Kosatin, pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, menyatakan, dia biasanya mengirim beras setiap hari ke Batam dua kontainer, yaitu 60 ton-70 ton. Namun, sejak tiga minggu lalu, permintaan beras dari Batam terhenti.
”Beras itu masuk dari Vietnam melalui Singapura dengan harga yang lebih murah,” kata Kosatin, Jumat (6/8) di Jakarta.
Hal yang sama disampaikan Billy Haryanto, pedagang beras di PIBC. ”Biasanya saya dari Solo (Jawa Tengah) mengirim dua kontainer ke Batam. Sekarang permintaan dari sana mendadak terhenti. Saya sudah lapor kepada pejabat Perum Bulog kalau ada penyelundupan, tetapi tidak ada reaksi,” katanya.
Selain dari Jakarta, beras yang dikonsumsi warga Batam sebelumnya dipasok dari Jawa Tengah (Solo dan Tegal) serta Jawa Timur.
Tinkey, pedagang beras di Tanjung Balai Karimun, mengungkapkan, beras eks Vietnam sampai di Tanjung Balai harganya Rp 6.000 per kilogram. Adapun beras dari Pulau Jawa harganya Rp 6.600 per kg. ”Selisih harga ini membuat beras Vietnam lebih disukai, apalagi kualitasnya sama,” ujarnya. Setiap hari beras Vietnam yang masuk melalui Tanjung Balai Karimun sekitar 800 ton, adapun yang melalui Selat Panjang 500 ton-600 ton.
Beras dari Vietnam ditengarai masuk melalui Singapura. Melimpahnya pasokan beras Vietnam tampak dari melesunya permintaan beras dari Jawa.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatot Irianto menyayangkan masuknya beras dari Vietnam ke Indonesia. Hal ini dikhawatirkan akan mendistorsi harga beras di dalam negeri, yang akan berdampak pada turunnya harga gabah hasil panen petani. ”Akibatnya, kenaikan harga beras tidak bisa dinikmati petani,” ujarnya.
Oleh karena itu, Billy dan Kosatin meminta pemerintah memerhatikan masuknya beras dari Vietnam ini. ”Kalau dibiarkan, akan menekan beras dari Jawa, yang akhirnya akan berdampak pada jatuhnya harga gabah di tingkat petani,” ujar Biily.
Menteri Pertanian Suswono sebelumnya menyatakan, produksi beras dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga tidak perlu impor.
No comments:
Post a Comment