 triliun. Tumbuhnya komposisi CASA mengakibatkan penurunan pada biaya dana (cost of funds) menjadi 6% dibandingkan 6,4% pada periode yang sama tahun lalu.

"Rasio kredit bermasalah (gross nonperforming loans) berada pada level 3,0%. Angka ini masih di bawah batas maksimum regulator yaitu 5%,” kata Vera.Ratio kredit terhadap total pendanaan (loan to funding ratio/LFR) berada pada posisi 91,1% dibandingkan dengan 91,3% pada periode yang sama tahun lalu. LFR Danamon masih di bawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 94%. Rasio kecukupan modal Danamon (capital adequacy ratio/C)

Laba Bersih Bank Mega Naik 44,2% Jadi Rp 848 Miliar

PT Bank Mega Tbk (MEGA) mencatat pertumbuhan laba bersih 44% di kuartal III-2015, yaitu dari Rp 588 miliar menjadi Rp 848 miliar. "Peningkatan laba ‎ini khususnya dikontribusi dari peningkatan interest income, fee base income, dan penurunan cost of fund serta keuntungan penjualan surat berharga," papar Direktur Utama Bank Mega, Kostaman Thayib, dalam Public Expose di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, Kamis (29/10/2015).

Kostaman menambahkan, pendapatan bunga bersih Bank Mega tumbuh 16,8% dari Rp 2,06 triliun pada September 2014 menjadi Rp 2,42 triliun pada akhir September 2015. Sementara pendapatan operasional selain bunga juga memberikan kontribusi yang baik‎ dengan pencapaian sebesar Rp 1,51 triliun pada kuartal III 2015 dibanding pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.08 triliun alias meningkat 39,9%.

Kostaman menyatakan, hasil yang dicapai Bank Mega hingga Triwulan III 2015 menunjukkan kinerja yang menggembirakan, hal ini terlihat dari indikator-indikator keuangan Bank Mega. "Asset tumbuh 4,2% dari Rp 59,1 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp 61,6 triliun pada triwulan III 2015," papar Kostaman.

Kredit Bank Mega tumbuh 1,6% dari Rp 33,1 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp 33n7 triliun pada triwulan III 2015. Pertumbuhan terbesar dicapai oleh kartu kredit, yaitu meningkat 23,63% dari Rp 6,6 triliun di kuartal III 2014 menjadi Rp 8,2 triliun pada periode yang sama tahun 2015.

Dana pihak ketiga turun tipis 2,7% dari Rp 49,2 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp 47,8 triliun pada triwulan III 2015. Sedangkan laba setelah pajak tumbuh signifikan dari Rp 588 miliar pada triwulan III 2014 menjadi Rp 848 miliar pada triwulan III 2015.

"‎Peningkatan laba ‎ini khususnya dikontribusi dari peningkatan interest income, fee base income, dan penurunan cost of fund serta keuntungan penjualan surat berharga,"‎ Kostaman menjelaskan. Hingga akhir 2015 total aset Bank Mega ditargetkan akan menjadi Rp 70,8 triliun, kredit yang disalurkan ditargetkan Rp 34,5 triliun, dana pihak ketiga ditargetkan Rp 52,3 triliun, laba setelah pajak diharapkan ditutup sebesar Rp 1,008 miliar.

Ekonomi Amerika Kembali Melambat dan Hanya Tumbuh 1,5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) turun tajam pada kuartal III-2015, menjadi 1,5%. Karena kalangan bisnis memangkas stok barang di pabrik, karena pasokan melimpah.  Laju pertumbuhan ekonomi AS ini turun dari besaran di kuartal II-2015 sebesar 3,9%.  Demikian laporan dari Departemen Perdagangan AS, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (29/10/2015).

Menurut para analis, situasi perlambatan ekonomi AS ini hanya sementara, dan akan kembali naik pada kuartal IV-2015, seiring dengan meningkatnya permintaan domestik. "Hasil laporan cukup sehat, masih ada momentum untuk penguatan ekonomi, dan suku bunga acuan (The Fed) masih bisa naik di Desember," kata Ekonom Standard Chartered Bank di New York, Thomas Costerg.

The Fed atau Federal Reserve, selaku bank sentral di AS, menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi cukup moderat, dan ada sinyal kenaikan suku bunga acuan di Desember.  Bursa saham Wall Street dan harga surat utang pemerintah AS turun akibat data ekonomi ini. Dolar AS juga disebut melemah terhadap sejumlah mata uang.

Ekonomi AS memang tengah bergejolak sejak resesi di 2007-2009, akibat krisis keuangan global. Tahun ini, ekonomi AS menghadapi hadangan dari penguatan dolar dan pemangkasan belanja sejumlah perusahaan energi, akibat turunnya harga minyak. Pertumbuhan ekonomi AS didorong oleh konsumsi masyarakat, yang mewakili 2/3 dari aktivitas ekonomi negeri paman sam tersebut. Konsumsi masyarakat tumbuh 3,2% di kuartal III-2015, setelah tumbuh 3,6% di kuartal II-2015.Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berkunjung ke Amerika Serikat (AS) pada 25-28 Oktober mendatang. Dalam agendanya, selain bertemu dengan Presiden AS Barack Obama, Jokowi juga akan dijadwalkan menemui sekitar 250 pengusaha asal negeri Paman Sam tersebut.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kunjungan Jokowi ke AS tersebut merupakan kunjungan pertama sejak Jokowi dilantik menjadi presiden. "Ini kunjungan pertama beliau sejak dilantik," katanya dalam acara Paparan Indonesia Economic Quarterly berjudul 'Di Tengah Volatilitas Dunia', di Energy Building, Jakarta, Kamis (22/10/2015). Menurut Bambang, salah satu tujuan Jokowi berkunjung ke negeri Paman Sam tersebut adalah dalam rangka menjalin kerjasama antar kedua negara.

