Tuesday, August 31, 2010

Soal Beras Pemerintah Belum Solid Tentukan Sikap dan Kebijakan

Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Perum Bulog harus mau duduk bersama membangun komunikasi yang intensif soal perberasan nasional. Soliditas pemerintah akan menghasilkan data riil lapangan yang memudahkan menyusun antisipasi masalah.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia DKI Jakarta Nellys Soekidi di Jakarta, Selasa (31/8).

”Sekarang bukan saatnya menuduh pedagang berspekulasi. Ini pasar sempurna dengan persaingan tinggi, untuk apa pedagang menimbun stok saat harga sedang tinggi,” ujar Nellys, yang juga pengusaha beras di Pasar Induk Beras Cipinang.

Harga beras nasional saat ini jauh lebih tinggi daripada pasar internasional. Harga beras medium IR 64-II kini Rp 6.220 per kilogram, jauh di atas harga beras Vietnam yang Rp 5.000 per kilogram franko Jakarta. Sementara harga beras medium patokan pemerintah adalah Rp 5.060 (bukan Rp 4.500)per kg.

Menurut Nellys, pemerintah sebenarnya dapat mengantisipasi kenaikan harga beras. Pemerintah daerah sudah melapor sejak awal serangan hama wereng yang membuat petani gagal panen.

Walau kondisi tersebut belum mencapai skala nasional, pemerintah seharusnya segera bertindak. Bantuan benih atau pupuk langsung kepada petani tentu dapat menenangkan publik sehingga kekhawatiran gagal panen tidak semakin parah.

”Pedagang ini hanya perantara. Petani menjual murah, pedagang pasti akan menjual murah. Kalau pasang harga terlalu tinggi, konsumen pasti pindah ke toko lain,” ujar Nellys.

Libur Lebaran yang mulai berlangsung diharapkan dapat menurunkan harga beras bertahap. Pedagang beras mulai H-7 sampai H+7 hanya menerima pasokan yang sudah telanjur dikirim dan bersiap libur Lebaran.

Cadangan Bulog

Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar di Jakarta, Selasa, menegaskan, panen raya yang diperkirakan di Sulawesi Selatan pada September 2010 menjadi andalan pemerintah untuk memenuhi semua target cadangan beras Bulog.

Ia mengatakan, panen raya yang dipusatkan di Wajo ini diharapkan akan menutup sisa pengadaan beras Bulog yang saat ini tinggal 45 persen dari target pengadaan beras pemerintah. Stok Bulog saat ini 1,4 juta ton

Mustafa dijadwalkan akan melihat langsung ke Wajo akhir pekan ini. Jika produksi padi mencukupi, pemerintah tidak akan mengimpor beras hingga sisa tahun ini.

Mustafa menegaskan, Bulog diharuskan kreatif sehingga target pengadaan beras bisa dicapai tanpa harus menambah anggaran pengadaannya. Salah satu caranya adalah memasukkan ongkos pengadaan dan pengangkutan beras (dari panen raya di Wajo ke gudang Bulog di Makassar) ke dalam komponen harga pembelian. Jadi, Bulog tetap bisa membeli beras tanpa harus melanggar ketentuan harga pembelian pemerintah.

Juru Bicara Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro di Jakarta, menegaskan, pemerintah menyadari ketersediaan stok beras kian penting dalam menghadapi perubahan iklim. Untuk itu, pemerintah terus memperkuat cadangan beras dan stok pangan mandiri di masyarakat.

Ia mengatakan, masyarakat masih menyimpan stok gabah atau beras hasil panen untuk dipakai sesuai kebutuhan. Namun, dia tidak mengetahui persis volume stok masyarakat itu.

BKPM Menjadi Ujung Tombak Investasi Indonesia

Pemerintah menunjuk Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM sebagai penanggung jawab untuk menawarkan lima proyek infrastruktur kepada investor. Lima proyek yang ditawarkan itu total bernilai 4,44 miliar dollar AS.

Menurut Kepala BKPM Gita Wiryawan, Selasa (31/8) di Jakarta, lima proyek yang ditawarkan tersebut adalah Pelabuhan Tanah Ampo, Tampaksiring, Bali, senilai 30 juta dollar AS; proyek rel kereta api Bandara Soekarno- Hatta-Manggarai, Jakarta (735 juta dollar AS); proyek PLTU Jawa Tengah (3 miliar dollar AS); proyek jalan tol Bandar Udara Medan Baru di Kuala Namu (475 juta dollar AS); dan proyek air minum Umbulan, Pasuruan, Jawa Timur (200 juta dollar AS).

Gita menyampaikan hal itu seusai rapat tentang kemitraan pemerintah dan swasta, yang dipimpin Wakil Presiden Boediono di Istana Wakil Presiden. Hadir dalam rapat tersebut, antara lain, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Perhubungan Freddy Numberi, serta Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto.

”Jika kita sudah merevisi peraturan presiden dan ketentuan lainnya yang terkait, akhir September depan kita sudah bisa menawarkan lima proyek tersebut,” kata Gita.

Dijelaskan, proyek infrastruktur itu baru bisa berjalan awal tahun depan. ”Kalau financial closing-nya diperkirakan baru kuartal III-2011,” ujar Gita.

Menurut Gita, minat investor terhadap proyek-proyek tersebut relatif besar. ”Terutama dari negara-negara Asia. Tetapi, tak tertutup kemungkinan dari Eropa dan lainnya,” katanya.

Guna memonitor hasil kerja dan perkembangan investasi, menurut Gita, ia meminta UKP4 juga mengontrol BKPM sehingga BKPM termasuk satu dari 34 kementerian dan lembaga yang masuk dalam pengawasan dan pengendalian UKP4.

Dengan demikian, setiap tiga bulan sekali, UKP4 akan menilai kinerja BKPM

Pengadaan Radar Soekarno-Hatta Dipercepat Sebelum Terjadi Kecelakaan

Pengadaan radar untuk memperkuat sistem navigasi lalu lintas udara wilayah barat Indonesia dipercepat, dari rencana awal tahun 2013 menjadi tahun 2011. Untuk keperluan itu, dibutuhkan Rp 1 triliun, Rp 800 miliar di antaranya disiapkan oleh PT Angkasa Pura II.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Selasa (31/8) di Jakarta, menjelaskan, radar untuk memperkuat sistem navigasi atau Jakarta Automation Air Traffic System (JAATS) yang ada saat ini adalah sistem yang dibangun tahun 1985-1986 dan diperbarui tahun 1996.

”Awalnya masih mampu melayani 400-500 pergerakan (pesawat), sekarang sudah kewalahan karena ada 2.000 pergerakan,” kata Hatta seusai memimpin rapat koordinasi tentang Radar PT Angkasa Pura II dan Ketahanan Pangan.

Rapat dilaksanakan terkait kegagalan atau hilangnya radar JAATS selama 30 menit, Senin.

Radar baru

Direksi Angkasa Pura II untuk jangka pendek, kata Hatta, harus mempercepat penyegaran sistem, yakni dari setiap satu bulan menjadi setiap dua minggu. Jangka menengah, mempercepat pengadaan radar, membangun menara baru, dan pengadaan perlengkapan lainnya.

”Dengan radar baru, sistemnya akan menjadi sangat andal. Mereka juga harus memastikan sistem di Jakarta dan Makassar (Makassar Automation Air Traffic System/MAATS) terintegrasi sehingga ketika terjadi kegagalan di Jakarta, Makassar bisa menggantikannya, demikian sebaliknya. Dengan cara ini, semua ruang udara Indonesia bisa dilayani,” tutur Hatta.

Dijelaskan, paling lambat Januari 2011, pengelola JAATS dan MAATS dikeluarkan dari pengelolaan Angkasa Pura I dan II. Selanjutnya dibentuk pengelola baru berbentuk perusahaan umum, khusus bertanggung jawab atas pelayanan lalu lintas udara Indonesia.

”Perum ini khusus, bersifat pelayanan. Fungsinya, memberikan pelayanan, bukan komersial, jadi nirlaba. Bentuk finalnya dibicarakan Menteri BUMN, Menteri Perhubungan, serta Menteri Hukum dan HAM,” ujar Menko Perekonomian.

Digabung

Mulai Januari 2011, wilayah navigasi lalu lintas penerbangan nasional digabung. Saat ini, di Indonesia ada dua area informasi penerbangan (flight information region/FIR). Dua FIR tersebut adalah FIR Barat berbasis di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, dan FIR Timur yang dipantau dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Penggabungan wilayah navigasi lalu lintas penerbangan ini akan berdampak pada penerimaan dua perusahaan pengelola bandara yang ada di Indonesia, yakni PT Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II.

”Dengan penggabungan FIR, pendapatan kami dari unit FIR sekitar Rp 700 miliar akan hilang. Namun, itu akan disertai berkurangnya beban biaya perusahaan dengan besaran yang hampir sama, Rp 700 miliar,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I Tommy Soetomo.

Dijelaskan, setelah penggabungan, bisnis Angkasa Pura akan fokus pada pengelolaan bandara. ”Kami belum tahu bentuk lembaga yang akan mendapat kewenangan menangani FIR, keputusannya ada di pemerintah. Ini amanat Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,” ujar Tommy.

BBM Subsidi Segera Diatur Untuk Dikurangi

Pemerintah menegaskan tidak akan menambah anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM dan memilih menekan volume BBM bersubsidi tahun 2010. Agar volume BBM bersubsidi tidak membengkak, pengaturan konsumsi BBM segera diberlakukan.

”Kami harus menjaga volume tak terlewati sehingga program- program untuk menjaga agar volume itu mencukupi harus dilakukan. Kalau volume itu melebihi (kuota di APBN-P 2010), kami harus (lapor) kepada DPR. Dua minggu lalu, kami (menteri- menteri di bidang ekonomi) sudah bertemu melakukan pengendalian program volume BBM,” kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta, Selasa (31/8), seusai menghadiri rapat koordinasi yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa.

Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melaporkan, realisasi konsumsi BBM bersubsidi tahun 2010 diperkirakan 38,6 juta kiloliter (kl), lebih rendah dibandingkan prognosis PT Pertamina sebesar 39,23 juta kl. Ini berarti konsumsi BBM itu melampaui kuota dalam APBN-P 2010, yakni 36,5 juta kl.

BPH Migas memperkirakan dari 38,5 juta kl itu, premium mencapai 23,19 juta kl, minyak tanah 2,3 juta kl, dan solar 13 juta kl. Dalam APBN-P 2010, BBM bersubsidi terdiri atas premium 21,45 juta kl, minyak tanah 3,8 juta kl, dan solar 11,25 juta kl (Kompas, 31/8/2010).

Menurut Agus, menambah volume BBM bersubsidi di atas kuota APBN-P 2010 bukan pilihan pemerintah saat ini. Pemerintah lebih menekan BPH Migas untuk melakukan berbagai program pengendalian konsumsi BBM, antara lain, menggunakan kartu.

”Itu (program pengendalian konsumsi BBM) akan kami lakukan tidak lama lagi. Jangan sampai volume dinaikkan. Sektor mesti menjaga dan melaksanakan program yang dulu pernah untuk mengendalikan volume BBM. Istilah saya sekarang, prioritasnya adalah menjaga volume terlebih dulu,” kata Agus.

Dua langkah

Secara terpisah, Menko Perekonomian menegaskan, jika program pengaturan konsumsi BBM tidak dilakukan, pembengkakan volume BBM bersubsidi mencapai 38,6 juta kl pasti terjadi. Karena itu, pemerintah akan melakukan dua hal.

Pertama, memerintahkan BPH migas meningkatkan kualitas pengawasan dan pengaturan distribusi BBM bersubsidi agar volumenya tidak membengkak. Kedua, menguji keandalan program pengaturan konsumsi BBM yang diusulkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dalam surat Nomor 4642/10/MEM.M/2010 tertanggal 13 Juli 2010 tentang Penghematan BBM Bersubsidi menyampaikan sejumlah usulan kepada Menteri Koordinator Perekonomian. Disebutkan, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) diketahui bahwa kelompok menengah ke atas punya kemampuan membeli BBM nonsubsidi.

Dengan demikian, upaya penghematan BBM bersubsidi tidak akan memengaruhi secara signifikan pada masyarakat menengah ke atas.

Untuk mengurangi penggunaan jenis BBM tertentu, diusulkan langkah-langkah, antara lain, semua jenis kendaraan pribadi roda empat atau lebih serta produksi mulai tahun 2005 dan seterusnya (berdasarkan STNK), tidak diberikan BBM bersubsidi. Jika hal ini diterapkan per 1 September 2010, diharapkan menghemat 2,3 juta kl.

Direktur Eksekutif Institute Reforminer (Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi) Priagung Rahmanto mengatakan, secara logika tanpa adanya program diversifikasi atau konversi BBM ke bahan bakar lain yang masif, seperti konversi minyak tanah ke elpiji kemasan 3 kilogram.

Selain itu, juga dikatakan, tanpa adanya terobosan kebijakan lain, tak mungkin bisa menurunkan volume BBM bersubsidi ke level 36,5 juta kl. Kebijakan lain yang dimaksud adalah pengaturan transportasi massal yang lebih pada transportasi umum. ”Saya tidak melihat program terobosan seperti itu akan dilakukan pada tahun 2011,” ujarnya.

