Wednesday, August 4, 2010

International Air Transport Association Mengecam Bandara Soekarno Hatta Karena Tidak Layak Pakai

International Air Transport Association atau IATA mengecam infrastruktur Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, tak lagi layak. Oleh karena itu, disarankan agar pengelola bandara dan maskapai membicarakan pengembangan bandara ke depan.

”Saya bertemu Wakil Presiden Boediono. Kepada beliau, saya ceritakan kecintaan kepada Asia sehingga saya terbang ke mana- mana. Saya katakan, ada tiga bandara di ibu kota negara yang kondisinya tertinggal, yakni New Delhi, Manila, dan Jakarta,” kata Direktur Jenderal sekaligus Chief Executive Officer IATA, Giovanni Bisignani, Rabu (4/8) di Jakarta.

IATA merupakan asosiasi penerbangan komersial, yang merupakan wadah dari 230 maskapai komersial di dunia.

Bisignani mengaku setelah dua tahun tak datang ke Indonesia, ia terkesan dengan perkembangan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

”Namun, pembangunan bandara tahap berikutnya tetap mendesak karena pemerintah mengharapkan pertumbuhan penumpang 10 persen per tahun,” ujarnya.

Bandara Soekarno-Hatta sebenarnya diprediksi hanya untuk menampung 20-22 juta penumpang per tahun. Namun, pada tahun 2009 saja, sudah 37 juta penumpang yang dilayani oleh Soekarno-Hatta.

Dengan 240 juta penduduk, menurut Bisignani, seharusnya Indonesia membangun bandara yang kelasnya lebih tinggi daripada Soekarno-Hatta.

”Tidak harus bangun bandara seindah katedral, tapi yang utama bandara itu mampu melayani penumpang dan efisien,” katanya.

Namun, menurut Bisignani, tidak perlu membangun bandara baru sebagai pengganti Soekarno-Hatta. ”Saya lihat Soekarno- Hatta punya lahan yang luas. Landasan pacunya sudah ada di sana (Cengkareng),” kata Bisignani.

Direktur Komunikasi IATA Anthony Concil mengingatkan, Soekarno-Hatta tak hanya bersaing dengan bandara domestik, tetapi dengan bandara negara- negara lain, seperti Bandara Kuala Lumpur, Malaysia; Bangkok (Svarnabhumi), Thailand; dan Bandara Changi, Singapura.

”Indonesia harus membangun Soekarno-Hatta dalam 3-4 tahun. Bila tidak, lupakan Jakarta sebagai bandara hub atau penghubung,” kata Bisignani.

Ia menyebut Bandara Changi dan Incheon, Korea Selatan, sebagai bandara hub terbaik di Asia.

”Bila bandara efisien, akan menarik bagi maskapai untuk singgah. Contohnya, Bandara Narita, Jepang, mahal, maka traffic yang masuk hanya ke Narita, bukan penumpang transit,” kata Bisignani.

Menanggapi pendapat Bisignani, Wakil Kepala Cabang PT Angkasa Pura II, Bandara Soekarno-Hatta, Sudaryanto menjelaskan, pengelola Soekarno-Hatta tak tinggal diam. ”Juli lalu, diresmikan Terminal 1C setelah direnovasi. Terminal 1C dari kapasitas tiga juta orang kini menjadi 5,5 juta orang,” ujarnya.

Saat ini, lanjut Sudaryanto, Angkasa Pura II akan fokus membenahi Terminal IA dan 1B Soekarno-Hatta. ”Baru setelah itu, melanjutkan pembangunan Terminal 3,” tuturnya.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Tri Sunoko menjelaskan, dalam enam bulan, akan dirampungkan peta jalan dan rencana induk Soekarno- Hatta.

”Kami akan meninjau total dan lantas menata ulang bandara itu,” katanya.

Hal itu, menurut Tri Sunoko, untuk mempersiapkan Soekarno-Hatta menghadapi liberalisasi penerbangan pada tahun 2015.

Pengaturan waktu

Adapun untuk penyelesaian masalah jangka pendek, menurut Tri, akan dilakukan pengaturan waktu penerbangan, baik lepas landas maupun pendaratan. Hal tersebut untuk mengoptimalkan bandara.

”Kami akan mendistribusikan waktu terbang sehingga tidak terpusat pada waktu puncak atau peak hour,” katanya.

Untuk itu, Angkasa Pura II akan membicarakan pengaturan waktu tersebut dengan maskapai-maskapai yang ada. ”Targetnya, dalam tiga bulan, slot time sudah disusun ulang,” ujar Tri Sunoko.

No comments:

Post a Comment