Demikian penegasan Carl J Lukach, Presiden DuPont Asia Timur, dalam perbincangan dengan Kompas di Jakarta belum lama ini. Lukach yang bergabung dengan DuPont sejak tahun 1980 melihat Indonesia terus berupaya meningkatkan produksi pangan guna memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
DuPont berada di Indonesia sejak tahun 1975 dan kini dikenal dengan PT DuPont Indonesia. Dengan 325 pekerja, DuPont antara lain bergerak di sektor pertanian, produk perlindungan panen, serta industri polimer dan kemasan. DuPont melihat Indonesia sebagai sebuah blok ekonomi global baru dan pertumbuhan. Dengan adanya pertumbuhan penduduk dan dampak perubahan iklim, peran menyediakan bibit unggul dan sesuai dengan perubahan iklim sangat penting. Berikut petikan wawancara dengan Lukach.
Bagaimana rencana DuPont di Indonesia?
Kami sangat memerhatikan produksi pangan, terutama produksi jagung. Ladang jagung di Indonesia kini menghasilkan terlalu sedikit. Dengan adanya perubahan cuaca di Indonesia, ladang- ladang itu semakin berisiko gagal. Dengan produk bibit yang kami kembangkan, per hektar ladang yang hanya bisa menghasilkan tiga atau empat ton, akan berlipat ganda menjadi enam hingga delapan ton. Dari data ini, terlihat sekitar 50 persen dana yang kami keluarkan untuk sektor pertanian.
Soal produksi jagung di Indonesia konkretnya?
Kami akan mendorong produksi ladang-ladang itu menjadi enam hingga delapan ton per hektar dibandingkan sebelumnya. Target kami meningkatkan produksi jagung dari lahan-lahan di Indonesia sebesar 40 persen per hektarnya pada tahun 2020. Jika produk kami dapat digunakan (produk P-21 milik DuPont sangat digemari), Indonesia akan mendapat makanan lebih daripada sebelumnya. Tujuan kami hanya sesederhana itu. Harga produk juga tidak terlalu mahal, tetapi bisa menghasilkan banyak uang. Lebih banyak makanan yang diperoleh. Jadi adil. Itu adalah salah satu contoh yang bisa terlihat nyata
Ada kekhawatiran bibit hibrida rawan hama?
Diakui, selain cuaca, ada juga tiga ancaman lain pada jagung, padi, ataupun tanaman lainnya, yakni serangga, rumput liar, dan jamur. Kami menawarkan bibit kami lainnya yang bisa menghadapi tiga ancaman ini. Produk seperti ini masih dalam pengujian, tetapi suatu yang menarik selama 30 tahun saya terlibat dalam DuPont. Sistem kerjanya seperti ”saluran pipa” yang akan mengamankan ladang lewat saluran di bawah tanah. Proses penanaman jagung, padi, atau tanaman lainnya tetap sama. Hanya ada perubahan DNA (genetika) pada bibit jagung atau bibit lainnya yang ditanam. Akar-akar tanaman akan semakin kuat, terutama jagung. Sementara pada padi hibrida lahannya juga akan semakin subur dengan sistem ini. Saya pernah lihat tanaman pagi di Ubud, Bali.
Sistem irigasinya bagus, tetapi aliran airnya pendek. Namun, kami menciptakan padi hibrida yang tak perlu ditanam dengan mengambang (di air), cukup di tanah basah. Untuk mencegah rumput, digunakan sistem ”sa - luran pipa” itu untuk perlindungan lahan dan tanaman.
Apa yang dikehendaki dari pemerintah
Indonesia diberkahi oleh banyak makanan, tetapi banyak orang yang masih kelaparan. Tentu saja Pemerintah Indonesia ingin menghasilkan makanan lebih. Itu juga merupakan tujuan utama kami. Jadi, Pemerintah Indonesia dan kami dapat bekerja sama untuk itu. Kami juga bisa mengoptimalkan cahaya matahari yang berlimpah di negeri ini untuk energi. Kami juga siap mengembangkan riset dalam hal kelapa sawit dan tebu. Kami punya banyak tenaga riset dan ilmuwan dan kami sangat berharap pemerintah bisa memberikan kemudahan bagi DuPont dalam riset dan pengembangan di negeri ini.
No comments:
Post a Comment