Pengusaha Meminta Ketegasan Soal Tata Ruang Kalteng Untuk Kelapa Sawit

Pengusaha kelapa sawit, yang bergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, meminta bantuan Komisi IV DPR untuk menengahi masalah rencana tata ruang dan wilayah provinsi. Para pengusaha itu merasa menjadi korban kebijakan pemerintah tahun 2000-2006 soal status lahan.

Demikian yang mengemuka dalam rapat dengar pendapat Komisi IV DPR dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Rapat dipimpin Wakil Ketua Komisi IV dari Fraksi Partai Golkar Firman Soebagyo di Jakarta, Selasa (31/8).

Menanggapi permintaan Gapki, Komisi IV DPR berjanji akan membahas masalah tersebut dengan pemerintah. Menurut Firman, sektor riil yang digerakkan swasta harus didorong dan dilindungi karena menjadi motor ekonomi. Namun, di sisi lain, hutan juga harus difungsikan sebaik-baiknya untuk kepentingan ekologi dan ekonomi.

Berdasarkan laporan Gubernur Kalimantan Tengah kepada Menteri Kehutanan, terdapat 964.000 hektar perkebunan tanpa izin. Sebagian besar perkebunan itu berkembang dalam periode 2000-2006.

Menurut Sekretaris Umum Gapki Joko Supriyono, pemerintah hendaknya tak terus menyamaratakan perkebunan kelapa sawit di Kalteng sebagai perambah hutan. Sebagian besar perkebunan itu memiliki izin pemerintah daerah dan sesuai surat Kepala Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan Nomor 778/VIII-KP/2000 tanggal 12 September 2000.

Namun, Menteri Kehutanan mencabut surat Kepala Baplan tersebut dengan surat No S.575/Menhut-II/2006 tanggal 11 September 2006.

Persoalan muncul karena pemerintah memberlakukan aturan tersebut secara retroaktif dan menganggap ilegal perkebunan yang sudah ada.

”Kami tidak mau semuanya diputihkan begitu saja. Pemerintah harus bijaksana menyelesaikan masalah ini karena mereka juga ikut menyebabkan hal ini,” kata Joko.

Ketua Bidang Penelitian dan Lingkungan Hidup Gapki Daud Dharsono mengatakan, pengusaha meminta ketegasan pemerintah. Sebagian besar anggota Gapki di Kalteng beroperasi dengan izin lengkap mengikuti regulasi pemerintah pusat dan pemda ketika itu. Dengan izin itu, pengusaha membuka lahan dan mendapat sertifikat HGU.

”Sekarang pemerintah menetapkannya sebagai hutan produksi. Kami berharap Komisi IV bisa membantu sehingga iklim usaha perkebunan nasional semakin kondusif,” ujar Daud.

Jangan Ajak Kerabat Untuk Merantau Bila Tidak Punya Keahlian

Tenaga kerja Indonesia yang mudik, saat kembali ke negara tempat mereka bekerja seusai Lebaran, diimbau tidak mengajak kerabat yang keterampilannya rendah dan belum siap bekerja ke luar negeri.

Hal itu disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar di Jakarta, Selasa (31/8). Pemerintah memperkirakan 500.000 tenaga kerja Indonesia kembali ke Tanah Air untuk merayakan Lebaran.

Menurut Muhaimin, TKI yang sukses di luar negeri dan berangkat melalui jalur resmi wajib memberikan informasi kepada kerabat yang ingin bekerja di luar negeri. ”Apabila calon TKI memiliki gambaran awal tentang prosedur resmi, situasi, dan kondisi kerja di sana, tentu lebih mudah bagi mereka beradaptasi di tempat kerja,” ujar Muhaimin.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tengah berkampanye dengan slogan ”Jangan Berangkat Sebelum Siap”. Kampanye ini untuk menekan jumlah TKI bermasalah di luar negeri.

Sekitar 5,8 juta warga negara Indonesia bekerja di luar negeri. Sebagian besar bekerja di sektor informal, terutama pembantu rumah tangga, karena tingkat pendidikan yang rendah.

Pendidikan yang rendah ditengarai menjadi salah satu faktor yang membuat jumlah TKI bermasalah tinggi. Masalah terbesar yang dihadapi TKI adalah gaji tidak dibayar, penganiayaan, pelecehan seksual, dan perlakuan yang tidak layak di tempat kerja.

Muhaimin mengimbau pemerintah daerah kantong TKI lebih aktif menyosialisasikan proses pemberangkatan resmi selama liburan Lebaran. Hal ini untuk mengantisipasi para sponsor yang berkeliaran mencari calon TKI.

”Pemerintah berharap siapa pun yang hendak menjadi TKI harus mempunyai keterampilan dan kompetensi sehingga dapat bekerja di sektor formal yang memiliki perlindungan hukum lebih pasti,” ujar Muhaimin.

Dijelaskan, Hongkong, Taiwan, Malaysia, Korea Selatan, Brunei, dan Singapura masih membutuhkan banyak tenaga kerja formal, terutama di sektor manufaktur, perkebunan, dan konstruksi.

Perlindungan PRT

Aktivis Jaringan Nasional Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT) mengecam sikap DPR yang mengabaikan pembahasan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pembantu Rumah Tangga.

Lita Anggraeni dari Jala PRT mengingatkan, Ketua DPR Marzuki Alie menyatakan, RUU Perlindungan PRT akan diselesaikan tahun 2010. Namun, selama delapan bulan terakhir, Komisi IX DPR tak kunjung membahas RUU Perindungan PRT tanpa alasan yang jelas

Laba PT. Timah Melejit Tajam Menjadi 322 Milyar

PT Timah (Persero) membukukan laba bersih pada semester I-2010 sebesar Rp 322,3 miliar, sementara pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 42,9 miliar.

Peningkatan laba bersih ini didorong kenaikan harga logam timah seiring dengan lonjakan permintaan di pasar dunia.

Menurut Direktur Utama PT Timah Wachid Usman, dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (31/8), harga jual logam timah yang diterima perseroan itu selama semester I-2010 sebesar 17.529 dollar AS per metrik ton atau lebih tinggi daripada harga periode yang sama tahun lalu sebesar 12.087 dollar AS per metrik ton.

Pada neraca perseroan untuk periode yang berakhir 30 Juni 2010, jumlah aktiva tercatat Rp 5.047,4 miliar atau 4 persen lebih tinggi daripada posisi pada 31 Desember tahun 2009 yang sebesar Rp 4.855,7 miliar.

Sekretaris Korporat PT Timah Abrun Abubakar menambahkan, untuk mengurangi ketergantungan dari penambangan darat, saat ini perusahaan tengah membangun lima kapal isap baru yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2010.

Sebagai bagian dari rencana strategis perusahaan, PT Timah akan membatasi jumlah produksi logam sehingga perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dengan fokus pada penjualan logam premium.

Selama semester I-2010, konsumsi logam timah dunia 176.300 metrik ton atau meningkat 27 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berjumlah 139.200 metrik ton.

Kinerja Aneka Tambang

Sementara itu, PT Aneka Tambang (Persero) mengumumkan penandatanganan kontrak engineering, procurement and construction (EPC) terkait dengan konstruksi proyek chemical grade alumina (CGA) Tayan.

Penandatanganan kontrak EPC dilakukan PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA) dengan konsorsium PT Wijaya Karya, Tsukishima Kikai, dan PT Nusantara Energi Abadi sebagai kontraktor EPC itu.

”Konstruksi proyek CGA Tayan diharapkan dapat dimulai pada kuartal I-2011 dengan target penyelesaian pada Desember 2013,” kata Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Bimo Budi Satriyo.

Produksi komersial diharapkan bisa dimulai pada kuartal I-2014. Proyek CGA Tayan yang berlokasi di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, akan meningkatkan nilai pada cadangan bauksit Antam yang berjumlah besar.

Proyek itu akan memproduksi 300.000 ton CGA per tahun. Nilai proyek CGA Tayan sekitar 450 juta dollar AS. Adapun struktur pendanaan proyek berasal dari pendanaan eksternal ataupun internal.

”Tanggal efektif kontrak EPC bergantung pada beberapa faktor, di antaranya adalah penyelesaian financial close,” ujar Bimo.

Dilema Kebijakan Harga Beras Yang Di Kontrol Pemerintah

Kebijakan pemerintah yang ”gemar” menaikkan harga beras melalui harga pembelian pemerintah kini menjadi bumerang. Apalagi, bila kebijakan tersebut belum mampu mentransmisikan kesejahteraan kepada petani dan sebaliknya melampaui ”daya tahan” masyarakat.

Masalah naiknya harga beras saat ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) serta strategi kebijakan pembangunan pertanian dan ekonomi nasional.

Sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin, tercatat lima kali HPP untuk gabah dan beras dinaikkan (Januari 2006-Januari 2010). Bahkan, tahun 2008 kebijakan HPP dikeluarkan dua kali, yakni April dan Desember.

Naiknya HPP mendorong kenaikan harga beras di pasaran. Harga produk samping industri penggilingan padi, seperti katul, juga naik. Selain itu, juga memicu kompetisi pemanfaatan lahan yang makin ketat.

Akibatnya, harga jagung dan kedelai naik. Ini mendorong naiknya harga pakan. Saat ini saja, industri pakan bersiap-siap menaikkan lagi harga jual produknya. Karena pakan naik, harga produk peternakan, seperti daging dan telor, juga naik. Singkat kata, semua naik. Baik harga pangan maupun nonpangan. Belum lagi dampak kenaikan tarif dasar listrik dan BBM.

Di sisi lain, kenaikan harga tak sebanding dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Pegawai negeri sipil dan TNI/Polri lebih baik karena menerima kenaikan gaji.

Bagaimana dengan pedagang informal dan sektor jasa yang banyak didominasi rakyat kecil? Seperti nasib sopir angkutan umum, ojek, taksi, tukang becak, kuli bangunan, buruh tani, nelayan, pedagang asongan, dan jenis pekerjaan sejenis lainnya yang milik orang kecil.

Karena semua harga naik, hal itu memicu masyarakat semakin berhemat. Mereka inilah yang paling banyak terpukul karena pendapatan mereka turun terkena imbasnya.

Apalagi, delta harga beras HPP dengan di pasar tahun ini mencapai rekor tertinggi, lebih dari Rp 1.200 per kg. Akibatnya, kenaikan harga saat ini pun dirasa begitu menyengsarakan.

Dibandingkan Thailand dan Vietnam, harga beras di Indonesia lebih tinggi untuk kualitas yang sama. Tingginya harga menimbulkan kerentanan, apalagi bila sudah melampaui ambang batas daya tahan masyarakat.

Terlena

Mengendalikan harga beras menjadi harga mati. Hal itu dilakukan dengan cara menjaga produksi beras agar tetap bagus dan mengendalikan harga di pasar. Yang pertama urusan Kementerian Pertanian (Kemtan) dan kedua tugas Perum Bulog.

Sejak tahun 2006 produksi beras nasional terus meningkat. Hal ini karena tiga faktor, yakni program bagi-bagi benih unggul dan pupuk gratis, dorongan daya tarik harga beras yang membaik, serta introduksi benih padi hibrida.

Tentu ada faktor lain, seperti kerja penyuluh pertanian dan aparat birokrasi pertanian di pusat dan daerah. Namun, untuk kedua hal ini, getarannya tidak begitu terasa di lapangan.

Pencapaian swasembada beras dalam dua tahun belakangan ini tampaknya membuat pemerintah terlena. Fokus pemerintah kemudian tidak bagaimana menjaga momentum produksi meski dalam iklim sulit sekalipun, tetapi bagaimana menekan subsidi bagi pertanian.

Gerakan efisiensi pun merebak di mana-mana. Subsidi pupuk 2010 dan 2011 dipangkas. Bulog juga jangan sampai merugi. Padahal, bila mau jujur dan bertanya kepada petani, mereka lebih senang harga gabah dan beras tidak naik, tetapi harga kebutuhan hidup lain tetap.

Di tengah euforia swasembada dan pengurangan subsidi pupuk, perubahan iklim ekstrem datang. Panen padi musim hujan 2010 tidak menggembirakan bagi petani. Kualitas padi hancur, petani mengeluh produktivitas melorot. Di beberapa daerah, mereka teriak gagal panen.

Meski demikian, sudah bisa ditebak, produksi beras nasional pasti naik. Badan Pusat Statistik menghitung produksi padi pada angka ramalan I BPS yang dirilis Juni 2010 naik menjadi 65,15 juta ton gabah kering giling. Produksi padi nasional adalah hasil perkalian antara produktivitas tanaman padi per hektar dan luas panen.

Produktivitas yang menghitung BPS melalui model sampling ubinan. Adapun data luas panen disetor Kemtan. Meski alih fungsi lahan pangan 110.000 hektar per tahun dan cetak sawah baru 15.000 hektar per tahun, luas tanam dan panen padi tetap meningkat setiap tahun.

Naiknya produksi padi (beras) berdasarkan perkiraan BPS ini tentu kian menumbuhkan optimisme pemerintah bahwa ketersediaan beras nasional aman. Karena itu, tidak perlu panik atas beberapa gejala alam.

Bahkan, ketika Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kemtan Sutarto Alimoeso ditarik menjadi Dirut Bulog, hingga saat ini belum ada figur tetap yang menggantikannya.

