Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin mengakui, penambahan modal itu gagal memenuhi target. ”Target itu kalau 100 persen pemegang saham existing mengambil right issue. Ternyata hanya 71 persen pemegang saham existing yang mengambil,” kata Arviyan di Jakarta, Jumat (6/8).
Sebanyak 579.000 lembar saham dibeli pemegang saham yang ada (existing). Pasca-penerbitan saham baru, modal yang disetor oleh Bank Muamalat mencapai Rp 1,3 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) 15 persen dan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) per Juli 2010 sebesar 3,9 persen.
Penambahan modal tersebut digunakan untuk ekspansi bisnis serta penguatan infrastruktur, layanan, dan jaringan. ”Ada keleluasaan untuk lebih mengembangkan Bank Muamalat,” kata Arviyan.
Bank syariah yang kini memiliki 280 kantor di seluruh Indonesia itu menargetkan total aset Rp 19,6 triliun dan pembiayaan Rp 14,9 triliun pada akhir tahun 2010.
Laba operasional pada akhir tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp 259 miliar. Posisi laba operasional pada 31 Juli 2010 sebesar Rp 99,5 miliar. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan akhir tahun 2009, yakni Rp 50 miliar.
Dalam jumpa pers kemarin, juga terungkap sejumlah rencana yang gagal dilakukan oleh Bank Muamalat. Sekitar dua atau tiga tahun lalu, Bank Muamalat berencana membuka cabang di Hongkong dan Timur Tengah. Namun, rencana itu hingga kini belum terlaksana, terhambat krisis global tahun 2009. Padahal, jika terealisasi, diyakini akan mendongkrak bisnis Bank Muamalat.
Direktur Bank Muamalat Farouk Abdullah Alwyni menambahkan, saat ini Bank Muamalat sedang melakukan proses kerja sama pengiriman uang dengan Malaysia dan Arab Saudi. Kerja sama pengiriman uang dengan Malaysia akan berjalan pada akhir Agustus. Menyusul dengan Arab Saudi.
No comments:
Post a Comment