Bambang menyebutkan, AS merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Oleh karena itu, AS sangat penting bagi Indonesia. "Saya rasa itu untuk kuatkan kerjasama ekonomi dengan AS. Saya rasa kunjungan itu akan memperkuat komitmen Indonesia dan AS, di mana AS masih menjadi mitra utama dagang yang baik. Saya yakin AS masih jadi mitra terbesar. Untuk FDI juga jadi mitra yang besar. AS penting bagi Indonesia," jelas Bambang.

Meski demikian, Bambang mengatakan, selain akan membahas soal penguatan kerjasama Indonesia dan AS, Jokowi juga akan membahas soal kerjasamanya dengan Jepang, China, dan Asia Timur. "Saya rasa mungkin sebagian besar dari kabar atau diskusinya lebih kepada Indonesia, Jepang, China atau Asia Timur. Bukan hanya dengan AS," imbuh Bambang. Namun, penguatan dolar membuat pertumbuhan ekspor AS turun di kuartal III-2015.

Laba Bumi Serpong Damai Tbk Anjlok Rp. 1,729 Triliun

PT Bumi Serpong Damai Tbk mencatat penurunan laba bersih di sembilan bulan pertama tahun ini.

Laba bersih emiten berkode saham BSDE itu anjlok 46% dari Rp 3,218 triliun di kuartal III-2014 menjadi Rp 1,729 triliun di kuartal III-2015. Laba per saham juga turun dari Rp 178,03 ke Rp 91,93 per saham. Demikian disampaikan perseroan dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) .

Tertekannya laba perseroan disebabkan tingginya beban pokok penjualan yang naik dari Rp 953,246 miliar di kuartal III-2014 menjadi Rp 1,174 triliun di kuartal III-2015. Beban usaha juga naik dari Rp 1,078 triliun menjadi Rp 1,290 triliun di kuartal III-2015. Meski demikian, perseroan masih mencatat kenaikan pendapatan usaha, dari sebesar Rp 3,936 triliun di triwulan III-2014, menjadi Rp 4,633 triliun di triwulan III-2015.

Laba Bersih Agung Podomoro Land Tbk Turun Drastis Senilai 26,4 Persen Di Kuartal III 2015

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mengumumkan hasil keuangan yang tidak diaudit untuk periode yang berakhir pada 30 September 2015. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 26,4% menjadi Rp 360,1 miliar pada kuartal III-2015 dengan marjin 9,2% dari Rp 489,4 miliar pada kuartal III-2014. Demikian disampaikan perseroan dalam siaran persnya yang diterima .

Padahal, laba kotor tumbuh 12,9% di kuartal III-2015 yang mencapai Rp 1,982 triliun, meningkat dari Rp 1,755 triiliun pada kuartal III-2014 dengan marjin laba kotor yang meningkat menjadi 50,6% pada kuartal III-2015 dari 50,0% pada periode yang sama tahun lalu.  Laba komprehensif juga tumbuh 4,5% menjadi sebesar Rp 559,8 miliar pada kuartal III-2015 dari Rp 535,9 miliar pada kuartal III-2014 dengan marjin laba bersih 14,3%.

Tertekannya laba bersih tersebut, rupanya disebabkan oleh beban pokok penjualan dan beban langung yang naik 10,4% menjadi Rp 1,937 triliun di kuartal III-2015, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,754 triliun. Beban usaha juga naik 20,4% dari Rp 882,4 miliar menjadi Rp 1,062 triliun. Beban pajak juga naik 7,1% dari Rp 185,6 miliar menjadi Rp 198,7 miliar.

Sementara penjualan dan pendapatan usaha tumbuh 11,7% menjadi sebesar Rp 3,919 triliun pada kuartal III-2015, meningkat dari Rp 3,510 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pengakuan penjualan dari pengembangan properti tumbuh 10,6% menjadi Rp 2,761 triliun pada kuartal III-2015, meningkat dari Rp 2,497 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara pendapatan dari pendapatan berulang tumbuh 14,4% menjadi Rp 1,158,3 triliun pada kuartal III-2015, meningkat dari Rp 1,012 triliun pada kuartal III-2014. Kontribusi dari pendapatan berulang terhadap penjualan dan pendapatan usaha, sedikit meningkat menjadi 29,5%, dari 28,8% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Manajemen PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) ‎pesimistis dapat mencapai target marketing sales hingga akhir tahun yang dipatok Rp 6,5 triliun hingga akhir tahun. Hal ini dikarenakan masih lesunya penjualan properti di awal tahun 2015 ini seiring terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun 2015 ini. Perusahaan pun berencana memangkas target penjulan marketing tersebut.