Padahal, dirjen tanaman pangan merupakan pejabat tertinggi yang secara strategis bertanggung jawab pada keberhasilan dan kegagalan produksi beras. Tidak hanya itu, jabatan direktur perlindungan tanaman pangan yang merupakan pejabat paling bertanggung jawab dalam urusan hama penyakit padi, termasuk wereng, juga dibiarkan kosong. Entah apa yang melatarbelakanginya?

Padahal, kondisi di lapangan sangat memprihatinkan. Para pengusaha beras saat panen raya 2010 lalu kesulitan mendapatkan gabah. Gangguan panen akibat cuaca dan serangan hama penyakit, terutama wereng dan kresek, mengakibatkan pasokan berkurang. Karena pasokan kurang, harga pun melambung.

Pada saat yang sama, trauma Bulog merugi Rp 720 miliar tahun 2009 era kepemimpinan Mustafa Abubakar juga menjadi momok bagi pemerintah pusat. Saat Mustafa menjadi Dirut Bulog, prioritas Bulog ada pada pengadaan beras sebanyak-banyaknya. Kualitas nomor dua.

Karena itu, banyak kasus raskin kualitas buruk. Namun, stok beras Bulog fantastis sehingga pedagang takut berspekulasi.

Sutarto mencoba mengubah model pendekatan, kerugian Bulog harus diminimalkan. Kalau perlu nol. Kualitas raskin harus ditingkatkan. Namun, konsekuensinya, penyerapan beras Bulog rendah dan stabilitas harga beras di pasaran dipertaruhkan.

Tombak bermata dua

Kebijakan menaikkan HPP gabah dan beras sebagai satu-satunya solusi utama dalam mendorong kesejahteraan petani bagai tombak bermata dua.

Bukan berarti kenaikan HPP tidak penting. Namun, jauh lebih penting dari itu adalah meningkatkan produktivitas hasil panen dengan pilihan kebijakan tetap dalam kerangka kedaulatan pangan. Selain itu, juga mendorong peningkatan pendapatan petani melalui sektor-sektor lain di luar pertanian.

Tidak bijaksana tentunya berharap menyejahterakan petani dengan lahan garapan 0,5 hektar. Sama tidak bijaksananya dengan kebijakan pemerintah membagi lahan di Merauke, Papua, di tengah petani yang lapar sumber daya lahan.

Satu-satunya cara menarik tenaga kerja pertanian keluar dari sektor budidaya pertanian adalah membangun industri pertanian dan non-pertanian berbahan baku lokal. Memperluas akses kerja di sektor perdagangan, jasa, dan industri bagi warga sendiri agar kue ekonomi terbagi rata.

Bukan dengan membangun mal-mal dan pusat perbelanjaan yang isi dan kepemilikannya asing, warung waralaba asing, menghadirkan pusat perbelanjaan di kampung-kampung, dan mengimpor produk pangan olahan dari negara tetangga.

Kalau serba ”asing” model pembangunan ekonomi nasional, masyarakat mau kerja dan mau makan apa? Di luar semua itu, adaptasi dan mitigasi iklim jangan lagi dijalankan sambil lalu. Varietas unggul yang tahan iklim ekstrem harus terus dihasilkan dengan lompatan-lompatan teknologi.

Kenaikan harga beras sudah pasti akan terus terjadi. Pada Maret 2011 harga beras kualitas medium atau yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia diramalkan pengamat perberasan Husein Sawit bakal naik menjadi Rp 7.600 per kg.

Kalau beras medium setinggi itu, beras premium menembus Rp 10.000. Masyarakat tentu tidak akan mampu bertahan. Bagaimana dengan pemerintah?

Astra Agro Lestari akan dipasok PT Pupuk Kalimantan Timur

Kebutuhan pupuk urea dan NPK perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari akan dipasok PT Pupuk Kalimantan Timur. Pasokan pupuk ini untuk perkebunan yang ada di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.

Penandatanganan nota kesepahaman pasokan pupuk itu dilakukan Direktur Utama P Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Hidayat Nyakman dan Wakil Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari (AAL) Tonny Hermawan K di Jakarta, Selasa (31/8).

PKT telah memasok kebutuhan pupuk AAL sejak semester II- 2008. Jumlah pasokan sekitar 40.000 ton per tahun.

”Ini langkah strategis memasarkan pupuk. PKT baru saja melakukan produksi perdana Pupuk NPK Fused Granulation, yang pabriknya mulai berproduksi Juli 2010,” kata Hidayat.

Kapasitas produksi pabrik tersebut, lanjut Hidayat, 200.000 ton per tahun, lokasinya di Bontang, Kalimantan Timur. Produk NPK Fused Granulation akan dipasarkan dengan merek NPK Pelangi Maxi, khusus untuk perkebunan. Adapun yang memakai merek Pelangi Super untuk sektor tanaman pangan.

Menurut Tonny, AAL tertarik menggunakan pupuk Pelangi Maxi karena AAL dalam pemupukan menggunakan tractor spreader. NPK Pelangi Maxi dinilai memiliki unsur hara yang lebih homogen serta kekerasan granular (crushing strength) yang cocok untuk lahan AAL.

Tonny berharap penggunaan NPK Pelangi Maxi dipadu dengan mekanisasi akan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk di perkebunan kelapa sawit milik AAL.

PT AAL adalah salah satu penghasil minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia. Guna meningkatkan produktivitas, AAL melakukan program intensifikasi, antara lain, pemupukan yang lebih baik, pemilihan pupuk majemuk yang aplikasinya lebih mudah, tepat waktu, dan tepat dosis.

Sunday, August 29, 2010

Nilai TUkar Rupiah Berada Di Level 9.000 Karena Pasar Menganggap BI Mendukung

Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi turun menembus Rp9.000 per dolar, menyusul kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan ekonomi global yang memburuk.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 17 poin menjadi Rp9.002-Rp9.012 per dolar AS dari penutupan akhir pekan lalu Rp8.985-Rp8.995.

Analis PT First Asia Capital, Irfan Kurniawan di Jakarta, mengatakan, pelaku asing mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi masih tetap memburuk, akibat mandeknya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa.

Data ekonomi AS seperti sektor perumahan masih memberikan kondisi yang tidak lebih baik, sehingga bursa Wall Street kembali tertekan.

Bahkan krisis keuangan di Eropa yang berawal dari Yunani mulai merembet ke negara-negara lain seperti Brazil, tuturnya.

Dia memperkirakan rupiah akan terus melemah pada siang nanti karena sentimen negatif pasar makin kuat menekan, apalagi laju inflasi Agustus 2010 yang diperkirakan lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya telah mencemaskan pasar.

Rupiah, lanjut dia posisinya sebenarnya masih cukup baik, apalagi target pemerintah nilai tukar pada 2010 sebesar Rp9.200 per dolar.

"Kami optimis pemerintah memang mengarahkan rupiah ke sana agar eksportir tidak kesulitan menetapkan harga jual produknya," kata Irfan.

Friday, August 27, 2010

Rahasia Sukses Kelompok Bisnis Kacang Garuda Food Group

Kelompok bisnis GarudaFood muncul relatif cepat karena baru mengembangkan bisnisnya akhir tahun 1970-an. Kini GarudaFood yang berada di bawah perusahaan induk Tudung Grup memiliki sekitar 20.000 pekerja langsung dan 3.000 pekerja tak langsung.

GarudaFood yang bertolak dari perusahaan keluarga yang berbasis di Pati, Jawa Tengah, ini kini mulai merambah secara perlahan jadi perusahaan multinasional. Hal itu antara lain dengan menjajaki pengembangan usahanya ke China dan kemungkinan ke beberapa negara di Asia Tenggara.

Chief Executive Officer (CEO) GarudaFood Sudhamek AWS mengungkapkan, GarudaFood melompat cepat saat muncul dengan slogan iklan ”Ini Kacangku”. Berikut petikan wawancara dengan ayah dari dua putra dan seorang putri di Jakarta pada pertengahan Agustus 2010:

GarudaFood relatif melompat cepat, apa kiatnya?

Kami mulai dari kacang kulit dan saya terlibat akhir tahun 1994. Saya melihat peluang. Kakak saya (11 orang, saya paling bungsu) meminta menangani ini. Industri kacang ini lebih pada produksi. Saya melihat kurangnya pemasaran. Dari kacamata konsumen, mereka melihat kacang itu lebih dari sekadar produk kacang, tetapi masuk dalam kategori snack (makanan kecil). Kalau sudah kategori ini, tak bisa lagi dilihat komoditas. Saya mulai mengubahnya, termasuk membuat merek. Di awalnya tidak mulus. Semua stakeholder waktu itu berpikir usaha kacang kok mau pakai merek, apalagi butuh uang banyak. Namun, saya yakin dan pantang mundur. Saya yakinkan kalau terus seperti ini, akan tetap kecil dan bertarung di laut yang sama atau red ocean. Sama-sama kelelahan. Mereka akhirnya setuju. Saya siapkan uang sekitar Rp 600 juta. Awalnya gagal. Sempat nervous juga.

Sudah dengan merek Garuda?

Merek kacang Garuda itu sejak awal tahun 1980-an. Saat itu ada dua merek, yakni Naga Terbang dan Garuda. Dalam perjalanan, merek Garuda yang dikembangkan. Dengan organisasi yang kecil, kemampuan terbatas, tetap diupayakan. Pemasaran itu seperti koin, setengah seni dan lainnya ilmu. Waktu itu kami lebih pada seni. Kreativitas.

Setelah sempat gagal?

Kami ulangi lagi dan jalan. Mulai melompat jauh saat muncul slogan yang terkenal, ”Ini Kacangku”. Hanya harus diakui, sebelum semuanya itu, dilakukan pembenahan serius pada distribusi. Ini kan negara kepulauan. Kalau masuk dalam fast moving consumen goods (barang konsumsi), tanpa menangani jalur distribusi, akan gagal. Kita benahi distribusi dari tahun 1991 sampai 1994. Setelah baik, kita mulai beriklan. Sempat gagal, tetapi kemudian berhasil.

Mengapa harus distribusi?

Dalam strategi pemasaran itu kan ada dua. Push (dorong) dan pull (tarik). Saat membenahi distribusi, itu push, dan saat mulai beriklan, itu pull. Pull itu karena yang ditarik adalah konsumen dan push itu yang didorong pedagang. Bagaimana pedagang mau menjual produk kita saat kita masih tak ada apa-apanya. Kita pelan-pelan, sabar dan telaten. Akhirnya bisa masuk dan kini produk kita merata. Ditambah dengan pull, akhirnya terjadi lompatan besar.

Masuk ke kacang atom

Saya berpikir, tak pernah berhenti. Tahun 1996, kami mulai masuk ke produk dengan subkategori baru. Setelah kacang kulit, masuk ke kacang atom. Semua ini karena kami punya jaringan distribusi. Saya berpikir kenapa kita tidak ada produk lainnya selain kacang kulit.

Bagaimana dengan stakeholder, terutama keluarga?

Karena mereka sudah melihat saya sukses dengan kacang kulit, mereka sepakat masuk ke kacang atom. Kebetulan kakak perempuan saya ahli dalam kacang atom dan dia berkenan bergabung dengan saudara-saudaranya yang laki-laki. Jadi, semuanya bisa jalan. Terjadi lompatan lain lagi.

Perusahaan keluarga biasanya tak kompak?

Ini mimpi saya yang kedua. Membawa perusahaan keluarga ini menjalani transformasi manajemen yang baik. Mimpi yang pertama membawa perusahaan ini menjangkau secara nasional dan regional. Kakak-kakak saya juga legowo memberikan kepercayaan kepada saya. Mimpi saya, kalau bisa transformasi dari manajemen keluarga ke manajemen modern, ini bisa jalan ke tahapan 65 sampai 70 persen, sudah bagus.

Peran orangtua?

Ayah saya (Darmo Putro) almarhum maupun ibu (Poesponingroem) almarhum, dengan ekspresi bicaranya yang berbeda-beda, tetapi esensinya sama, yakni sangat mengutamakan kekompakan, persatuan. Keluarga kami adalah orang-orang yang sangat aktif. Dan syukur dengan nilai-nilai yang ditanamkan itu akhirnya tetap bersatu. Ego-ego dikesampingkan dan bisa menghasilkan seperti ini.

Sejak awal di kacang?

Ayah itu terlibat sejak usaha kacang ini dibangun kakak-kakak. Ayah merestuinya. Ayah tadinya berdagang tapioka, hasil bumi di Jawa tengah. Ayah saya ikut campur sampai akhir tahun 1978. Ibu saya mendukung dengan merawat keluarga.

Semangat yang ditanamkan ayah dan ibu?

Kami punya semangat pendiri. Ini pelajaran yang diberikan orangtua, semacam mantra. Yang ada itu kemudian saya ambil esensinya. Seperti berlian begitulah. Di situ dikatakan, sebuah kesuksesan itu dimulai dari kejujuran, ketekunan, dan keuletan, yang diiringi dengan doa. Nilai semacam ini selalu ditekankan orangtua kami dan jangan lupa juga bersyukur. Semua ini lantas menjadi mantra bagi perusahaan ini dalam menapak bisnis.

Bahan baku kacang bagaimana?

