Pendidikan Kewirausahawan

Pendidikan kewirausahaan di Tanah Air perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Bahkan, melalui pendidikan kewirausahaan tersebut pemerintah harus ikut campur tangan menciptakan wirausaha. Langkah ini mendesak dilakukan karena saat ini terdapat sekitar 12 juta lulusan sarjana S-1 yang menganggur.

”Jika yang 12 juta ini dibantu pemerintah untuk bisa menjadi wirausaha, pasti akan dahsyat dampaknya,” ujar CEO GarudaFood Group Sudhamek AWS dalam diskusi terbatas Forum Mangunwijaya VI tentang ”Pendidikan Kewirausahaan II”, yang diselenggarakan harian Kompas bekerja sama dengan Dinamika Edukasi Dasar dan Keuskupan Agung Semarang, Sabtu (18/12) di Balai Soedjatmoko, Solo, Jawa Tengah.

Menurut Sudhamek, kewirausahaan dapat dipelajari melalui sistem manajemen strategi. Ada empat kompetensi yang perlu dimiliki wirausaha, yakni pengetahuan tentang proses produksi, jaringan usaha, dukungan finansial, dan kemampuan manajemen.

Selain Sudhamek, diskusi yang dipandu Teguh Daljono (dosen Universitas Sanata Dharma) juga menghadirkan narasumber Paul Rahardjo (Direktur PT Danarhadi), Rakhmat Sutomo (Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Solo), Dalyono (pengusaha mebel Mataram Furniture), dan Ning Harmanto (pengusaha produk herbal PT Mahkotadewa Indonesia).

Acara diskusi yang dibuka Wali Kota Solo Joko Widodo itu juga dihadiri Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas St Sularto dan Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang Ryana Prapti Pr.

Melihat dunia nyata

Joko Widodo menilai, pendidikan kewirausahaan hendaknya diberikan sejak dini dengan cara melihat dunia nyata di luar ruang kelas, seperti melihat proses produksi di pabrik, bengkel, bank, atau sentra kerajinan. Anak didik juga perlu diajarkan tentang ketidakpastian dan risiko dalam dunia usaha.

Menurut Ning Hermanto, jiwa kewirausahaan harus dibangun sejak dini dari keluarga. Sayangnya, hingga kini masih banyak orangtua yang ingin agar anaknya bekerja kantoran.

Sementara itu, Dalyono mengatakan, dirinya yang masih mahasiswa fakultas ekonomi lebih banyak belajar dari dunia praktisi bisnis karena banyak teori yang diajarkan di bangku kuliah ternyata tidak sinkron dengan kenyataan di lapangan.

Rakhmat Sutomo justru berpendapat, pengusaha perlu turun ke dunia pendidikan untuk menuturkan langsung pengalamannya. Selama ini, pendidikan kewirausahaan lebih banyak diajarkan secara teoritis oleh guru yang tidak memiliki pengalaman praktis.

Masalah lingkungan dan praktik terus-menerus sebagai faktor yang melahirkan wirausaha diungkapkan oleh Paul Rahardjo. Para peserta diskusi dari kalangan pengusaha dan akademisi berharap pendidikan kewirausahaan mendapat perhatian khusus dari pemerintah agar bisa lahir wirausaha-wirausaha yang tangguh.