Friday, August 20, 2010

Sertifikat Bank Indonesia Kian Diminati Karena Lebih Menguntungkan

Menjelang Idul Fitri, investor kian berminat terhadap Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. Pada 6 Agustus, posisi SBI Rp 234,39 triliun, tetapi pada 13 Agustus menjadi Rp 272,68 triliun.

Menurut Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah, Kamis (19/8), meningkatnya SBI bukan karena likuiditas baru, tetapi karena perpindahan dari term deposit jangka pendek ke SBI.

Pekan ini, untuk pertama kali dilakukan lelang SBI sembilan bulan. Minat bank terhadap SBI sembilan bulan cukup besar. Hasil lelang Rp 2,25 triliun.

Dalam jangka pendek belum ada indikasi kenaikan suku bunga SBI meskipun pelaku pasar mengharapkan rate lebih tinggi untuk SBI sembilan bulan karena premi risiko. Rata-rata tertimbang SBI tiga bulan 6,63 persen, SBI enam bulan 6,72 persen, dan SBI sembilan bulan 6,83 persen.

Menurut Difi, perkembangan ini menunjukkan langkah BI melalui paket kebijakan moneter dengan memperbaiki struktur pendalaman pasar keuangan disambut positif. Langkah tersebut melalui pembentukan reference SBI berjangka menengah-panjang.

Data BI menunjukkan, selama pekan kedua Agustus, operasi moneter menambah likuiditas bagi perekonomian. Operasi keuangan pemerintah telah mendorong bank mencairkan sebagian penempatan dana di BI. Posisi instrumen moneter turun Rp 15 triliun. Dalam kurun 9-13 Agustus, posisi keuangan pemerintah mengalami net kontraksi Rp 21,98 triliun.

Difi menjelaskan, rasio kredit terhadap simpanan dana (LDR) perbankan pada pekan kedua Agustus naik, dari 76,76 persen menjadi 77,34 persen. Hal ini terjadi karena penyaluran kredit yang meningkat tidak diimbangi dengan kenaikan dana pihak ketiga (DPK).

Difi menjelaskan, dari data historis sejak tahun 2001, pertumbuhan mingguan DPK yang melambat sejak tiga pekan terakhir merupakan pola musiman. Dana simpanan masyarakat cenderung naik dari Januari hingga Juni, kemudian turun selama triwulan ketiga, dan akan naik lagi hingga akhir tahun.

Sepekan terakhir, kredit naik Rp 5,44 triliun menjadi Rp 1.592,3 triliun atau tumbuh 11,33 persen (year to date), atau year to year tumbuh 19,54 persen.

Adapun DPK turun Rp 8,4 triliun menjadi Rp 2.058,79 triliun. Turunnya DPK akibat turunnya simpanan rupiah sebesar Rp 12,99 triliun karena kontraksi antara lain setoran pajak dan pembayaran haji.

No comments:

Post a Comment