Agrobisnis di Indonesia ini tantangan terbesar ada pada manajemen suplai. Harus diatur karena kuantitas juga problem, begitu juga kualitasnya. Padahal, di konsumen sana, kita muncul dengan merek tertentu dengan kualitas yang terjamin. Ini tantangan. Kami akhirnya mau tak mau juga harus masuk ke hulu. Ada perkebunan kita sendiri, ada yang kerja sama dengan petani. Model plasma dan inti seperti di kelapa sawit. Kami punya perkebunan kacang di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tanah di Jawa agak sulit. Di Lombok juga relatif mudah dalam berusaha. Juga minim gangguan, terutama dalam penelitian varietas unggul. Untuk penelitian ini, diperlukan waktu 27 bulan. Bangun pabrik bisa cepat paling beberapa bulan. Tetapi, untuk sebuah varietas, perlu lama karena ada uji multilokasi. Tanaman kacang itu sekitar 100 hari, uji lagi 100 hari lagi, sampai ditemukan benih yang betul-betul kita kehendaki. Lalu, ada sertifikat dari Departemen Pertanian. Biar jangan diambil pesaing, kacang itu perlu dilindungi.

Soal ekspor ke mana saja?

Kami ekspor ke banyak negara sekalipun dari sisi nilai belum sesuai yang diharapkan. Tetapi, kalau kita mau masuk dalam pemain internasional, proses evolusinya melalui beberapa tahapan. Ekspor dulu, kemudian mulai waralaba (franchise), kemudian usaha patungan, dan investasi langsung. Kalau sudah di banyak negara, menjadi perusahaan multinasional. Kita menggunakan kerangka ini. Ada yang mulai kita ekspor dan waralaba, seperti China. Namun, di beberapa negara lainnya mulai dengan usaha patungan atau investasi langsung.

Mengapa di China?

Perusahaan kami baru saja muncul sehingga agak terlambat ke China. Pasar di sana sudah penuh dengan pesaing (ketat), tetapi ada peluang. Ada sekitar 790 juta penduduk di pedesaan dan kini sedang digarap ekonominya. Mereka juga belum loyal pada produk tertentu. Jadi, peluangnya besar, apalagi 790 juta orang ini tiga kali dari jumlah penduduk kita. Kita mengakuisisi sebuah perusahaan lokal yang sudah punya jaringan distribusi. Merek kita kacang Garuda tetap dipakai di sana tentunya dengan penampilan setempat. Ini kan kebanggaan perusahaan jadi tetap kita tonjolkan pada produk-produk kita di sana. Namun, merek lainnya juga dikembangkan sesuai riset pasar mana yang pas tentunya dengan logo kacang Garuda tetap ada.

Soal penerus?

Kini pendekatan kami manajemen modern berdasarkan kompetensi. Kalau anak stakeholder baik, kompeten, dan bisa bekerja keras, mengapa tidak. Daripada dia bekerja pada perusahaan lain. Tetapi, tetap kompetensi. Yang profesional juga harus kompetensi. Pokoknya yang terbaik yang akan dipilih. Saya sekarang juga sudah tidak terlalu terlibat. Saya lebih menanamkan nilai. Makanya, saya lebih banyak di perusahaan induk, Tudung Grup.

Wednesday, August 25, 2010

Pemakai Jasa Outsourcing dan Freelancer Wajib Membayar THR

Perusahaan penyedia jasa tenaga kerja outsourcing berkewajiban membayar tunjangan hari raya. Pengusaha pengguna jasa outsourcing pun wajib mengawasi pembayaran tunjangan hari raya oleh pemasok tenaga kerja tersebut kepada pekerjanya.

Demikian disampaikan Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Seluruh Indonesia Said Iqbal dan Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Rekson Silaban di Jakarta, Rabu (25/8).

”SK Mennakertrans soal pembayaran THR mengatur semua pekerja tanpa melihat status hubungan kerja. Pemerintah perlu membentuk tim deteksi dini dan aturan baru yang menekan penggunaan outsourcing,” ujar Iqbal.

Dijelaskan, penyedia jasa outsourcing semestinya memiliki hubungan kerja tetap dengan pekerja. Mereka tidak boleh mengalihkan tanggung jawab tersebut kepada perusahaan yang tengah menyewa pekerja outsourcing.

Oleh karena itu, Iqbal meminta pemerintah mengawasi perusahaan pengguna dan penyedia jasa outsourcing. Apabila salah satu perusahaan tidak memenuhi hak normatif pekerja outsourcing, pemerintah harus mencabut izin usaha mereka dan menjatuhkan denda perdata atau pidana.

Menurut Iqbal, modus penyimpangan yang kerap terjadi, pengusaha mengontrak pekerja outsourcing sampai menjelang Lebaran. Selanjutnya, pengusaha outsourcing menolak membayar THR dengan dalih kontrak telah berakhir dengan pengguna jasa.

Rekson menjelaskan, dari 28 juta buruh formal, 19 juta orang di antaranya buruh outsourcing. Para pekerja outsourcing itu umumnya bergaji rendah dan tidak menerima THR karena kontrak berakhir sebelum satu tahun masa kerja.

”Kasus seperti ini banyak terjadi di Batam dan kawasan berikat industri. Pemerintah harus lebih aktif mengawasi dan upah buruh kontrak harus lebih tinggi 8,3 persen daripada upah buruh tetap per bulan,” ujar Rekson.

Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan (PPK) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi I Gusti Made Arka menegaskan, ia telah meminta kepala dinas ketenagakerjaan provinsi meningkatkan pengawasan penggunaan tenaga kerja asing dan outsourcing. Hasil pengawasan wajib dilaporkan kepada Mennakertrans melalui Dirjen PPK. ”Pemda wajib mengawasi dan mendata perusahaan dan pekerja outsourcing di wilayahnya,” ujar Arka.

Laba Bank Permata Melonjak Sebesar 62 Persen Atau 521 Milyar

PT Bank Permata Tbk membukukan laba bersih pada semester I-2010 sebesar Rp 521 miliar. Laba sebesar ini naik 62 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009, yang hanya Rp 321 miliar.

Peningkatan laba bersih Bank Permata ini dipicu naiknya pendapatan operasional sebesar 9 persen menjadi Rp 2 triliun. Pendapatan operasional itu terutama berasal dari pendapatan bunga dan pendapatan berbasis pembayaran (fee based income).

Sepanjang semester I-2010, pendapatan bunga bersih Bank Permata tumbuh 21 persen, menjadi Rp 1,582 triliun.

Direktur Utama Bank Permata David Fletcher, Rabu (25/8) di Jakarta, menjelaskan, Bank Permata senantiasa mengoptimalkan fungsi intermediasinya dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini tecermin dari pertumbuhan kredit sebesar 19 persen, menjadi Rp 43,9 triliun.

Adapun dana pihak ketiga tumbuh 16 persen menjadi Rp 48,9 triliun. Giro dan tabungan naik masing-masing 33 persen dan 36 persen, menjadi Rp 11,5 triliun dan Rp 10,4 triliun. Deposito akhir semester I-2010 naik 4 persen menjadi Rp 27 triliun.

Dengan demikian komposisi dana murah membaik, yakni menjadi 45 persen, sementara pada periode yang sama 2009 hanya 39 persen.

Bank Permata juga mencatat perbaikan dalam hal kualitas kredit dan sistem manajemen risiko, yang tecermin dalam non performing loan (NPL) net. NPL pada semester I-2010 hanya 0,9 persen, padahal pada periode yang sama 2009 sebesar 2,5 persen. Adapun batas maksimal NPL yang ditetapkan Bank Indonesia 5 persen.

Struktur permodalan Bank Permata relatif kuat dengan ekuitas pemegang saham Rp 5,45 triliun pada periode Juni 2010. Ini meningkat 17 persen dibandingkan periode yang sama 2009.

Rasio kecukupan modal (CAR) naik 65 basis poin menjadi 13,9 persen. Ketentuan BI, CAR minimal 8 persen.

Menurut David, kinerja perseroan yang meningkat tajam menunjukkan kekuatan dari modal perbankan dan jaringan Bank Permata.

David mengatakan, hal itu mencerminkan komitmen perseroan untuk menjadi kekuatan perbankan yang mendukung perekonomian Indonesia. ”Kami akan senantiasa meningkatkan infrastruktur dan kemampuan kami secara sistematis untuk meraih kesempatan di dalam pasar perbankan Indonesia,” katanya.

Indonesia Menjadi Basis Industri Panasonic Karena Tenaga Kerja Yang Murah

Presiden Panasonic Corporation Fumio Ohtsubo dan Presiden Komisaris PT Panasonic Gobel Indonesia Rahmat Gobel menyampaikan komitmen mereka mengembangkan Indonesia menjadi basis produksi Panasonic untuk ekspor. Untuk itu, dilakukan ekspansi produksi dan relokasi pabrik Panasonic ke Indonesia.

Menteri Perindustrian MS Hidayat menyampaikan hal itu seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Ohtsubo di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (25/8). Kunjungan Ohtsubo ini berkenaan dengan peringatan 50 tahun Panasonic-Gobel pada tahun ini.

Menurut Hidayat, Presiden mengapresiasi komitmen Panasonic dan kepercayaan perusahaan itu pada prospek perekonomian Indonesia. Dikatakan, Panasonic akan mengembangkan Indonesia menjadi basis produksi elektronik untuk pasar ekspor di Asia Tenggara. Untuk itu, dilakukan ekspansi produksi dan relokasi pabrik ke Indonesia.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menambahkan, selain mengembangkan produksi elektronik, Panasonic juga akan membangun industri energi terbarukan, khususnya industri panel surya.

Rencana menjadi basis industri dan relokasi sejumlah pabrik Panasonic ke Indonesia juga disampaikan Ohtsubo saat bertemu Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Rabu.

Menurut Juru Bicara Wakil Presiden, yang juga Staf Khusus Wapres Bidang Media Massa Yopie Hidayat, beberapa pabrik elektronik milik Panasonic yang saat ini berlokasi di beberapa negara di Asia akan segera direlokasikan ke Indonesia. ”Relokasi itu dilakukan untuk mewujudkan Indonesia sebagai basis produksi industri elektronik Panasonic,” ujar Yopie.

Menurut dia, rencana relokasi itu sudah beberapa kali disampaikan Presiden Komisaris PT Panasonic Gobel Indonesia kepada Wapres. Namun, ia tidak mau merinci lokasi pabrik-pabrik tersebut.

Industri panel surya

Yopie menjelaskan, pada pertemuan itu, Wapres Boediono mengajak Panasonic membangun tak hanya pasar produksi di Indonesia, tetapi juga mendirikan basis produksi, khususnya industri panel surya.

”Wapres sangat mendorong industri elektronik Jepang, tak hanya membangun pasar produksi di Indonesia, tetapi juga basis produksi, khususnya industri panel surya. Indonesia akan mendukung upaya-upaya itu karena memang di sinilah kunci masa depan. Indonesia sudah berkomitmen menurunkan emisi gas buang 26 persen sampai tahun 2025 mendatang,” kata Yopie.

Menurut dia, upaya yang dilakukan Panasonic ini tentunya akan membantu upaya penurunan emisi gas buang tersebut. Sebab, penurunan emisi gas buang tak hanya melalui kehutanan dan lingkungan, transportasi, tetapi juga melalui industri rumah tangga.

Panasonic memaparkan upayanya tengah mengembangkan industri panel surya di Jepang. Yopie mengakui, arah industri perusahaan elektronik Jepang tersebut saat ini tengah membuat teknologi yang semakin ramah lingkungan bagi kehidupan masa depan.

”Mereka tengah berambisi membuat sebuah rumah yang bisa beroperasi secara penuh, tetapi emisi CO-nya nol. Artinya, sebuah rumah yang secara energi bisa mencukupi dirinya sendiri. Prototipenya tengah mereka buat di Jepang. Kunci dari prototipe tersebut adalah konsumsi listrik melalui panel surya,” kata Yopie.

Ia mengatakan, Panasonic tengah menjajaki apakah industri akan dibangun di Indonesia atau di negara lainnya. ”Mereka tengah mempertimbangkan keterampilan tenaga kerja Indonesia yang dinilai cukup memadai. Pasar di sini pun untuk panel surya juga cukup besar mengingat Indonesia adalah negara dengan kekayaan tenaga matahari berlimpah,” kata Yopie lagi.

Peringatan 50 tahun kerja sama Panasonic-Gobel dirayakan, Rabu malam. Hadir mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiojiri, Menperin, Presiden Panasonic Corporation, dan Presiden Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia (PGI) Ichiro Suganuma.

Monday, August 23, 2010

Indeks Harga Saham Gabungan Cetak Rekoro

Indeks Harga Saham Gabungan berhasil menguat dan mencetak rekor baru di tengah penurunan indeks bursa regional dan sepinya aktivitas perdagangan.

Penguatan ini masih dipicu kenaikan signifikan harga tujuh saham yang tergabung dalam Grup Bakrie. Pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Senin (23/8), IHSG menguat 11 poin atau 0,35 persen ke level 3.128,7. Ini merupakan level IHSG tertinggi sepanjang sejarah.

Adapun Indeks LQ45 naik 0,3 persen ke level 593,9 dan Indeks Kompas100 menguat 0,37 persen menjadi 745,4. Adapun nilai tukar rupiah berdasarkan Kurs Tengah Bank Indonesia turun 13 poin dari Rp 8.965 menjadi Rp 8.978 per dollar AS.