"Target Rp 6,5 triliun kemungkinan akan ada revisi. Tapi belum tahu besarnya berapa. Karena kita masih tunggu angka di akhir Juni. Juni sudah habis kan, tapi angkanya belum keluar. Jadi kita tunggu itu dulu," ujar Direktur Keuangan APLN Cesar De La Cruz saat berbincang dengan wartawan di Pullman Hotel Central Park, Jakarta, Selasa (7/7/2015).

Sekedar catatan, hingga akhir bulan Maret 2015 atau pada kuartal I-2015, APLN mencatat penurunan penjualan marketing hingga 48,6% menjadi Rp 939,7 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun 2014, raksasa Properti ini mampu mencatatkan penjualan marketing sebesar Rp 1,82 triliun. Ditemui terpisah, VP Corporate Marketing APLN Indra Widjaja Antono mengatakan, pihaknya masih akan berupaya mempertahankan target capaian penjualan tersebut.

Upaya ini ditunjukkan dengan masih adanya sejumlah proyek properti yang akan diluncurkan perusahaan di tahun ini di antaranya, Grand Madison, Podomoro City di Jakarta Barat, SOHO Capital di Pancoran Jakarta Selatan, Pakubuwono Springs di Jakarta Selatan, Pluit City, Bandung City Center dan Borneo Bay City di Balikpapan.‎

"Akan ada revisi sepertinya, tapi kami belum putuskan. Yang pasti kami masih akan usahakan target akhir tahun bisa tercapai. Karena kami masih punya proyek-proyek properti yang siap diluncurkan tahun ini," pungkas dia.

Laba Bank Mandiri Hanya Tumbuh 0.9 Persen Di Kuartal III 2015

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada kuartal III-2015 mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 0,9% menjadi Rp 14,6 triliun. Hal ini disebabkan, Bank Mandiri memperbesar alokasi dana pencadangan hingga 160%. "Laba bersih Bank Mandiri hingga September 2015 mencapai Rp 14,6 triliun. Laba tumbuh 0,9% dibanding September 2014 sebesar Rp 14,4 triliun. Margin Bank Mandiri tumbuh hanya 0,9% karena kami memperbesar alokasi dana pencadangan sampai 160%," ungkap Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin, dalam Paparan Publik Laporan Keuangan Triwulan III/2015 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (29/10/2015).

Alokasi pencadangan Bank Mandiri naik 126,4% dari September 2014 menjadi 160% pada triwulan III-2015. Budi menjelaskan, Bank Mandiri lebih memilih langkah meningkatkan fee based income daripada meningkatkan aset. "Cadangan bank only kita mau 160%. Kenapa? kita bisa saja turunin ke 130% kalau kita mau, supaya penilaian bagus. Kebijakan itu kita nggak ambil. Kita lebih baik konservatif memilih celengannya besar," jelas Budi.

Fee based income Bank Mandiri secara year on year hingga September 2015 tumbuh 20,8%. Dari sisi costtumbuh 20% year on year hingga September 2015. Sehingga laba pun tipis. Dari sisi penyaluran kredit, hingga akhir September 2015, Bank Mandiri mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 560,6 triliun atau tumbuh 10,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Laba Bank Mandiri tumbuh tidak sampai satu digit selain disebabkan karena besarnya dana pencadangan, menurut Budi karena banyak nasabah kinerjanya belum baik."Pencadangan juga dimaksudkan untuk berjaga-jaga pemburukan kualitas nasabah di kuartal IV nanti," tambah Budi.

Penghimpunan dana pihak ketiga menjadi Rp 654,6 triliun pada September 2015 dari Rp 590,9 triliun pada September 2014. Dari jumlah tersebut, total dana murah yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri mencapai Rp 415,9 triliun atau tumbuh 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Volatilitas nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS yang terjadi sepanjang September-Oktober 2015, kata Budi, membawa keuntungan tersendiri bagi Bank Mandiri.

"Swap dolar ke rupiah sepanjang September sampai Oktober sempat naik tinggi. Bank yang punya rupiah banyak, maka bisa ambil fee based income dari sana. Itu terjadi tidak sampai seminggu hanya tiga hari. Kalau terjadi lagi ke depan volatititas dari sisi kurs maka bank-bank besar bisa dapat fee based incomebesar," imbuh Budi.

Ada pun, penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan penyaluran terbesar dari sisi nominal adalah kredit ke industri pengolahan yang naik Rp 16,2 triliun dari Rp 96,1 triliun pada September 2014 menjadi Rp 112,3 triliun pada September tahun ini.

"Dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung, kita tetap bisa tumbuh. Kita mencoba recovery kredit yang sudah lay off dan pencadangan terus kita pupuk. Ekuitas kita mencapai Rp 113 triliun dan tetap menjadi yang terbesar. Itu membuat CAR kita jauh di atas requirement, sangat kuat menghadapi guncangan ekonomi," jelas Kartiko Wirjoatmojo, Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri.

Selain itu, kata Kartiko, di tengah situasi perekonomian yang melambat, pertumbuhan kredit mikro dan UMKM justru menjadi yang paling besar di antara segmen lainnya. Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor UMKM sebesar Rp 72,7 triliun pada triwulan III-2015 atau naik 4,1% dibanding tahun lalu. Bank Mandiri juga terlibat dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2015 dengan total penyaluran KUR sebesar Rp 18,5 triliun.

