Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masih mengalami kerugian hingga kuartal I 2022. Bahkan, kerugiannya tambah besar. Seperti dikutip dalam laporan keuangan konsolidasian interim yang tidak diaudit, GoTo mencatat rugi periode berjalan pada kuartal I-2022 sebesar Rp 6,61 triliun. Angka itu meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,95 triliun.
Jumlah aset perusahaan tercatat Rp 151,13 triliun pada kuartal I-2022. Aset tersebut turun jika dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 155,13 triliun.
Total liabilitas GoTo sebesar Rp 16,61 triliun. Liabilitas mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 16,11 triliun.
Berikutnya, jumlah ekuitas tercatat sebesar Rp 134,52 triliun, turun dari sebelumnya Rp 139,02 triliun.
Pendapatan bersih tercatat sebesar Rp 1,49 triliun. Angka ini naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 904,83 miliar.
CEO GoTo Andre Soelistyo mengatakan, rugi GoTo naik tajam karena data pembanding laporan keuangan kuartal I-2021 disajikan tanpa Tokopedia. Dia mengatakan, Gojek baru resmi bergabung dengan Tokopedia pada Mei 2021, sehingga kata dia, membandingkan kinerja GoTo kuartal I-2022 dengan kuartal I-2021 kurang tepat.
"Hal ini kurang tepat karena laporan keuangan PT GoTo Gojek Tokopedia dan anak perusahaan periode kuartal I-2021 disajikan tanpa Tokopedia dikarenakan penggabungan dari Gojek dan Tokopdia baru selesai dilakukan bulan Mei 2021," katanya dalam konferensi pers. "Sehingga untuk menggambarkan bisnis secara apple to apple akan lebih tepat menggunakan laporan keuangan proforma," tambahnya.
PT Gojek Tokopedia Tbk (GoTo), merilis laporan keuangan periode 2021 dibandingkan dengan 2020 dan kuartal I 2022 dibandingkan dengan kuartal I 2021 atau year on year (yoy). Emiten dengan ekosistem digital terbesar di Indonesia ini mencatat kenaikan nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) seiring dengan tingginya penggunaan layanan di ekosistem Goto.
Di tahun 2021, angka GTV GoTo tembus Rp 461,60 triliun, naik 40% dibandingkan dengan tahun 2020 yaitu Rp 330,18 triliun. Angka GTV ini setara dengan 2,72% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2021 sebesar Rp16.970,8 triliun sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS).
Dari jumlah GTV ini, kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp 50,31 triliun di 2021, naik 25,21% dari Rp 40,18 triliun. Kemudian e-commerce tumbuh 45,82% mencapai Rp 230,59 triliun dari Rp 158,13 triliun. Sedangkan financial technology (fintech) mampu melesat 80% hingga mencapai Rp 214,91 triliun dari yang sebelumnya Rp 119,52 triliun.
Sementara itu, GTV Januari-Maret 2022 (kuartal I) mencapai Rp 139,54 triliun. Angka ini menunjukan peningkatan sebesar 45,04% dari periode yang sama 2021 senilai Rp 96,21 triliun. GTV ini ditopang on-demand naik 39,48% menjadi Rp 14,45 triliun dari Rp 10,36 triliun, e-commerce naik 27,66% menjadi Rp 65,13 triliun dari Rp 51,02 triliun, dan fintech melesat 91% menjadi Rp 77,31 triliun dari Rp 40,54 triliun.
CEO Grup GoTo Andre Soelistyo mengatakan sepanjang tahun 2021, perusahaan secara konsisten menjalankan rencana bisnis dengan baik, sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan di setiap lini bisnis dan peningkatan margin secara keseluruhan.
"Pembentukan GoTo, dari kombinasi Gojek dan Tokopedia, menempatkan kami dalam posisi yang lebih baik lagi untuk melayani konsumen. Seiring dengan komitmen semakin memperdalam integrasi bisnis, kami mampu meningkatkan efisiensi operasional, menghadirkan peluang bisnis dengan pendekatan multi platform serta berinvestasi bagi pertumbuhan dan profitabilitas GoTo," kata Andre dalam keterangan tertulis, Senin (30/5/2022).
"Perusahaan operasional kami mampu mencetak kinerja yang kuat, dengan didukung oleh sinergi ekosistem. Fokus kami mendorong penggunaan antara platform-platform terdepan ini. Misalnya, kami telah mendorong GoPay menjadi uang elektronik yang paling banyak digunakan di Tokopedia, memperkenalkan penyelarasan status program loyalitas di Gojek dan Tokopedia, serta mengkonsolidasi sistem poin penghargaan kami, GoPay Coins, di seluruh ekosistem," imbuhnya.
Andre menjelaskan bahwa GoTo mencatat terjadi pertumbuhan 37% untuk jumlah pengguna yang bertransaksi dalam setahun di kedua platform Gojek dan Tokopedia selama 2021, dengan kecenderungan berbelanja lebih banyak dan lebih setia dibandingkan dengan pengguna salah satu platform saja.
Tahun lalu, pendapatan bruto GoTo tumbuh 45% yoy mencapai Rp 17,1 triliun dari Rp 11,85 triliun, sementara pendapatan bersih naik 9% menjadi Rp 5,30 triliun dari Rp 4,82 triliun. Lalu jumlah pengguna tahunan dalam 12 bulan tumbuh naik 6% mencapai 59,4 juta dan jumlah pedagang yang terdaftar naik 25% menjadi 15,1 juta. Sedangkan jumlah mitra pengemudi terdaftar juga tumbuh 3% menjadi 2,6 juta serta jumlah pesanan pun naik 18% mencapai 2,2 miliar pesanan. Berbagai peningkatan inipun mencerminkan pertumbuhan take rate atau komisi yang diambil perusahaan dalam menyediakan jasa platform dalam ekosistem GoTo.
Adapun di kuartal I tahun 2021, pendapatan bruto GoTo naik 53% menjadi Rp 5,2 triliun yang mencerminkan pertumbuhan take rate dari 3,5% menjadi 3,7% didorong oleh monetisasi pada segmen e-commerce dan on-demand yang lebih baik. Di kuartal I periode ini, pendapatan bersih mencapai Rp1,5 triliun, naik 7,14% dari sebelumnya Rp1,4 triliun. "Terdapat pertumbuhan take rate secara konsisten year-on-year dari 19% pada kuartal pertama tahun 2021 menjadi 22% pada kuartal pertama tahun 2022," jelasnya.
"Sepanjang 2022, kami akan terus mendorong inisiatif-inisiatif ini dan menggunakan keunggulan kompetitif yang ekosistem kami miliki, sekaligus memaksimalkan potensi pertumbuhan di Indonesia dan Asia Tenggara. Dengan semakin longgarnya kegiatan masyarakat, peningkatan dan integrasi produk akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa GoTo mampu terus melayani pertumbuhan kebutuhan dan jumlah pengguna kami di layanan on demand, e-commerce, dan financial technology," pungkas Andre.