Pada awal perdagangan, IHSG sempat melemah hingga 10 poin. Ini dipengaruhi penurunan indeks bursa regional, seperti Indeks Nikkei-225 di Jepang yang ditutup turun 0,68 persen dan Indeks Strait Times di Singapura yang turun 0,56 persen.

IHSG akhirnya ditutup menguat karena ditopang oleh kenaikan signifikan harga saham-saham Grup Bakrie serta sejumlah saham lainnya yang dinilai telah under value (murah).

Tujuh saham Grup Bakrie, yang Jumat lalu naik tajam, pada perdagangan kemarin kembali diburu investor. Di antara tujuh saham yang juga sering disebut Seven Brothers itu kenaikan harga tertinggi terjadi pada saham Darma Henwa yang menguat 11,53 persen menjadi Rp 58 dan saham Bumi Resources naik 11,33 persen jadi Rp 1.670.

Nilai transaksi pada perdagangan kemarin hanya tercatat Rp 3,3 triliun atau jauh di bawah rata-rata nilai transaksi BEI Rp 4 triliun-Rp 5 triliun per hari.

Pengamat pasar modal Ferry Latuhihin mengatakan, aktivitas perdagangan sepi karena investor memilih untuk tidak melakukan transaksi besar karena masih menunggu keluarnya sejumlah berita positif terkait dengan perekonomian global.

IHSG termasuk salah satu indeks yang mengalami kenaikan tertinggi di dunia. Dihitung dari 30 Desember 2008 yang berada di level 1.355, hingga kemarin IHSG telah menguat 1.773 poin atau 130 persen

Pemerintah Akan Berika Subsidi Bagi Orang Yang Berpenghasilan 6 Juta

Pemerintah akan memperluas sasaran penerima subsidi perumahan rakyat. Sasaran yang semula kelompok berpenghasilan maksimum Rp 4,5 juta diperluas menjadi Rp 6 juta per bulan. Harga rumah bagi kelompok bersubsidi juga akan ditetapkan bervariasi di setiap daerah.

Hal itu dikemukakan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa di Jakarta, Senin (23/8). ”Kami sedang mengevaluasi sasaran penerima subsidi. Opsinya adalah masyarakat berpenghasilan maksimum Rp 6 juta per bulan,” ujarnya.

Awal tahun 2010, pemerintah mengumumkan pola fasilitas likuiditas rumah bersubsidi. Pola ini disahkan bulan Juli, berupa subsidi bunga kredit pemilikan rumah (KPR) maksimum 9 persen selama tenor pinjaman.

Pola fasilitas likuiditas ini, ujar Suharso, tidak lagi mematok harga maksimum rumah. Hanya, harga rumah tidak boleh melampaui indeks kemahalan konstruksi (IKK) di setiap daerah.

Penghitungan IKK mencakup harga material dan uang sewa alat berat. Dengan demikian, harga rumah bagi konsumen bersubsidi di setiap daerah akan bervariasi.

”Subsidi kepada masyarakat bukan lagi terkait dengan harga rumah, tetapi pada daya beli mereka terhadap rumah. Sepanjang (masyarakat) eligible, maka bisa diberikan subsidi,” ujarnya.

Harga maksimum rumah

Adapun pemerintah akan segera menyusun ketentuan tentang harga maksimum rumah yang boleh dibeli konsumen bersubsidi. Dicontohkan, masyarakat berpenghasilan Rp 4,5 juta hanya boleh memberi rumah maksimum Rp 180 juta per unit.

Meski demikian, aturan pelaksanaan pola fasilitas likuiditas hingga kini belum jelas. Padahal, sejak awal tahun 2010, sebagian pengembang perumahan menghentikan proyek rumah susun sederhana milik (rusunami) bersubsidi karena menunggu terbitnya pola ini.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia Teguh Satria mengemukakan, sekitar 3.000 konsumen rusunami bersubsidi yang sudah akad kredit sejak tahun 2009 dana subsidinya belum cair.

Hambatan pencairan juga terjadi pada 5.000 rumah sederhana sehat (RSH) subsidi dengan akad kredit syariah.

Menanggapi kendala itu, Suharso mengemukakan, pihaknya berjanji menerbitkan peraturan mengenai prosedur verifikasi kelayakan konsumen paling lambat 25 Agustus 2010. Dengan ketentuan itu, verifikasi kelayakan konsumen dilakukan sepenuhnya oleh perbankan, sedangkan konsumen bersubsidi wajib memiliki SPT dan NPWP.

Adapun aturan pelaksana fasilitas likuiditas masih menunggu peraturan menteri keuangan tentang ketentuan perpajakan bagi konsumen bersubsidi, serta ketentuan harga rusunami.

Berdasarkan pola lama subsidi, harga RSH dipatok maksimum Rp 55 juta unit, sedangkan rusunami Rp 144 juta per unit.

Dalam pola lama itu, subsidi berupa uang muka Rp 5 juta-Rp 7 juta per unit dan selisih bunga KPR 7 persen-9,85 persen untuk 4-5 tahun. Konsumen mendapat pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sedangkan pengembang mendapat keringanan Pajak Penghasilan (PPH) dari 5 persen menjadi 1 persen.

Friday, August 20, 2010

Target Produksi Udang Nasional Diturunkan Menjadi 12.5 Persen

Kementerian Kelautan dan Perikanan merevisi target pencapaian produksi udang tahun ini. Semula, target produksi udang tahun 2010 sebanyak 400.000 ton, diturunkan 12,5 persen menjadi 350.000 ton.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad di Jakarta, Jumat (20/8), mengemukakan, penurunan target produksi itu disebabkan penyakit udang belum bisa ditangani optimal.

Tahun 2008, produksi udang Indonesia mencapai 410.00 ton, tetapi merosot menjadi 350.000 ton pada tahun 2009 akibat serangan penyakit.

”Untuk kembali mencapai produksi 410.000 ton butuh waktu yang panjang. Diperlukan dukungan perbankan untuk permodalan agar petambak bisa bangkit lagi,” ujarnya.

Fadel mengakui, penyakit udang berlangsung di sejumlah sentra produksi, seperti Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Gangguan produksi turut memukul industri pengolahan dan memicu anjloknya ekspor udang hingga semester I-2010.

Meski produksi menurun, pemerintah hingga saat ini belum berniat membuka keran impor udang, seperti yang diusulkan sejumlah pelaku industri. Pembukaan impor udang dikhawatirkan memicu masalah daya saing produksi dalam negeri.

”Penyakit udang sampai saat ini masih menimbulkan masalah produksi. Tetapi, kami terus berupaya melakukan penanganan. Tak semudah itu impor (udang),” ujarnya.

Pemerintah akan memberikan bantuan benur vaname nusantara I, yang dinilai lebih tahan penyakit. Bantuan itu diberikan ke sentra-sentra produksi, seperti Makassar, Sumatera Utara, dan Jawa Timur.

Selain itu, mendorong riset dan produksi induk dan benih udang vaname Nusantara II sebagai pengembangan dari varietas vaname Nusantara I.

Secara terpisah, Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Made L Nurdjana mengemukakan, pemerintah akan meresmikan rumah sakit ikan dan udang di Serang, Provinsi Banten

Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Mengkhawatirkan

Saat ini kondisi pangan nasional berada dalam situasi mengkhawatirkan. Sejumlah indikator yang terkait dengan komoditas beras tidak begitu menggembirakan, mulai dari realitas produksi, pengadaan dan stok beras di gudang Bulog, hingga pergerakan harga.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir di Jakarta, Jumat (20/8), mengatakan, ada sejumlah indikator yang kurang baik yang bisa menjelaskan situasi mengkhawatirkan pangan nasional.

Hal itu di antaranya terkait dengan produksi, tren pergerakan harga dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemampuan Bulog dalam melakukan pengadaan gabah dan beras, perhitungan stok beras di gudang Bulog, dan terjadinya transisi perdagangan beras.

Dalam dialog dengan petani seusai meninjau panen padi di Desa Beduyut, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengakui, perubahan cuaca ekstrem mengkhawatirkan karena bisa memengaruhi tanaman pangan. Karena itu, ia menganjurkan petani selalu berkomunikasi dengan penyuluh pertanian.

Dalam kunjungan tersebut hadir, antara lain, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Menteri Pertanian Suswono, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf.

Ditindak tegas

Hatta meminta penyuluh pertanian yang jarang ke lapangan ditindak tegas karena mengabaikan tugas mereka yang sangat penting, yakni menjaga ketahanan pangan. Selain itu, petani juga diminta memanfaatkan musim kering untuk menambah produksi tanam.

Winarno mengungkapkan, dari pantauan di 19 provinsi, KTNA menyimpulkan produksi padi tahun ini kurang menggembirakan. Penurunan produktivitas dan kualitas padi terjadi hampir merata. Akibat kualitas turun, kadar rendemen beras rendah.

”Badan Pusat Statistik (BPS) memang memperkirakan produksi padi tahun ini 65,15 juta ton gabah kering giling (GKG), atau naik 1,17 persen dibandingkan tahun 2009, tetapi di lapangan berbeda. Para pengusaha beras juga kesulitan mendapatkan beras, kalaupun ada, harganya tinggi. Pedagang tidak mau dituduh mempermainkan harga karena faktanya produksi kurang,” katanya.

Dari indikator harga, Winarno menyatakan, biasanya pada musim gadu harga beras turun dulu, baru naik. ”Tetapi, sekarang tidak pakai turun, harga beras terus langsung naik,” katanya.

Saat ini harga gabah kering panen di tingkat petani di Jawa Barat Rp 3.800 per kilogram, di Jawa Tengah Rp 3.600 per kg, dan Jawa Timur Rp 3.500 per kg. Sedangkan harga pembelian pemerintah untuk GKP Rp 2.640 per kg.

Saat ini ada upaya untuk menekan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta. Namun, dampaknya para pengusaha beras di daerah menahan pengiriman ke Jakarta. ”Kalau GKP harganya Rp 3.800 per kg dan gabah kering giling Rp 4.200 per kg, harga beras idealnya Rp 7.000 per kg. Kalau harga beras ditekan, pedagang jelas menahan,” katanya.

Penurunan produksi, selain karena gangguan hama penyakit akibat perubahan iklim ekstrem, juga akibat keterlambatan penyelamatan tanaman padi dari serangan hama.

Nellys Sukidi, pedagang beras di PIBC, menyatakan, pihaknya tak tahu sampai kapan harga beras dikendalikan. Saat ini harga beras stabil tinggi.

Berdasarkan data Perum Bulog, tren kenaikan harga beras saat ini tidak jauh beda dengan saat terjadi gejolak harga pada tahun 2006/2007.

Saat itu harga beras mulai naik sejak Agustus 2006, yakni Rp 4.533 per kg, terus naik hingga puncaknya pada Maret 2007 Rp 5.351 per kg.

Sutarto Alimoeso sebelumnya menyatakan, pengadaan beras Bulog tahun ini 1,8 juta ton. Ini di bawah pengadaan tahun 2009 yang mencapai 3,8 juta ton.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan, kenaikan harga beras saat ini bukan disebabkan kurangnya stok, melainkan karena momen Lebaran

Laba Bersih Bank Danamon Meningkat 65 Persen Menjadi 1,43 Triliun Rupiah

PT Bank Danamon Indonesia Tbk mencatat laba bersih setelah pajak semester I-2010 sebesar Rp 1,43 triliun. Angka ini meningkat 65 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 870 miliar.

Direktur Utama Danamon Henry Ho, Jumat (20/8), mengatakan, pencapaian tersebut disumbang oleh percepatan pertumbuhan kredit, khususnya di segmen kredit mass-market dan marjin usaha yang stabil.

”Sejalan dengan perkembangan positif pada perekonomian, kami berhasil mempercepat tingkat pertumbuhan kredit pada kuartal-kuartal yang lalu. Kredit kami tumbuh 15 persen (year-on- year) yang dikontribusikan oleh semua segmen kredit dalam portofolio kami,” ujar Henry.

”Becermin pada pengalaman kami melayani segmen mass- market, kami berpandangan bahwa segmen ini, khususnya layanan perbankan mikro dan pembiayaan konsumer, akan terus menjadi pendorong utama Danamon dalam kuartal-kuartal mendatang,” kata Henry.

Total kredit Danamon per akhir semester I-2010 mencapai Rp 71,07 triliun, tumbuh dari Rp 61,58 triliun pada periode yang sama tahun 2009.

Chief Financial Officer dan Direktur Danamon Vera Eve Lim menambahkan, Danamon juga berhasil meraih momentum yang positif bagi sisi pendanaan. Komposisi pendanaan pihak ketiga terus membaik dengan adanya pertumbuhan yang signifikan pada komponen tabungan dan giro (CASA).

Per akhir Juni 2010, CASA mencakup 39 persen dari total dana pihak ketiga, tumbuh 31 persen menjadi Rp 26,5 triliun. ”Ke depan, kami akan melanjutkan inisiatif-inisiatif yang telah kami jalankan untuk menyalurkan kredit dan memperkuat pendanaan serta akan terus memanfaatkan peluang-peluang pertumbuhan yang ada,” ujar Vera.