Di sisi aset, sampai akhir Septenber 2015 mencapai Rp 905,8 triliun atau tumbuh 13,5% dibanding total aset pada September 2014 sebesar Rp 798,2 triliun. Budi mengharapkan, kinerja triwulan IV bisa lebih baik dan mampu mencatatkan laba lebih tinggi. "Harapannya triwulan IV laba masih bisa naik karena kredit kita bisa terus naik. Volume kredit naik, efisiensi kita jaga. Kita masih bisa tumbuh single digit," ucap Budi.

Daftar Jenderal TNI Yang Berhasil Meraih Kesuksesan Dalam Bidang Bisnis

Hidup baru dimulai di akhir usia 50-an. Itulah yang terjadi pada sejumlah pensiunan atau purnawirawan jenderal Tentara Nasional Indonesia. Sebab menanggalkan seragam dinas kemiliteran ternyata bukan akhir karier mereka. Begitu resmi menyandang status sebagai warga sipil di usia 58, para mantan perwira tinggi itu ramai dipinang konglomerat untuk didudukkan menjadi petinggi di perusahaan mereka.

Setelah Reformasi 1998, setidaknya tiga dari enam mantan Panglima TNI menjadi petinggi di beberapa perusahaan. Jenderal Purnawirawan Endriartono Sutarto misalnya saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama Bank Pundi.  Sebelumnya ketika pensiun pada 2006, Endriartono terpilih menjadi Komisaris Utama Pertamina. Lepas dari Pertamina, menurut situs Bank Pundi, Endriartono pada Maret 2010 menjabat sebagai Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi di bank yang didirikan tahun 1993 itu. Lima bulan kemudian, ia diangkat menjadi Ketua Komite Audit Bank Pundi.

Laksamana Purnawirawan Agus Suhartono mengikuti jejak Endriartono. Agus saat ini menjabat Presiden Komisaris PT Tambang Batubara Bukit Asam, perusahaan pelat merah yang bermarkas di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Ada juga Marsekal Purnawirawan Djoko Suyanto, yang setelah menggantung seragam kemiliterannya, sempat menjadi komisaris independen di PT Adaro. Sampai saat dipilih menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan pada tahun 2009, barulah Djoko mundur dari perusahaan batu bara milik Edwin Soeryadjaya itu.

Tahun ini, usai tak lagi menjadi pejabat negara, Djoko kembali ke dunia usaha. Dia, sebagaimana tercatat pada situs PT Bursa Efek Indonesia, pada 17 Maret membuat surat pernyataan bersedia diangkat menjadi Presiden Komisaris dan Komisaris Independen PT Chandra Asri Petrochemical. Pada daftar riwayat hidup yang diunggah di situs PT Chandra Asri, Djoko juga tercatat pernah menjadi komisaris di PT Lestari Asri Jaya, perusahaan yang mengelola hutan tanaman industri dan berafiliasi dengan Barito Pasific Group milik Prajogo Pangestu.

Sesungguhnya tak hanya mantan panglima TNI yang berkarier di dunia usaha setelah berstatus purnawirawan. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Purnawirawan Subagyo Hadi Siswoyo, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Biasa PT Berau Coral Energy tertanggal 29 Juni 2013, diangkat sebagai komisaris perusahaan itu.  Sekitar setahun kemudian, Juli 2014, Subagyo mundur dari PT Berau Coral Energy. Selanjutnya awal tahun ini ia dilantik Presiden Jokowi sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Jenderal Purnawirawan Luhut Binsar Pandjaitan agak berbeda. Dia mendirikan sendiri perusahaannya, PT Toba Sejahtera, yang bergerak di bidang batubara dan pertambangan, minyak dan gas, pembangkit tenaga listrik, serta perkebunan dan kehutanan. Anak perusahaan Toba Sejahtera, PT Toba Bara Sejahtera, mengangkat mantan Kepala Staf Umum TNI Letnan Jenderal Purnawirawan Suaidi Marasabessy sebagai direktur utama.

Sementara Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri yang mengakhiri pengabdiannya di TNI sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, saat ini menjabat Komisaris Utama Bank Artha Graha. Saat berbincang , Kiki mengatakan sempat juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT International Timber Corporation Indonesia Kartika Utama.

"Setelah bisnis TNI AD direstrukturisasi, masih ada beberapa mantan perwira tinggi yang menjadi komisaris di perusahaan-perusahaan yang sahamnya pernah dimiliki Yayasan Kartika Eka Paksi,” ujar Kiki di Jakarta. Yayasan Kartika Eka Paksi yang disebut Kiki itu didirikan oleh para purnawirawan TNI Angkatan Darat pada era Soeharto. Nama yayasan diambil dari semboyan TNI AD, Kartika Eka Paksi, yang berarti “Burung perkasa dengan satu cita-cita mulia.”

Kecenderungan sejumlah mantan perwira tinggi TNI yang aktif di beberapa perusahaan, tak aneh di mata Kiki. Menurut dia, dari sekian banyak perwira tinggi TNI yang pensiun, yang memilih berkarier di dunia bisnis terhitung sedikit.  “Yang menjadi komisaris bisa dihitung dengan jari. Itu pun karena ada kepercayaan dari perusahaan,” ucap Kiki.

