Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama itu dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Agus Tjahayana serta Pimpinan Organisasi Pengembangan Teknologi Industrial dan Energi Baru Jepang (NEDO) Seiji Murata di Jakarta, Senin (2/8). Sebagai proyek percontohan akan dilaksanakan di pabrik gula Gempolkerep milik PT Perkebunan Nusantara X.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menjelaskan, sumber daya alam minyak bumi akan semakin langka sehingga substitusi bahan bakar minyak dengan bahan bakar dari bahan terbarukan menjadi sangat strategis.
Untuk pembiayaan proyek tersebut, NEDO memberikan kontribusi bantuan sekitar 16,5 juta dollar AS dan Indonesia melalui PTPN X memberikan kontribusi 9,5 juta dollar AS. ”Dalam proses pengembangan itu, kita harus mengakui banyak kendala yang harus dihadapi, terutama penyediaan bahan baku dan pemasarannya,” kata Hidayat.
Proyek kerja sama ini memiliki nilai strategis buat pengembangan industri gula terintegrasi di Indonesia. Hingga kini, produksi tetes tebu
”Saya harapkan, kerja sama ini menjadi model bagi pabrik gula lain di Indonesia,” ujar Hidayat.
Menurut Agus, dari proyek tersebut, PTPN X akan memperoleh 473 juta yen per tahun dari penjualan etanol dan skema
Adapun Jepang memperoleh CER 91,4 juta yen. Titik impas (BEP) bagi PTPN akan tercapai dalam 2,1 tahun, sedangkan untuk NEDO 27,3 tahun.
Menurut Sekretaris PTPN X Djoko Santoso, bahan baku untuk bioetanol dalam bentuk tetes tebu
”Kapasitas produksi pabrik bioetanol 100.000 kiloliter per hari dan produksi berlangsung 300 hari sehingga produksi etanol per tahun 30.000 ton,” kata dia. Pabrik bioetanol ini akan beroperasi mulai tahun 2012.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Rudi Wibowo menyatakan, kerja sama pembangunan pabrik bioetanol berbasis tetes tebu adalah awal yang baik bagi pengembangan industri bioetanol dalam negeri. Potensi bioetanol di Indonesia, menurut Rudi, sangat besar, pasarnya pun terbuka. Namun, hingga kini belum ada pabriknya di Indonesia. Padahal, bioetanol sangat ramah lingkungan dan bisa menyubstitusi bahan bakar berbahan baku fosil.
”Akan lebih bagus kalau produksi bioetanol itu untuk konsumsi dalam negeri. Bagi petani tebu, pabrik bioetanol ini menguntungkan karena ada pasar alternatif bagi tetes tebus,” ujar Rudi.
No comments:
Post a Comment