Indonesia Menjadi Target Utama DuPont Untuk Meningkatkan Produksi Pangan

Indonesia merupakan prioritas tertinggi DuPont Indonesia, terutama berkaitan dengan upaya peningkatan produksi pangan. Apalagi, tingkat produksi pangan, khususnya jagung, di kebanyakan ladang yang ada masih jauh di bawah kemampuan produksi lahan yang ada.

Demikian penegasan Carl J Lukach, Presiden DuPont Asia Timur, dalam perbincangan dengan Kompas di Jakarta belum lama ini. Lukach yang bergabung dengan DuPont sejak tahun 1980 melihat Indonesia terus berupaya meningkatkan produksi pangan guna memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

DuPont berada di Indonesia sejak tahun 1975 dan kini dikenal dengan PT DuPont Indonesia. Dengan 325 pekerja, DuPont antara lain bergerak di sektor pertanian, produk perlindungan panen, serta industri polimer dan kemasan. DuPont melihat Indonesia sebagai sebuah blok ekonomi global baru dan pertumbuhan. Dengan adanya pertumbuhan penduduk dan dampak perubahan iklim, peran menyediakan bibit unggul dan sesuai dengan perubahan iklim sangat penting. Berikut petikan wawancara dengan Lukach.

Bagaimana rencana DuPont di Indonesia?

Kami sangat memerhatikan produksi pangan, terutama produksi jagung. Ladang jagung di Indonesia kini menghasilkan terlalu sedikit. Dengan adanya perubahan cuaca di Indonesia, ladang- ladang itu semakin berisiko gagal. Dengan produk bibit yang kami kembangkan, per hektar ladang yang hanya bisa menghasilkan tiga atau empat ton, akan berlipat ganda menjadi enam hingga delapan ton. Dari data ini, terlihat sekitar 50 persen dana yang kami keluarkan untuk sektor pertanian.

Soal produksi jagung di Indonesia konkretnya?

Kami akan mendorong produksi ladang-ladang itu menjadi enam hingga delapan ton per hektar dibandingkan sebelumnya. Target kami meningkatkan produksi jagung dari lahan-lahan di Indonesia sebesar 40 persen per hektarnya pada tahun 2020. Jika produk kami dapat digunakan (produk P-21 milik DuPont sangat digemari), Indonesia akan mendapat makanan lebih daripada sebelumnya. Tujuan kami hanya sesederhana itu. Harga produk juga tidak terlalu mahal, tetapi bisa menghasilkan banyak uang. Lebih banyak makanan yang diperoleh. Jadi adil. Itu adalah salah satu contoh yang bisa terlihat nyata

Ada kekhawatiran bibit hibrida rawan hama?

Diakui, selain cuaca, ada juga tiga ancaman lain pada jagung, padi, ataupun tanaman lainnya, yakni serangga, rumput liar, dan jamur. Kami menawarkan bibit kami lainnya yang bisa menghadapi tiga ancaman ini. Produk seperti ini masih dalam pengujian, tetapi suatu yang menarik selama 30 tahun saya terlibat dalam DuPont. Sistem kerjanya seperti ”saluran pipa” yang akan mengamankan ladang lewat saluran di bawah tanah. Proses penanaman jagung, padi, atau tanaman lainnya tetap sama. Hanya ada perubahan DNA (genetika) pada bibit jagung atau bibit lainnya yang ditanam. Akar-akar tanaman akan semakin kuat, terutama jagung. Sementara pada padi hibrida lahannya juga akan semakin subur dengan sistem ini. Saya pernah lihat tanaman pagi di Ubud, Bali.

Sistem irigasinya bagus, tetapi aliran airnya pendek. Namun, kami menciptakan padi hibrida yang tak perlu ditanam dengan mengambang (di air), cukup di tanah basah. Untuk mencegah rumput, digunakan sistem ”sa - luran pipa” itu untuk perlindungan lahan dan tanaman.

Apa yang dikehendaki dari pemerintah

Indonesia diberkahi oleh banyak makanan, tetapi banyak orang yang masih kelaparan. Tentu saja Pemerintah Indonesia ingin menghasilkan makanan lebih. Itu juga merupakan tujuan utama kami. Jadi, Pemerintah Indonesia dan kami dapat bekerja sama untuk itu. Kami juga bisa mengoptimalkan cahaya matahari yang berlimpah di negeri ini untuk energi. Kami juga siap mengembangkan riset dalam hal kelapa sawit dan tebu. Kami punya banyak tenaga riset dan ilmuwan dan kami sangat berharap pemerintah bisa memberikan kemudahan bagi DuPont dalam riset dan pengembangan di negeri ini.

Pertamina Menarik Kembali 1,9 Juta Tabung Gas 3 Kg Yang Rawan Meledak

PT Pertamina (Persero) telah menarik sekitar 1,9 juta tabung elpiji kemasan 3 kilogram yang rusak sejak program konversi minyak tanah ke elpiji diluncurkan. Penarikan tabung untuk menjamin mutu dan keamanan tabung elpiji di rumah tangga.

Menurut Vice President Komunikasi PT Pertamina (Persero) Mochamad Harun, Kamis (19/8) di Jakarta, dengan maraknya kasus ledakan elpiji, pihaknya pesimistis bisa mencapai target pendistribusian paket perdana konversi. ”Penyaluran 52 juta paket kemungkinan tercapai pada tahun 2011,” ujarnya.

Hingga akhir Juni 2010, Pertamina mendistribusikan 44,675 juta paket perdana konversi yang terdiri dari tabung elpiji kemasan 3 kg, kompor, selang, dan regulator. Dalam APBN 2010, pemerintah menargetkan pendistribusian 9,3 juta paket.

Sejauh ini, Pertamina telah menarik 1.995.000 tabung elpiji kemasan 3 kg yang rusak atau tak layak pakai lagi, di antaranya tabung telah penyok dan bocor.

Dari total tabung yang sudah ditarik, 1,4 juta di antaranya memiliki standar nasional Indonesia (SNI), sisanya tidak berlabel SNI. Mayoritas tabung yang ditarik berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Mekanisme penarikan tabung adalah tabung yang telah habis dipakai konsumen dibawa ke stasiun pengangkutan dan pengisian bulk elpiji (SPPBE). Sebelum diisi ulang gas, petugas memeriksa kondisi tabung apakah masih layak pakai atau tidak.

Jika tidak layak pakai, tabung elpiji itu ditarik dari peredaran untuk dites ulang oleh Pertamina. Jika masih dapat diperbaiki, akan diperbaiki. Bila rusak parah dan tidak bisa diperbaiki lagi, dibuang atau jadi besi tua.

Dalam memperbaiki tabung elpiji kemasan 3 kg, lanjut Harun, Pertamina bekerja sama dengan sejumlah badan usaha milik negara, yakni PT Wijaya Karya, PT Boma Bisma, dan PT Pindad. Agar tak terjadi kelangkaan tabung akibat penarikan, Pertamina menyiapkan cadangan 15 juta tabung.

Uji ulang

Seiring maraknya kasus ledakan elpiji, Pertamina memperpendek masa uji ulang tabung elpiji untuk meningkatkan keamanan tabung. Sebelumnya, masa uji ulang tabung 5 tahun. ”Masa uji ulang diperpendek jadi 3 tahun, bahkan kini dipersingkat lagi jadi 2 tahun,” ujar Harun.

Dalam pengujian ulang, petugas memeriksa kondisi fisik tabung. Ada yang hanya memerlukan pengecetan ulang, tetapi ada yang perlu perbaikan menyeluruh, bahkan ada yang dibuang. ”Kami meminta masyarakat agar tabung elpiji 3 kg dipakai dengan baik, jangan dilempar-lempar,” kata Harun.

Menurut pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Huzna Zahir, inspeksi tabung elpiji harus dilakukan setiap kali pengisian di SPPBE karena di sini Pertamina bisa mencegah peredaran tabung yang tidak layak pakai. ”Pertamina tentu kesulitan mengontrol perjalanan tabung dari konsumen ke SPPBE,” katanya.

Pengontrolan bukan hanya pada tabung, tetapi juga katup dan segel karet sebagai satu kesatuan atau satu paket.

Di Bulan Suci Ramadhan dan Puasa, Daging Sapi Illegal Mulai Banyak Beredar Di Pasar

Daging impor yang diduga ilegal menyerbu pasar-pasar tradisional di Jawa Barat dan mengancam harga sapi di tingkat peternak. Daging itu dijual lebih murah daripada harga daging sapi lokal.

Menurut Ali Husen Suryadi, Ketua Asosiasi Petani, Pedagang, Ternak, dan Ikan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, daging-daging impor itu masuk ke pasar tradisional di Bandung, Sumedang, dan wilayah lain di Jawa Barat.

”Akibat masuknya daging sapi impor, usaha pemotongan daging menjadi lesu,” kata Ali, Kamis (19/8) dari Sumedang.

Daging sapi impor itu dijual rata-rata di bawah Rp 50.000 per kilogram, jauh di bawah daging lokal. Karena harganya lebih murah Rp 7.000 sampai Rp 15.000 per kg, konsumen memburunya.

Menurut Ali, daging impor tersebut dipasok dalam bungkusan dengan kemasan bervariasi, mulai 15 kg hingga 27 kg. Dalam kemasan tertulis EST 93.

Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf, daging impor itu diduga daging ilegal. Keterangan EST 93 atau established 93 mengingatkan pada ribuan daging ilegal dari Kanada, yang masuk tanpa dilengkapi dokumen sertifikat halal yang sah dari lembaga sertifikasi Halal Transactions of Omaha di Amerika Serikat.

Seperti diberitakan, pada Juli 2010 daging dan jeroan sapi ilegal tanpa dokumen sertifikasi halal masuk ke Indonesia. Daging itu saat ini berada di sebuah gudang di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, untuk ditahan (Kompas, 2/7).

Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Koesmayadie T Padmadinata saat itu menyatakan, jika belum dilengkapi sertifikat halal, Dinas Peternakan Jabar tidak memberi rekomendasi teknis kepada Badan Pengelola Perizinan Terpadu Jawa Barat untuk mengeluarkan daging itu.

Rochadi menyatakan, masuknya daging sapi ilegal menekan harga daging di tingkat petani. Selain itu, juga akan mengacaukan pasokan dan permintaan karena pasokan bersifat semu.

Ketua Umum PPSKI Teguh Boediyana menyatakan, masuknya daging sapi ilegal ke pasar tradisional akan menekan harga sapi di tingkat peternak. Tekanan harga ini bakal terjadi di tengah peternak belum menikmati kenaikan harga akibat kebijakan tata niaga yang tidak menguntungkan

Sertifikat Bank Indonesia Kian Diminati Karena Lebih Menguntungkan

Menjelang Idul Fitri, investor kian berminat terhadap Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. Pada 6 Agustus, posisi SBI Rp 234,39 triliun, tetapi pada 13 Agustus menjadi Rp 272,68 triliun.

Menurut Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah, Kamis (19/8), meningkatnya SBI bukan karena likuiditas baru, tetapi karena perpindahan dari term deposit jangka pendek ke SBI.

Pekan ini, untuk pertama kali dilakukan lelang SBI sembilan bulan. Minat bank terhadap SBI sembilan bulan cukup besar. Hasil lelang Rp 2,25 triliun.

Dalam jangka pendek belum ada indikasi kenaikan suku bunga SBI meskipun pelaku pasar mengharapkan rate lebih tinggi untuk SBI sembilan bulan karena premi risiko. Rata-rata tertimbang SBI tiga bulan 6,63 persen, SBI enam bulan 6,72 persen, dan SBI sembilan bulan 6,83 persen.

Menurut Difi, perkembangan ini menunjukkan langkah BI melalui paket kebijakan moneter dengan memperbaiki struktur pendalaman pasar keuangan disambut positif. Langkah tersebut melalui pembentukan reference SBI berjangka menengah-panjang.

Data BI menunjukkan, selama pekan kedua Agustus, operasi moneter menambah likuiditas bagi perekonomian. Operasi keuangan pemerintah telah mendorong bank mencairkan sebagian penempatan dana di BI. Posisi instrumen moneter turun Rp 15 triliun. Dalam kurun 9-13 Agustus, posisi keuangan pemerintah mengalami net kontraksi Rp 21,98 triliun.

Difi menjelaskan, rasio kredit terhadap simpanan dana (LDR) perbankan pada pekan kedua Agustus naik, dari 76,76 persen menjadi 77,34 persen. Hal ini terjadi karena penyaluran kredit yang meningkat tidak diimbangi dengan kenaikan dana pihak ketiga (DPK).

Difi menjelaskan, dari data historis sejak tahun 2001, pertumbuhan mingguan DPK yang melambat sejak tiga pekan terakhir merupakan pola musiman. Dana simpanan masyarakat cenderung naik dari Januari hingga Juni, kemudian turun selama triwulan ketiga, dan akan naik lagi hingga akhir tahun.

Sepekan terakhir, kredit naik Rp 5,44 triliun menjadi Rp 1.592,3 triliun atau tumbuh 11,33 persen (year to date), atau year to year tumbuh 19,54 persen.

Adapun DPK turun Rp 8,4 triliun menjadi Rp 2.058,79 triliun. Turunnya DPK akibat turunnya simpanan rupiah sebesar Rp 12,99 triliun karena kontraksi antara lain setoran pajak dan pembayaran haji.