Fenomena jenderal di jajaran pejabat tinggi perusahaan tak hanya terjadi di Indonesia. Kiki menyebut mantan Panglima Angkatan Bersenjata Australia, Jenderal Sir Peter John Cosgrove.  Cosgrove yang saat ini menjadi penghubung Australia dan Kerajaan Inggris dengan status gubernur jenderal, sempat menjadi bagian dari direksi Qantas, maskapai penerbangan Australia.

“Mantan-mantan kepala staf angkatan darat Singapura juga menjadi CEO (chief executive officer) di pelbagai perusahaan,” kata Kiki.

Meski demikian, Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti justru mempertanyakan alasan sejumlah perusahaan menempatkan mantan perwira tinggi TNI di posisi vital bisnis mereka. “Apakah betul mereka mempunyai keahlian sesuai bidang yang digeluti perusahaan? Atau mereka justru dimanfaatkan perusahaan untuk memuluskan usaha melalui jalur tertentu seperti mengamankan pembebasan lahan atau mempermudah perizinan,” ujar Poengky. Jika kecurigaan-kecurigaannya benar, kata Poengky, maka sesungguhnya ada ketidakprofesionalan di situ.

“Purnawirawan jenderal dengan keahlian bertempur kok direkrut menjadi komisaris perusahaan tambang. Di sana ia akan bertempur dengan siapa?” ucap Poengky. Kiki berpendapat, ada dua hal yang membuat sejumlah pensiunan perwira tinggi TNI dilirik perusahaan-perusahaan, yakni kedisiplinan dan kepemimpinan.

Maka bagi para jenderal itu, new life begins at 58

Laba Semen Indonesia Tbk Kuartal II 2015 Amblas 21 Persen

Perlambatan ekonomi ditambah persaingan yang kian ketat membuat laju kinerja perusahaan pelat merah, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tertekan sepanjang sembilan bulan di 2015. Perseroan mencatatkan laba bersih senilai Rp 3,2 triliun sampai kuartal III 2015, turun 21,6 persen dari Rp 4,08 triliun periode yang sama 2014.

Direktur Utama Semen Indonesia Suparni mengatakan menurunnya pertumbuhan ekonomi di Semester I 2015 juga berpengaruh terhadap konsumsi semen dalam negeri, yang mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen atau 42,58 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 42,99 juta ton.

“Sementara itu harga jual juga mengalami tekanan karena meningkatnya persaingan pasar dengan masuknya beberapa pemain baru industri semen, baik global maupun lokal di Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Kamis (29/10). Ia menjelaskan, total volume penjualan konsolidasi Semen Indonesia hingga September 2015 mencapai 20,19 juta ton. Penjualan konsolidasi tersebut, lanjutnya, mengalami penurunan sebesar 1,9 persen dari 20,69 juta ton pada periode yang sama 2014.

Hal tersebut membuat pendapatan perseroan turun menjadi Rp 19,11 triliun sampai September 2015, dibandingkan perolehan pendapatan periode yang sama tahun lalu Rp 19,35 triliun. “Volume penjualan tersebut volume penjualan semen dalam negeri yang mencapai 18,27 juta ton atau turun 3,5 persen dari periode yang sama tahun lalu 18,92 juta ton. Sementara volume penjualan ekspor perseroan tercatat 697,56 ribu ton atau meningkat 47,5 persen dari 472,92 ribu ton,” jelasnya.

Penderitaan Semen Indonesia tidak berhenti di nilai pendapatan yang berkurang. Sebab Suparni mengatakan beban pokok pendapatan sebesar Rp 11,6 triliun mengalami kenaikan 6,5 persen dibandingkan periode yang sama 2014 sebesar Rp 10,9 triliun.

“Penurunan laba dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok sebesar 6,5 persen antara lain kenaikan tarif listrik, beban penyusutan karena mulai beroperasinya beberapa fasilitas baru, beban raw material, nilai kurs yang berdampak kepada biaya pemeliharaan dan packaging, serta kenaikan beban distribusi,” jelasnya.

Kendati mengalami penurunan penjualan hingga September 2015, Suparni menyatakan perseroan optimistis kinerja penjualan semakin membaik pada kuartal IV 2015 hingga tahun depan karena banyaknya proyek infrastruktur yang mulai dikerjakan. “Mulai Agustus 2015 kami mencatat kenaikan volum penjualan dalam negeri yang cukup signifikan. Tren kenaikan ini terus berlanjut hingga hari ini,” kata Suparni.

Sejak Agustus 2015, unit produksi perseroan baik di Padang, Gresik dan Tonasa mulai mencapai utilisasi maksimal. “Kami mulai memasok beberapa proyek infrastruktur baik yang dikerjakan oleh pemerintah maupun swasta di seluruh wilayah pemasaran kami, antara lain proyek jalan tol, bendungan, properti, dan proyek lainnya,” jelas Suparni

PT XL Axiata Tbk Terbitkan Sukuk Dengan Bunga 11,15 Persen

Perusahaan telekomunikasi PT XL Axiata Tbk menerbitkan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I 2015 dengan total target Rp 1,5 triliun. Kupon surat utang syariah tersebut ditetapkan di kisaran 8,25 persen-11,15 persen dalam empat seri. Sukuk Ijarah ini diterbitkan tanpa warkat, kecuali Sertifikat Jumbo Sukuk Ijarah yang diterbitkan atas nama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia. Penerbitan tahap I ini merupakan awalan dari program emisi dengan total mencapai Rp 5 triliun. Adapun pembayaran bunganya bakal dilakukan setiap kuartal.

