Thursday, December 19, 2024

Selandia Baru Dilanda Resesi Ekonomi Denga Pertumbuhan Minus 1 Persen

 Ekonomi Selandia Baru mengalami resesi setelah tercatat minus 1 persen pada kuartal III 2024 (qtq). Angka itu lebih rendah dari prediksi pasar yang memperkirakan kontraksi 0,2 persen.

Laju ekonomi kuartal II juga direvisi dengan mencatat penurunan sebesar 1,1 persen. Dua kuartal berturut-turut mengalami penurunan adalah definisi teknis dari resesi. Jika mengesampingkan pandemi, ini adalah penurunan dua kuartal terbesar sejak kemerosotan ekonomi yang sangat dalam pada tahun 1991.


"Ini jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan siapa pun," ujar Ekonom Capital Economics Abhijit Surya seperti dilansir Reuters, Kamis (19/12).


Usai angka pertumbuhan ekonomi dirilis, dolar Selandia Baru menyentuh titik terendah baru dalam dua tahun di NZ$0,5614 per dolar, setelah sebelumnya turun 2,2 persen setelah pelonggaran kebijakan hawkish dari The Federal Reserve AS.


Lihat Juga :

Kena PPN, Transaksi dengan Uang Elektronik Lebih Mahal Tahun Depan?

Kontraksi laju ekonomi memperkuat alasan bank sentral Reserves Bank of New Zealand (RBNZ) untuk pemotongan suku bunga yang lebih agresif, setelah sebelumnya memangkas 125 basis poin menjadi 4,25 persen.


"Mengingat keadaan ekonomi yang buruk, kami sekarang berpikir risiko kecenderungan ke arah pemotongan yang lebih besar sebesar 75bp pada bulan Februari," terang Surya.


"Kami lebih yakin dari sebelumnya bahwa Bank akan memangkas suku bunga di bawah netral, akhirnya menjadi 2,25 persen," sambungnya.


Sementara itu, Menteri Keuangan Selandia Baru Nicola Willis menuding kebijakan bank sentral berperan atas kontraksi ekonomi.


Lihat Juga :

Bahlil Pastikan PPN 12 Persen Tak Akan Buat Harga BBM Naik

"Penurunan tersebut mencerminkan dampak inflasi yang tinggi terhadap perekonomian," ujar Willis dalam sebuah pernyataan.


Pelemahan terjadi di seluruh industri, khususnya pada bidang manufaktur, utilitas, dan konstruksi. Pengeluaran rumah tangga dan pemerintah turun pada kuartal tersebut, sementara investasi dan ekspor juga tersendat.


Untuk laju ekonomi tahun berjalan, output turun tajam sebesar 1,5 persen, penurunan paling tajam sejak pandemi dan jauh di luar perkiraan penurunan sebesar 0,4 persen.


Mengingat populasi negara kepulauan Pasifik Selatan tersebut tumbuh sebesar 1,2 persen menjadi 5,35 juta sejak awal tahun hingga September, PDB per kapita turun lebih besar lagi sebesar 2,1 persen.


Analis masih berharap bahwa yang terburuk telah berakhir bagi perekonomian, mengingat RBNZ telah memangkas biaya pinjaman sebesar satu persen penuh pada kuartal ini.


Survei ANZ terhadap bisnis yang dirilis pada Kamis menunjukkan pemulihan lebih lanjut dalam aktivitas pada Desember.





Ekonomi Selandia Baru mengalami resesi setelah tercatat minus 1 persen pada kuartal III 2024 (qtq). Angka itu lebih rendah dari prediksi pasar yang memperkirakan kontraksi 0,2 persen.

Laju ekonomi kuartal II juga direvisi dengan mencatat penurunan sebesar 1,1 persen. Dua kuartal berturut-turut mengalami penurunan adalah definisi teknis dari resesi. Jika mengesampingkan pandemi, ini adalah penurunan dua kuartal terbesar sejak kemerosotan ekonomi yang sangat dalam pada tahun 1991.

"Ini jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan siapa pun," ujar Ekonom Capital Economics Abhijit Surya seperti dilansir Reuters, Kamis (19/12).

Usai angka pertumbuhan ekonomi dirilis, dolar Selandia Baru menyentuh titik terendah baru dalam dua tahun di NZ$0,5614 per dolar, setelah sebelumnya turun 2,2 persen setelah pelonggaran kebijakan hawkish dari The Federal Reserve AS.

Kontraksi laju ekonomi memperkuat alasan bank sentral Reserves Bank of New Zealand (RBNZ) untuk pemotongan suku bunga yang lebih agresif, setelah sebelumnya memangkas 125 basis poin menjadi 4,25 persen.

"Mengingat keadaan ekonomi yang buruk, kami sekarang berpikir risiko kecenderungan ke arah pemotongan yang lebih besar sebesar 75bp pada bulan Februari," terang Surya.

"Kami lebih yakin dari sebelumnya bahwa Bank akan memangkas suku bunga di bawah netral, akhirnya menjadi 2,25 persen," sambungnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Selandia Baru Nicola Willis menuding kebijakan bank sentral berperan atas kontraksi ekonomi.

"Penurunan tersebut mencerminkan dampak inflasi yang tinggi terhadap perekonomian," ujar Willis dalam sebuah pernyataan.

Pelemahan terjadi di seluruh industri, khususnya pada bidang manufaktur, utilitas, dan konstruksi. Pengeluaran rumah tangga dan pemerintah turun pada kuartal tersebut, sementara investasi dan ekspor juga tersendat.

Untuk laju ekonomi tahun berjalan, output turun tajam sebesar 1,5 persen, penurunan paling tajam sejak pandemi dan jauh di luar perkiraan penurunan sebesar 0,4 persen.

Mengingat populasi negara kepulauan Pasifik Selatan tersebut tumbuh sebesar 1,2 persen menjadi 5,35 juta sejak awal tahun hingga September, PDB per kapita turun lebih besar lagi sebesar 2,1 persen.

Analis masih berharap bahwa yang terburuk telah berakhir bagi perekonomian, mengingat RBNZ telah memangkas biaya pinjaman sebesar satu persen penuh pada kuartal ini.

Survei ANZ terhadap bisnis yang dirilis pada Kamis menunjukkan pemulihan lebih lanjut dalam aktivitas pada Desember.


No comments:

Post a Comment