Saturday, August 7, 2010

Mengatrol Gengsi Pempek Udang Palembang

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa saat membuka Bazaar Rakyat dan Pojok Rakyat di gerai Carrefour Palembang, Juni lalu, memborong pempek udang buatan Aprilina yang akrab dipanggil Cek Lina (38). Saat itu, puluhan usaha kecil menengah se-Sumatera Selatan sedang mengadakan pameran.

Waktu itu, pempek udang Cek Lina laris manis. Meskipun Palembang adalah sarangnya pedagang pempek, pempek udang di Palembang sangat langka. Kebanyakan pempek yang dijual di Palembang, Sumsel, dibuat dari campuran tepung dan ikan gabus atau ikan tenggiri.

Dilihat dari bentuknya, pempek udang dan pempek ikan sama persis. Perbedaannya, pempek ikan berwarna putih, sedangkan pempek udang berwarna kemerahan. Begitu digigit, rasa udang yang gurih sangat terasa.

Menurut Cek Lina, pempek udang merupakan makanan sehari-hari warga Sungsang. Cek Lina tinggal di Desa Sungsang I, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Sungsang terletak di muara Sungai Musi, sekitar 80 kilometer dari Palembang.

Di Sungsang yang merupakan desa nelayan, pasokan bahan baku berupa udang segar melimpah. Itu sebabnya banyak rumah tangga di Sungsang yang memproduksi pempek udang. Namun, pempek udang buatan Sungsang jarang dipasarkan sampai ke Palembang karena jarak tempuh yang cukup lama.

Cek Lina adalah orang pertama yang berani memasarkan pempek udang ke luar dari Sungsang. Sejak memulai usaha pembuatan pempek tahun 1995, Cek Lina hanyalah pemain lokal. Artinya, ia hanya berdagang pempek di seputar Sungsang.

”Sebelum pameran ini, saya ikut pelatihan tentang manajemen UKM dari PT Pusri, Bank Sumsel-Babel (Bangka Belitung), dan dari perguruan tinggi. Setelah ikut pelatihan, muncul keinginan untuk memasarkan pempek udang ke Palembang,” ujarnya.

Cek Lina mengungkapkan, usaha pempek udang di Sungsang sulit berkembang karena banyak saingan dan pembelinya tidak banyak. Sedangkan di Palembang, prospek usaha pempek udang sangat menjanjikan karena praktis tidak ada saingan.

Mengolah sendiri

Cek Lina masih menerapkan manajemen tradisional dalam memproduksi pempek udang. Ia hanya dibantu suaminya, Usman (40), yang bertugas mencari bahan baku udang segar di Sungsang. Sedangkan urusan mengolah bahan baku sampai menjadi pempek dikerjakan sendirian.

Menurut Cek Lina, untuk membuat pempek udang yang dipasarkan di Palembang, sedikitnya setiap hari ia harus mengolah 45 kilogram udang segar. Setiap satu kilogram udang segar ditambah satu kilogram telur dan delapan ons tepung dapat diolah menjadi 15 pempek kapal selam.

Cara membuat pempek udang sama saja dengan membuat pempek ikan. Udang segar dibersihkan bagian kepala dan buntutnya, dihaluskan, dan dicampur tepung, penyedap rasa, serta garam.

”Saya sendirian sanggup mengolah 45 kilogram udang segar menjadi pempek. Saya biasanya membuat pempek tiga kali dalam sehari,” katanya.

Di Sungsang, Cek Lina menjual pempek udang Rp 5.000 per buah. Sedangkan di Palembang, Cek Lina menjual pempek udang Rp 7.000 per buah. Harga lebih tinggi karena perjalanan dari Sungsang ke Palembang butuh waktu dua jam. Dengan Rp 7.000, Cek Lina masih mendapatkan untung yang lumayan.

Setiap hari, Cek Lina mendatangkan udang segar dari Sungsang ke Palembang dengan kapal cepat kemudian menggunakan mobil. Ongkos angkut udang segar Rp 1.000 per kilogram. Cek Lina baru mengolah udang segar menjadi pempek setelah udangnya tiba di Palembang.

Udang harus didatangkan dari Sungsang karena untuk membuat pempek udang harus memakai udang yang benar-benar segar. Udang yang sudah diberi pengawet atau disimpan dalam es tidak bisa dibuat pempek. ”Kalau udangnya tidak segar, pempeknya pasti hancur,” kata Cek Lina.

Menurut Usman, kendala usaha pempek udang adalah pasokan udang segar yang tidak menentu. Ketika udang sedang langka, untuk mendapatkan lima kilogram udang saja sulit. Biasanya udang sulit dicari pada Juli-Agustus.

”Harga udang di Sungsang Rp 10.000 per kilogram. Kalau lagi sulit, harganya Rp 13.000-Rp 15.000 per kilogram. Saya membeli udang langsung dari nelayan,” kata Usman.

Sangat banyak rumah tangga di Sungsang yang memproduksi pempek udang. Namun, Usman bangga karena dari sekian banyak produsen pempek udang di Sungsang, hanya Usman dan istrinya yang memasarkan pempek udang di luar Sungsang.

Masalah yang dihadapi usaha pempek udang Cek Lina sama dengan UKM pada umumnya, yaitu terbatasnya pemasaran dan modal.

”Prospek pempek udang bagus di Palembang, tetapi susah mencari lokasi untuk berjualan di Palembang. Kalau cuma jualan di Sungsang, tidak mungkin berkembang,” kata Cek Lina.

Terbatasnya modal membuatnya tidak bisa menyewa tempat di Palembang untuk dijadikan toko pempek udang. Ia mengaku tidak berani meminjam modal ke bank karena syaratnya rumit. Dia juga khawatir tidak bisa mengembalikan pinjaman.

”Kalau pinjam di bank harus bikin proposal. Saya enggak ngerti bikin proposal,” ujarnya.

Cek Lina optimistis dengan prospek usaha pempek udang di Palembang. Selama beberapa hari mengikuti pameran di Carrefour Palembang, Cek Lina dapat meraih omzet Rp 1 juta per hari. Kalau di Sungsang, ia hanya meraih Rp 100.000 per hari.

Cek Lina berani bersaing dengan pempek udang buatan pengusaha lain. Yang penting, dia harus bisa mempertahankan kualitas produk supaya rasa udang dalam pempeknya betul-betul terjaga.

”Setelah pameran di Carrefour, saya diajak ikut pameran di Palembang dan di Jakarta. Pokoknya, setiap ada pameran, saya akan ikut,” katanya sambil tersenyum.

Berkat usaha Cek Lina, pempek udang yang dulu cuma dikenal di Sungsang sekarang dikenal luas. Pempek udang bukan lagi makanan dusun.

Benahi Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi mendorong pihak PT Pertamina (Persero) menambah infrastruktur penjualan bahan bakar minyak nonsubsidi bagi industri di sejumlah tempat. Hal ini untuk mengantisipasi penerapan pembatasan BBM bersubsidi secara ketat dalam rangka mengatasi kekurangan kuota BBM bersubsidi.

Menurut anggota Komite Badan Pengatur Hilir Migas, Adi Subagyo Subono, Jumat (6/8) di Jakarta, kuota jenis BBM tertentu dalam APBN 2010 36,50 juta kiloliter (kl). Dengan rincian, premium 21,45 juta kl, minyak tanah 3,8 juta kl, dan solar 11,25 juta kl.

Perkiraan realisasi jenis BBM tertentu 2010 mencapai 40,1 juta kl dengan rincian premium 23,2 juta kl, minyak tanah 3,8 juta kl dan solar 13,1 juta kl. Jadi, diperkirakan kekurangan kuota premium 1,745 kl dan minyak solar 1,8 juta kl.

Untuk mengatasi kekurangan kuota BBM bersubsidi, dilakukan razia terhadap praktik penyalahgunaan BBM bersubsidi dan rencana menerapkan pembatasan secara ketat.

Selain itu, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2006 tentang perubahan atas Perpres No 55/ 2005 mengenai harga jual eceran BBM dalam negeri belum diterapkan. Isinya, antara lain, kendaraan bermotor dan alat berat untuk industri, pertambangan, kehutanan, perkebunan, konstruksi, serta kapal angkut barang dan tujuan luar negeri wajib mengambil BBM di titik serah terminal transit atau instalasi dengan harga nonsubsidi.

”Kalau aturan dilaksanakan, kekurangan kuota teratasi. Aturan itu kurang ditegakkan. Infrastruktur tidak siap,” katanya.

Dicontohkan, truk batu bara mengambil BBM bersubsidi hingga 300 liter di SPBU karena tidak ada petugas dan infrastruktur BBM nonsubsidi.

Karena itu, Pertamina diminta menambah gerai BBM nonsubsidi. Pertamina juga jemput bola dengan mendistribusikan BBM nonsubsidi ke lokasi industri, pertambangan, dan perkebunan.

Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Djaelani Sutomo menyatakan, pembenahan infrastruktur BBM nonsubsidi di berbagai daerah diharapkan mempermudah akses terhadap BBM nonsubsidi dan mengurangi konsumsi BBM bersubsidi.

Mutu premium

Untuk menepis isu penurunan mutu premium berdampak pada kerusakan pompa bahan bakar kendaraan (fuel pump), Pertamina melaksanakan uji spesifikasi premium bersubsidi bersama agen tunggal pemegang merek dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia.

Pertamina telah mengirim 45 contoh fuel pump ke laboratorium Institut Teknologi Bandung. ATPM mengirim sampel premium ke Jepang untuk disesuaikan dengan teknologi kendaraan. Hasilnya akan didiskusikan bersama dengan Gaikindo.

Kerusakan fuel pump terjadi setiap tahun, tetapi relatif rendah. Sejak 2006, secara akumulatif, sekitar 4.900 fuel pump kendaraan berbagai merek rusak. Saat ini jumlahnya meningkat.

Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita H Legowo menjelaskan, pemerintah belum menuntaskan pengujian mutu premium. Dari hasil pengujian sementara, mutu premium sesuai 15 karakteristik yang ditetapkan Ditjen Migas.

Beras dari Vietnam Masuk Batam secara Ilegal

Beras dari Vietnam diduga masuk ke Batam dan pulau-pulau kecil di sekitarnya secara ilegal. Akibatnya, perdagangan beras antarpulau di Indonesia turun drastis.

Kosatin, pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, menyatakan, dia biasanya mengirim beras setiap hari ke Batam dua kontainer, yaitu 60 ton-70 ton. Namun, sejak tiga minggu lalu, permintaan beras dari Batam terhenti.

”Beras itu masuk dari Vietnam melalui Singapura dengan harga yang lebih murah,” kata Kosatin, Jumat (6/8) di Jakarta.

Hal yang sama disampaikan Billy Haryanto, pedagang beras di PIBC. ”Biasanya saya dari Solo (Jawa Tengah) mengirim dua kontainer ke Batam. Sekarang permintaan dari sana mendadak terhenti. Saya sudah lapor kepada pejabat Perum Bulog kalau ada penyelundupan, tetapi tidak ada reaksi,” katanya.

Selain dari Jakarta, beras yang dikonsumsi warga Batam sebelumnya dipasok dari Jawa Tengah (Solo dan Tegal) serta Jawa Timur.

Tinkey, pedagang beras di Tanjung Balai Karimun, mengungkapkan, beras eks Vietnam sampai di Tanjung Balai harganya Rp 6.000 per kilogram. Adapun beras dari Pulau Jawa harganya Rp 6.600 per kg. ”Selisih harga ini membuat beras Vietnam lebih disukai, apalagi kualitasnya sama,” ujarnya. Setiap hari beras Vietnam yang masuk melalui Tanjung Balai Karimun sekitar 800 ton, adapun yang melalui Selat Panjang 500 ton-600 ton.

Beras dari Vietnam ditengarai masuk melalui Singapura. Melimpahnya pasokan beras Vietnam tampak dari melesunya permintaan beras dari Jawa.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatot Irianto menyayangkan masuknya beras dari Vietnam ke Indonesia. Hal ini dikhawatirkan akan mendistorsi harga beras di dalam negeri, yang akan berdampak pada turunnya harga gabah hasil panen petani. ”Akibatnya, kenaikan harga beras tidak bisa dinikmati petani,” ujarnya.

Oleh karena itu, Billy dan Kosatin meminta pemerintah memerhatikan masuknya beras dari Vietnam ini. ”Kalau dibiarkan, akan menekan beras dari Jawa, yang akhirnya akan berdampak pada jatuhnya harga gabah di tingkat petani,” ujar Biily.

Menteri Pertanian Suswono sebelumnya menyatakan, produksi beras dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga tidak perlu impor.

Bank Muamalat Tambah Modal Rp 673 Miliar

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menambah modal Rp 673 miliar melalui penerbitan saham baru (right issue). Padahal, semula Bank Muamalat menargetkan tambahan modal sebesar Rp 1 triliun.

Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin mengakui, penambahan modal itu gagal memenuhi target. ”Target itu kalau 100 persen pemegang saham existing mengambil right issue. Ternyata hanya 71 persen pemegang saham existing yang mengambil,” kata Arviyan di Jakarta, Jumat (6/8).

Sebanyak 579.000 lembar saham dibeli pemegang saham yang ada (existing). Pasca-penerbitan saham baru, modal yang disetor oleh Bank Muamalat mencapai Rp 1,3 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) 15 persen dan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) per Juli 2010 sebesar 3,9 persen.