Dalam gelaran penerbitan sukuk ijarah ini, XL menunjuk PT CIMB Securities, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Maybank Kim Eng Securities selaku penjamin pelaksana emisi. Associate Director Head of Debt and Structured Product Sales at Maybank Kim Eng Securities Indra Sakti mengatakan Sukuk Ijarah ini memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memilih seri yang dikehendaki, yaitu dengan empat seri Sukuk Ijarah yang ditawarkan.

“Untuk Seri A Sukuk Ijarah dengan Cicilan Imbalan Ijarah berjangka waktu 370 hari kalender sejak tanggal emisi. Kupon ditetapkan sebesar 8,25 persen-9,15 persen per tahun,” ujarnya di Jakarta, Kamis (29/10). Sementara, lanjutnya, Seri B Sukuk Ijarah dengan Cicilan Imbalan Ijarah berjangka waktu tiga tahun sejak Tanggal Emisi. Kupon ditetapkan sebesar 9,25 persen-10,25 persen per tahun

Seri C Sukuk Ijarah dengan Cicilan Imbalan Ijarah berjangka waktu lima tahun sejak Tanggal Emisi. Kupon ditetapkan sebesar 9,8 persen-10,8 persen per tahun. Terakhir untuk Seri D Sukuk Ijarah dengan Cicilan Imbalan Ijarah berjangka waktu tujuh tahun sejak Tanggal Emisi. Kupon ditetapkan sebesar 10 persen-11,15 persen per tahun.

Sukuk Ijarah akan jatuh tempo serta dilunasi pada 12 Desember 2016 untuk Sukuk Ijarah Seri A, 2 Desember 2018 untuk Sukuk Ijarah Seri B, 2 Desember 2020 untuk Sukuk Ijarah Seri C dan 2 Desember 2022 untuk Sukuk Ijarah Seri D.

Direktur Keuangan XL Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin mengatakan dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum ini setelah dikurangi biaya emisi akan dipergunakan seluruhnya oleh perseroan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dalam rangka menunjang kegiatan usaha perseroan yaitu untuk pembayaran biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio 2G kepada Pemerintah.

“Pembayaran tersebut dilakukan perseroan untuk periode Desember 2015-Desember 2016, yang besarannya ditentukan sesuai dengan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika,” jelasnya. Sebelumnya, Fitch Ratings Indonesia telah menerbitkan Peringkat Nasional Jangka Panjang 'AAA(idn)' atas Program Sukuk Ijarah PT XL Axiata Tbk (XL; 'BBB'/'AAA(idn)'/Stabil) yang targetnya mencapai Rp 5 triliun ini

Laba Bersih PT Toba Bara Sejahtera Tbk Milik Menko Luhut Panjaitan Anjlok 44,07 Persen

PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA) mencatatkan laba bersih sebesar US$ 9,53 juta di sembilan bulan pertama 2015. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pada angka US$ 17,04 juta, itu artinya laba bersih perusahaan besutan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan tersebut tercatat anjlok 44,07 persen.

Sekretaris Perusahaan Toba Bara Pandu P. Syahrir menjelaskan anjloknya laba bersih perusahaan sampai dengan kuartal III 2015 tak lepas dari melemahnya harga batubara yang saat ini berada di bawah level US$ 60 persen per ton. “Tetapi pelemahan harga batubara global dan penurunan volume penjualan sebesar 21,3 persen tetap berpengaruh terhadap penjualan perseroan yang menurun sebesar 31,1 persen dari US$ 389,7 juta di sembilan bulan pertama 2014 menjadi US$ 268,6 juta di periode yang sama 2015,” jelas Syahrir dalam keterangan resminya, Kamis (29/10).

Dari laporan keuangan TOBA per akhir September kemarin, pelemahan indeks harga batubara Newcastle (NEWC Index) diketahui memberi dampak sekitar 12,8 persen terhadap harga jual batubara perseoan dari US$ 64,1 per ton pada kuartal III 2014 lalu, menjadi US$ 55,9 per ton pada periode yang sama tahun ini.

Pandu berpendapat, di sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2015 pasar batubara dunia masih mengalami tekanan, menyusul tak terserapnya batubara dari produsen-produsen yang menyebabkan kelebihan jumlah pasokan. Tak ayal, fenomena pelemahan harga batubara pun diprediksi masih akan berlanjut hingga beberapa waktu ke depan. “Melemahnya permintaan impor China disebabkan karena melemahnya pertumbuhan ekonomi pasar domestik China yang tengah mengalami kelebihan pasokan, serta peningkatan akses terhadap sumber-sumber energi terbarukan,” ungkapnya.

