Direktur Utama PT Kereta Api Ignasius Jonan di Jakarta, Senin (2/8), menegaskan, PT Kereta Api sangat serius dalam hal keselamatan. ”Perbaikan sarana terus ditingkatkan,” kata dia.
Jonan menepis tudingan bahwa PT Kereta API telah memangkas biaya pemeliharaan sarana di tengah laba bersih Rp 150 miliar yang diraih pada 2009.
Menurut Jonan, berkat peningkatan pemeliharaan, jumlah lok mogok terus berkurang. Tahun 2007 tercatat 3.132 lok mogok, tahun 2009 hanya 1.281 lok yang mogok
Sementara peristiwa luar biasa hebat (PLH), yaitu tabrakan antarkereta dan kereta anjlok atau terguling juga menurun. Tahun 2009 tercatat 56 kasus PLH. Sebelumnya, tahun 2008, tercatat 87 kasus PLH. ”Di sepanjang tahun 2010 hingga Juli, baru tercatat 37 kasus PLH,” kata dia.
Menanggapi masih adanya kecelakaan KA, Jonan menyatakan, ”Kami komitmen menurunkan kecelakaan, tetapi kan butuh waktu, tidak dapat zero accident dalam semalam.”
Jonan menegaskan, insiden, seperti anjloknya KA, tak pernah terjadi karena faktor tunggal, tetapi kombinasi dari lemahnya sarana, prasarana, sistem, dan sumber daya manusia.
Dia mencontohkan anjloknya KA Argo Bromo Anggrek, Jumat di Stasiun Manggarai, Jakarta, yang diduga akibat penggunaan bogie air spring. ”Bogie itu membuat guncangan berkurang. Masalahnya, bogie itu hanya ideal di lintas dengan rel baik,” kata Executive Vice President Balai Yasa Manggarai Djoko Hardianto. Oleh karena itu, kata Jonan, harus ada kontribusi lebih dalam penanganan prasarana rel bila menginginkan kesempurnaan dalam keselamatan KA.
Di tengah ancaman adanya evaluasi, bahkan pencopotan Dirut dan direksi PT KA oleh Menteri Perhubungan terkait beberapa kecelakaan seputar KA, para pengamat transportasi malah mendukung Dirut PT KA.
”Sebaiknya, pemerintah jangan mengancam, tetapi mendukung. Penuhi kebutuhan dana subsidi kepada PT KA. Selesaikan kekurangan dana atau backlog Rp 11 triliun ke PT KA,” kata Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno.
Tahun 2007, kata Djoko, dicopot dua Direktur PT KA, yakni Direktur Teknik serta Direktur Personalia dan Umum, tetapi anjlokan tetap terjadi. ”Intinya, bukan menggeser direksi, tapi mencari solusi bersama,” ujar dia.
Pengamat kereta dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Taufik Hidayat juga menyarankan agar pemerintah mempertahankan Dirut PT KA. ”Kondisi PT KA sekarang seperti Garuda di tahun kedua Emirsyah Satar. Secara keuangan sudah mencetak laba dan pembenahan sarana di jalur tepat,” kata dia.
Namun, Taufik mengingatkan agar direksi PT KA tidak hanya membenahi sisi komersial. ”Beri perhatian lebih besar untuk sisi teknik. Bila lokomotif dan sarana andal, otomatis keuntungan mengikuti,” tutur Taufik.
Dia menegaskan, PT KA memang wajib untung, tetapi sebaiknya tidak terlalu besar. ”Kementerian BUMN sebaiknya memberi kelonggaran bagi PT KA agar tidak perlu setor laba besar karena yang terpenting rakyat terlayani dengan kereta,” kata dia
No comments:
Post a Comment