Penambahan modal tersebut digunakan untuk ekspansi bisnis serta penguatan infrastruktur, layanan, dan jaringan. ”Ada keleluasaan untuk lebih mengembangkan Bank Muamalat,” kata Arviyan.

Bank syariah yang kini memiliki 280 kantor di seluruh Indonesia itu menargetkan total aset Rp 19,6 triliun dan pembiayaan Rp 14,9 triliun pada akhir tahun 2010.

Laba operasional pada akhir tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp 259 miliar. Posisi laba operasional pada 31 Juli 2010 sebesar Rp 99,5 miliar. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan akhir tahun 2009, yakni Rp 50 miliar.

Dalam jumpa pers kemarin, juga terungkap sejumlah rencana yang gagal dilakukan oleh Bank Muamalat. Sekitar dua atau tiga tahun lalu, Bank Muamalat berencana membuka cabang di Hongkong dan Timur Tengah. Namun, rencana itu hingga kini belum terlaksana, terhambat krisis global tahun 2009. Padahal, jika terealisasi, diyakini akan mendongkrak bisnis Bank Muamalat.

Direktur Bank Muamalat Farouk Abdullah Alwyni menambahkan, saat ini Bank Muamalat sedang melakukan proses kerja sama pengiriman uang dengan Malaysia dan Arab Saudi. Kerja sama pengiriman uang dengan Malaysia akan berjalan pada akhir Agustus. Menyusul dengan Arab Saudi.

ASEAN Memperkuat Daya Tawar

Merasa lemah dalam berbagai perundingan internasional tentang penentuan standar akuntansi pemerintahan, sepuluh negara anggota ASEAN sepakat membentuk forum bersama yang diharapkan akan meningkatkan daya tawar Asia Tenggara dalam perdebatan standar akuntansi pemerintahan di dunia. Hal ini perlu karena kebutuhan pencatatan keuangan di tingkat pemerintah tidak sama di setiap kawasan.

”Kesepakatan ini akan dibawa ke level pemerintah di negara masing-masing. Dan nanti akan dideklarasikan oleh masing-masing menteri keuangan. Hal ini diharapkan akan menambah pencegahan pada tindak pidana korupsi karena setiap transaksi akan tercatat di laporan keuangan,” ujar Ketua Komite Standar Akuntansi Pemerintah Binsar Simanjuntak di Kuta, Bali, Jumat (6/8), menjelang penutupan Pertemuan Governmental Accounting Standard-Setter of ASEAN Member Countries yang pertama.

Anggota Komisi Kerja, Komite Standar Akuntansi Pemerintah, Hekinus Manao, menegaskan, Indonesia tidak mau diatur oleh standar akuntansi dunia yang tidak tepat untuk kepentingan dalam negeri. Sebagai ilustrasi, bagi negara maju, hal terpenting yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan adalah keluar masuknya uang, tetapi bagi Indonesia hal terpenting yang harus dilaporkan adalah dampak anggaran pada penciptaan lapangan kerja atau kondisi aset negara.

”Jadi, tidak ada dasarnya suatu lembaga akuntan internasional meminta negara seperti kita menggunakan standar yang mereka buat. Kepentingannya berlainan,” tuturnya

Aktifitas Aparat Pajak Di Dunia Maya Juga Perlua Diawasi Ketat

Aktivitas aparat pajak di dunia maya diawasi langsung oleh setiap kepala kantor wilayah dan kepala kantor pelayanan pajak. Hal ini dilakukan untuk mendukung target kinerja setiap aparat yang diwajibkan menyelesaikan analisis profil delapan wajib pajak setiap bulan.

Kepala Kantor Wilayah Bali, Direktorat Jenderal Pajak, Zulfikar Thahar mengungkapkan hal itu di Kuta, Bali, Jumat (6/8). Menurut Zulfikar, semua kepala kantor wilayah dan kepala KPP dapat mengetahui situs web (website) apa yang sedang dibuka oleh setiap anak buahnya meskipun tidak melihat komputernya secara langsung.

Setiap situs yang dibuka dapat dilihat melalui sistem pengawasan yang menyatu dengan sistem teknologi informasi Ditjen Pajak, yakni multimedia super corridor (MSC). Kepala kantor wilayah dan KPP dapat mengawasi aktivitas online anak buahnya melalui komputer yang ada di meja kerjanya.

”Kami bisa tahu situs apa saja yang sedang dibuka, mungkin yahoo, google, atau data wajib pajak. Dengan cara ini, kami tahu anak buah yang bekerja dan yang tidak bekerja. Kami juga dapat mengetahui, apakah aparat pajak kami itu memeriksa wajib pajak yang berada di bawah tanggung jawabnya,” tuturnya.

Ketentuan tentang MSC ditetapkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-40/PJ/2010 tentang Tata Cara Penggunaan Aplikasi Multimedia Super Corridor dalam Rangka Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengawasan Data.

Pengawasan diperlukan agar setiap aparat pajak dapat menyelesaikan batas minimal indeks kinerja utama (KPI) mereka, yakni menganalisis profil delapan wajib pajak yang ada di wilayah kerjanya. Ini setidaknya menjadi KPI dari sekitar 16.000 aparat pajak (dari total 32.000 pegawai Ditjen Pajak) yang menempati posisi sebagai account representative. Dengan cara ini, sedikit demi sedikit, tidak akan ada wajib pajak yang lolos dari proses analisis profil itu.

”Setiap KPP ditargetkan harus selesai melakukan analisis terhadap 1.000 wajib pajak per bulan. Target ini malah ditingkatkan lagi menjadi 1.200 wajib pajak dalam sebulan. Jadi, betapa ketatnya pekerjaan setiap aparat pajak ini,” ungkap Zulfikar.

Pengamat pajak, Darussalam, mengatakan, salah satu kelemahan Ditjen Pajak selama ini adalah data informasi tentang profil wajib pajak. Sebenarnya, berdasarkan kuasa Pasal 35A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain wajib memberikan data informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Ditjen Pajak.

”Kalau Pasal 35A ini dijalankan dan didukung teknologi informasi melalui MSC, akan efektif untuk mengecek apakah wajib pajak sudah melaporkan penghasilannya dengan benar atau tidak,” ujarnya.

Bonus dipotong

Selain itu, kinerja pegawai Ditjen Pajak pun dikontrol dengan aturan pemotongan renumerasi atau tunjangan tambahan sebesar Rp 400.000 setiap kali terlambat masuk ke kantor mereka setiap hari. Oleh karena itu, pegawai pajak yang terlambat berkali-kali dapat kehilangan semua tunjangan tambahannya.

Menurut dia, setiap hari, pegawai Ditjen Pajak wajib mengisi presensi sebanyak tiga kali. Pertama, pukul 07.30 ketika masuk kantor. Kedua, pukul 12.15 pada saat akan makan siang. Ketiga, pukul 13.45 setelah masuk pascaistirahat.

”Jika mereka terlambat mengisi presensi, potongan renumerasinya akan terakumulasi. Setiap keterlambatan akan dipotong Rp 400.000,” ujarnya.

Meski demikian, pegawai Ditjen Pajak mendapatkan keutamaan di setiap presensinya. Setiap mengisi presensi, mereka akan mendapat uang kehadiran Rp 80.000. Jadi, setiap hari mereka memperoleh uang kehadiran Rp 240.000.

Pemberlakuan sistem presensi itu merupakan salah satu bagian dari reformasi birokrasi yang dilakukan di Ditjen Pajak

Pertanian dan Pangan Tidak Boleh Diserahkan Pada Pasar

Ketua Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Prabowo Subianto kembali menegaskan agar pertanian dan pangan tidak diserahkan pada mekanisme pasar bebas. Alasannya, dua hal itu sangat strategis bagi pembangunan dan ketahanan Indonesia.

Hal itu disampaikan menjawab pertanyaan Kompas dan saat memberikan sambutan dalam pengukuhan kepengurusan HKTI periode 2010-2015 di Jakarta, Jumat (6/8) sore.

Prabowo kembali terpilih menjadi Ketua Umum HKTI oleh perwakilan pengurus tingkat provinsi dan kabupaten/kota dari 32 provinsi dengan wakil dari Bengkulu tidak memberi suara dalam Munas HKTI di Denpasar, Bali, 12-14 Juli.

Menurut Prabowo, pembangunan selama lima tahun terakhir membuktikan fokus pada ekonomi pasar bebas sebagai jawaban atas segala persoalan, termasuk pengurangan kemiskinan, tak memberi hasil memuaskan. ”Kami sudah mengingatkan sejak lima tahun lalu ekonomi pasar bebas jangan menjadi mantra penyelesaian persoalan pembangunan ekonomi,” katanya.

Pemerintah, ujarnya, tetap harus mengintervensi melalui kebijakan untuk menjaga pertanian dan pangan dari gejolak harga sehingga petani memiliki kepastian berusaha. Kegairahan petani berproduksi penting untuk menjamin ketersediaan pangan nasional.

Prabowo mengingatkan, dalam dua dekade mendatang akan terjadi kelangkaan pangan dan air akut ketika jumlah penduduk bumi, yang saat ini 7 miliar jiwa, akan menjadi 9 miliar jiwa. Indonesia yang memiliki keunggulan kompetitif berupa lahan luas, tenaga kerja besar, dan iklim tropis dapat mandiri dalam pangan serta bisa jadi lumbung dunia bila pengelolaannya benar.

Selain Prabowo, pengurus harian DPN HKTI terdiri dari wakil-wakil ketua, yaitu Achsanul Qosasi, Mindo Sianiar, serta Rachmat Pambudy, sekjen Fadli Zon, dan Badan Pertimbangan Organisasi M Jafar Hafsah. Ketua Bidang Pangan adalah Ganjar Pranowo dan beberapa ketua bidang, antara lain, bidang pemasaran Yenny Wahid, bidang kebijakan pertanian Winarno Tohir, bidang penyuluhan Arum Sabil, bidang agroindustri Abdul Wachid, bidang irigasi Tamsil Linrung, dan pengembangan kawasan agribisnis Lukman Purnomosidi.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Rudi Wibowo, tugas utama HKTI adalah memberdayakan petani. Pemberdayaan dilakukan agar petani mampu mengaktualisasi diri dengan memanfaatkan teknologi, keterampilan, dan segala keterbatasan yang ada guna meningkatkan kesejahteraan.

Dalam konteks pengembangan pertanian pangan dan energi nabati skala luas dan terintegrasi di Merauke (MIFEE), misalnya, HKTI seharusnya bisa memberdayakan petani lokal supaya bisa menjadi subyek pembangunan, tidak sekadar obyek. Dalam konteks ini, peran HKTI dinilai belum begitu kuat.

HKTI sebagai himpunan kerukunan tani hendaknya mampu membawa aspirasi petani dan pertanian.

”Himpunan petani seharusnya tahu potensi wilayah mereka,” ujarnya

Perbankan Menunggu Aturan yang Jelas Tentang Pembiayaan Rumah Rakyat

Hingga kini, penyaluran kredit ke konsumen rumah bersubsidi masih terhenti. Perbankan ragu mengambil keputusan karena belum ada kejelasan aturan tentang pelaksanaan pola baru pembiayaan perumahan.

Managing Director Bank Tabungan Negara Irman A Zahiruddin di Jakarta, Jumat (6/8), menyatakan, perbankan menunggu ketentuan teknis dari Kementerian Perumahan Rakyat tentang pelaksanaan fasilitas likuiditas, termasuk ketentuan masa transisi dari pola subsidi lama ke fasilitas likuiditas.

”Pengalihan pola lama subsidi ke fasilitas likuiditas membutuhkan mekanisme pelaksanaan yang jelas. Jangan sampai timbul masalah baru,” ujar Irman.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria berharap pemerintah segera menerbitkan peraturan tentang masa transisi pembiayaan perumahan agar pola pembiayaan bagi konsumen rumah bersubsidi, yang saat ini dalam daftar tunggu akad kredit, menjadi jelas.

Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa menyatakan, Kementerian Perumahan Rakyat telah menyusun petunjuk teknis tentang verifikasi kelayakan konsumen dan masa transisi pembiayaan pola lama ke fasilitas likuiditas. Dengan demikian, penyaluran kredit dengan pola baru seharusnya bisa diterapkan.

”Ketentuan itu sudah berlaku efektif, ini cuma masalah sosialisasi. Perlu ada pertemuan teknis antara perbankan dan Kempera,” ujar Suharso.

Berdasarkan pola baru, fasilitas likuiditas dihimpun dalam Balai Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan, yang ditetapkan pemerintah 29 Juli 2010. Faktanya, sejak awal 2010, hampir semua perbankan menghentikan penyaluran kredit perumahan bersubsidi, menunggu pemberlakuan aturan fasilitas likuiditas.

Pada pola lama, subsidi diberikan berupa subsidi uang muka Rp 5 juta-Rp 7 juta per unit dan subsidi selisih bunga kredit perumahan rakyat 7 persen-9,85 persen dalam kurun 4-5 tahun.

Pada pola fasilitas likuiditas, subsidi dalam bentuk selisih bunga, yakni menjaga bunga kredit pemilikan rakyat di bawah 10 persen, selama tenor pinjaman.

Di sisi lain, pemerintah telah menyediakan anggaran Rp 416 miliar untuk subsidi 2008-2009, dan untuk masa transisi pola lama subsidi ke fasilitas likuiditas.