Menyusul pelemahan harga batubara dunia, Pandu bilang manajemen Toba Bara menyatakan bakal terus melakukan efisiensi dalam rangka menjaga kinerja keuangan.  Satu diantarannya dengan menjaga besaran beban pokok penjualan yang pada akhir September lalu berada di angka US$ 217 juta, turun 32,9 persen dari posisi beban pokok penjualan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 323,3 juta.

Pandu mengatakan, turunnya beban pokok perseroan terjadi menyusul menurunnya beban sistem pembayaran ekspor impor (free on board cash cost) secara signifikan atau sebesar 15,1 persen secara tahunan, dari US$ 51,5 per ton menjadi US$ 43,7 per ton. “Pencapaian ini terjadi karena inisiatif manajemen biaya, eksekusi mine plan yang lebih baik dan penurunan biaya bahan bakar,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengungkapkan total aset Toba Bara pada 30 September 2015 tercatat mencapai US$ 277,6 juta, atau turun 7,7 persen dari US$ 300,6 juta pada 31 Desember 2014. Sementara total liabilitas pada 30 September 2015 menurun 20,0 persen dari US$ 158,3 juta pada akhir Desember 2014 menjadi menjadi US$ 126,7 juta pada kuartal III 2015.

Seperti diketahui, Toba Bara merupakan perusaha yang terafilisasi dengan PT Toba Sejahtra atau kelompok usaha milik swasta yang bergerak di bidang energi dan perkebunan. Dari catatan yang dikumpulkan , grup tersebut didirikan pada 2004 oleh Jenderal (Purn.) Luhut B. Pandjaitan dengan memiliki empat bisnis utama meliputi: batubara, minyak dan gas, pembangkit listrik, dan perkebunan. Ada pun Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengempit mayoritas Toba Sejahtra

Wednesday, October 28, 2015

Pemerintah Naikan Tunjangan Pegawai BUMN Hingga Rp. 26 Juta dan Rem Kenaikan Upah Buruh

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menegaskan, pemerintah tidak akan membatalkan pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) Tahun 2015 tentang Pengupahan yang diteken Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Oktober lalu. Menurut Pramono, PP yang menjadi dasar formula perhitungan upah minimum provinsi (UMP) tersebut sudah mengakomodir kepentingan pekerja maupun pengusaha.

“Kami meyakini PP Pengupahan ini akan bisa diterima kedua belah pihak, bahwa sekarang ini masih ada demo karena pemerintah tidak bisa memuaskan semua pihak. Namun, kami melihatnya PP ini justru memberi kepastian bagi pekerja maupun pengusaha,” ujar Pramono di kantornya, Rabu (28/10). Kepastian yang dimaksud, menurut Pramono terletak pada dimasukkannya komponen laju inflasi tahunan dan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam formulasi perhitungan UMP untuk memperkuat hitungan kebutuhan hidup layak (KHL).

Jika masih ada demonstrasi para pekerja yang mempersoalkan PP tersebut, menurut Pramono hal tersebut sah-sah saja. “Pemerintah harus lebih cepat membuat keputusan, dan tidak akan mencabut PP pengupahan ini,” tegasnya. Sebelumnya Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dakhiri menyatakan PP Nomor 78 tahun 2015 akan langsung berlaku tahun depan. “Penetapan UMP 2016 oleh Gubernur nanti sudah harus menggunakan formula sebagaimana diamanatkan dalam PP tersebut,” kata Hanif.

Sebagaimana diketahui, formula pengupahan dalam PP baru ini menggunakan angka inflasi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional sebagai variabel utama dalam perhitungan kenaikan upah minimum. Gubernur akan menetapkan dan mengumumkan secara serentak UMP tahun berikutnya pada 1 November. Sebelumnya, Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Rieke Diah Pitaloka mempertanyakan formulasi anyar dalam menghitung UMP tersebut. Rieke berpendapat, formula upah tenaga kerja baru yang disusun pemerintah mengakibatkan pertumbuhan upah minimum tenaga kerja menjadi sangat rendah.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai formula upah baru yang menambahkan nominal upah minimum berjalan dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi, hanya menjadikan kenaikan upah sekitar 10 persen. “Terkait formula upah pemerintah yang baru, kami menegaskan hal tersebut merupakan harga mati yang harus dicabut. Terlebih jelang penetapan upah minimum oleh Gubernur di Indonesia, penerbitan formula upah murah malah menimbulkan gejolak sosial terutama di kawasan industri,” tegas Rieke.

Ia menambahkan, upah pekerja yang selama ini sudah rendah menjadi semakin jauh dari layak. Akibatnya kesejahteraan pekerja akan semakin memburuk yang akan berdampak pada merosotnya daya beli. “Formula upah tersebut juga meniadakan survei pasar dan menghapus Dewan Pengupahan dalam memberi pertimbangan penentuan upah sehingga ilegal dan tidak demokratis,” jelasnya.

Dengan pertimbangan adanya peningkatan kinerja pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pemerintah menilai tunjangan kinerja yang selama ini telah diberikan perlu untuk ditingkatkan. Terkait hal ini pada 16 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian BUMN.

Dalam Perpres itu disebutkan, Pegawai (baik PNS, prajurit TNI dan anggota Polri yang bekerja penuh di Kementerian BUMN) yang mempunyai jabatan di lingkungan Kementerian BUMN, selain diberikan penghasilan sesuai ketentuan, diberikan Tunjangan Kinerja setiap bulan.

Menurut Perpres ini, tunjangan Kinerja sebagaimana dimaksud, dibayarkan terhitung mulai bulan Mei 2015, dan diberikan dengan memperhitungkan capaian kinerja pegawai setiap bulannya. Adapun Pajak Penghasilan atas Tunjangan Kinerja sebagaimana dimaksud dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun bersangkutan.

Mengenai penetapan kelas jabatan dari para pemangku jabatan di lingkungan Kementerian BUMN, menurut Perpres ini, ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang BUMN sesuai dengan persetujuan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian BUMN yang diangkat sebagai pejabat fungsional dan mendapatkan tunjangan profesi, menurut Perpres ini, maka tunjangan kinerja dibayarkan sebesar selisih antara tunjangan kinerja pada kelas jabatannya dengan tunjangan profesi pada jenjangnya. “Apabila tunjangan profesi yang diterima sebagaimana dimaksud pada lebih besar dari pada tunjangan kinerja pada kelas jabatannya maka yang dibayarkan adalah tunjangan profesi pada jenjangnya,” demikian bunyi Pasal 9 ayat (2) Perpres No. 114 Tahun 2015 itu seperti dikutip laman Setkab dot go dot id, Rabu.

Dengan berlakukan Peraturan Presiden ini, maka Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. “Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 12 Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2015 yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly pada tanggal 19 Oktober 2015 itu.

Adapun besaran Tunjangan Kinerja dalam Lampiran Perpres itu adalah:


Penghematan Tak Cukup Selamatkan Usaha Monopoli Listrik PLN Dari Kerugian

PT PLN (Persero) mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 27,4 triliun pada kuartal III 2015, setelah pada triwulan sebelumnya meraup laba bersih Rp 15,27 triliun. Depresiasi rupiah dituding sebagai penyebab utama kerugian perusahaan listrik pelat merah ini. “Pada Triwulan III 2015, Perseroan mengalami Rugi bersih sebesar Rp27,4 triliun terutama karena adanya rugi selisih kurs sebesar Rp45,7 trilliun akibat menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap US$,” kata Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Komukanisi Korporat PLN Bambang Dwiyanto melalui keterangan resmi perseroan, Rabu (28/10).

Berdasarkan catatan PLN, pada 31 Desember 2014 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih sebesar Rp 12.440. Kemudian kurs anjlok bertahap menjadi Rp 14.657 per dolar AS per 30 September 2015. Dari sisi operasional, Bambang mengatakan perseroan sebenarnya berhasil mencetak laba usaha sebesar Rp41,8 triliun pada periode Juli-September 2015. Namun, perolehan laba operasional tersebut lebih rendah 3,63 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 43,6 triliun.

Pencapaian laba operasional itu ditopang oleh pendapatan penjualan tenaga listrik perseroan yang naik 15, 64 persen, dari Rp 133,3 triliun pada kuartal III 2014 menjadi Rp 153,9 triliun. “Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh menjadi sebesar 149,7 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,94 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 146,8 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 910,61/KWh menjadi Rp1.036,16/KWh,” terang Bambang.

Selain itu, beban usaha PLN juga sebenarnya turun sejalan dengan program efisiensi perusahaan. Apabila pada kuartal III 2014 beban usaha perseroan sebesar Rp 177,9 triliun, maka pada triwulan yang sama tahun ini turun 7,45 persen atau sebesar Rp 13,3 triliun menjadi Rp 164,7 triliun.

PLN mencatat, efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 28,46 triliun atau 50,93 persen. Biaya pemakaian BBM PLN pada kuartal III 2015 tercatat sebesar Rp 27,4 triliun, menyusut signifikan dibandingkan dengan pengeluaran untuk belanja yang sama kuartal III tahun lalu Rp 55,9 trilliun.

“Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak/BBM dengan penggunaan batubara/energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar, serta turunnya harga komoditas energi primer,” jelas Bambang.

Selain itu, perseroan juga sudah mengupayakan transaksi lindung nilai (hedge) khusus utang valuta asing perusahaan yang jatuh tempo mulai April 2015. Langkah ini, jelas Bambang, dilakukan PLN untuk mengurangi beban operasi di tengah tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Serangkaian kebijakan efisiensi tersebut, lanjut Bambang, cukup efektif menekan biaya subsidi listrik yang turun sebesar Rp 37,28 triliun menjadi sebesar Rp 45,9 triliun pada kuartal III 2015 dibandingkan dengan posisi triwulan III 2014 yang mencapai Rp 83,35 triliun.

Di sisi lain, Bambang mengatakan, total aset PLN pun bertambah sebesar Rp 21,9 triliun sepanjang Januari-September 2015 sehingga totalnya mencapai Rp 632,9 triliun per 30 September 2015.  “Kenaikan total aset ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan asset operasional ketenagalistrikan sebesar Rp 12,7 triliun atau 5,68 persen sehingga menjadi Rp 549,5 triliun, sejalan dengan adanya investasi terutama pada proyek pembangkit dan transmisi,” tutur Bambang.

Adapun jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir Triwulan III 2015 mencapai 60,3 juta pelanggan atau naik 13,78 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, 56,5 juta pelanggan. Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 82,9 persen pada September 2014 menjadi 87,3 persen pada September 2015.