Aset tanah milik Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Bali Resort, di Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali, dijual ke PT Bumi Indah Prima (BIP). MNC Land menjual tanah tersebut senilai Rp 5,5 triliun.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bali, I Gde Wayan Samsi Gunarta, membenarkan tanah tersebut akan dibangun untuk kawasan Transit Oriented Development (TOD) dalam proyek Bali Urban Rail.
"Kalau saya baca sih sudah komitmen mereka. Sudah deal, tinggal menanti prosesnya," ujar Samsi saat ditemui di kantornya
Samsi mengeklaim TOD di Tanah Lot diperkirakan lebih besar dibandingkan TOD di sentral parkir Kuta. Namun, Samsi menegaskan, realisasinya didapatkan setelah perencanaan. "Sekarang ambil tanah areanya dahulu, kalau sudah selesai baru direncanakan dikoneksikan," ungkapnya.
Samsi mengatakan jika pembangunan TOD membutuhkan luas tanah minimal 6-50 hektare. Menurut Samsi, proyeksi dibangunnya TOD di Tanah Lot bagus untuk mengembangkan area berbasis transit.
"Baguslah kalau memang itu mau dilakukan, bagus untuk mengembangkan area berbasis transit. Jadi orang tidak ke mana-mana lagi, cukup di sana lalu menyebar," ucap Samsi.
Samsi mengungkapkan proyek Bali Urban Rail yang dirancang dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, bisa tembus ke Tanah Lot.
"Ada (rencana) perpanjangan dari rute Cemagi, Canggu, dan bisa saja nggak berhenti di sana. Kalau mesin sudah di bawah kan enak tinggal kerja. Kemungkinan tidak stuck Tabanan, ada peluang jalurnya lebih. Nanti kami lihat agar lebih mudah pergerakannya," jelas Samsi.
Samsi juga menyampaikan permintaan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali rute ke Tabanan dijadikan satu tahap dengan bandara menuju Kuta yang diperkirakan rampung akhir 2028. Namun, Samsi melihat membutuhkan waktu untuk mengejar konstruksi agar lebih cepat selesai di tahap pertama.
"Tetapi, sepertinya itu butuh waktu dan mereka juga ada yang perlu dikejar terkait konstruksi supaya lebih cepat. Jadi ada kemungkinan berikutnya diperpanjang atau gimana," beber Samsi.
Proyek LRT atau Bali Urban Subway resmi dimulai. Upacara Ngeruak digelar di Sentral Parkir Kuta, Badung, Bali
Peletakan batu pertama dalam upacara tersebut dilakukan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, diiringi doa yang dipimpin oleh Ida Ratu Peranda Geriya Gulingan.
Nilai investasi untuk keseluruhan proyek ini mencapai US$ 20 miliar. PT Indotek menjadi kontraktor utama bersama China Railway Construction Corporation (CRCC).
Berikut enam hal yang perlu diketahui terkait proyek LRT di Bali.
1. Dibangun dalam Empat Fase
Bali Urban Subway akan dibangun dalam empat fase. Yakni, fase satu yang meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai-Kuta Sentral Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi dengan panjang 16 kilometer. Kemudian, fase dua, Bandara I Gusti Ngurah Rai-Jimbaran-Unud-Nusa Dua sepanjang 13,5 km.
Fase tiga meliuti Sentral Parkir Kuta-Sesetan-Renon-Sanur. Selanjutnya, fase empat meliputi Renon- Sukawati-Ubud. Namun, fase ketiga dan keempat masih tahap feasibility study (FS) atau uji kelayakan. Total, nilai investasi untuk kedua fase pertama mencapai US$ 10,8 miliar dan untuk keseluruhan empat fase adalah US$ 20 miliar.
Pembangunan fase Bandara Ngurah Rai ke Kuta Sentral Parkir ditambah keseluruhan fase 2 ditargetkan dapat selesai pada akhir kuartal kedua pada 2028.
"Diharapkan keseluruhan fase 1 dan fase 2 akan beroperasi penuh pada akhir 2031," ujar Direktur Utama PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) Ari Askhara.
2. Dibangun di Kedalaman 30 Meter
Bali Urban Subway akan dibangun di bawah tanah dengan kedalaman 30 meter. Berdasarkan hasil studi kelayakan, kedalaman tersebut dinilai cukup aman dan sesuai dengan ketentuan yang diatur di Provinsi Bali.
"Pemkab Badung itu menetapkan 15 meter (ke bawah). Kekuatannya sama, tetapi kami tetap ambil 30 meter untuk amannya," ujar Ari.
Ari menjelaskan pembangunan stasiun pada fase satu di Sentral Parkir Kuta dilakukan di atas lahan aset Pemprov Bali dan Pemkab Badung. Dengan begitu, dia berujar, pembelian lahan milik swasta atau perseorangan untuk proyek tersebut dapat diminimalisasi.
3. Tarif LRT Rp 600 Ribuan
Bali Urban Subway yang ditargetkan beroperasi penuh pada akhir 2031 ini membidik wisatawan asing sebagai pasar utama. PT SBDJ memproyeksikan tarif tiket LRT Bali untuk penumpang turis asing berada di kisaran US$ 40 atau Rp 616.454 (kurs Rp 15.411) per orang. Menurutnya, tiket itu dapat digunakan selama sepekan untuk semua rute.
"Proyeksi kami, untuk para turis (tarif) kisaran US$ 35 hingga US$ 40 dalam seminggu. (Contoh) kalau 40 dolar itu sekitar Rp 600 ribu. Jadi seminggu, kapanpun, mau ke manapun jadi lebih efisien," kata Ari.
Ari memastikan akan tetap ada penyesuaian harga tiket untuk turis asing maupun warga lokal. Ia menjelaskan ada harapan untuk menggratiskan angkutan tersebut kepada warga Bali.
"Kami mau warga lokal gratis. Asal punya KTP Bali. Kami sedang usahakan, yang pasti kami usahakan gratis," ujar Ari.
4. Investor Bisa Kelola LRT Bali sampai 50 Tahun
PT Bumi Indah Prima (BIP) ditetapkan sebagai investor pembangunan Bali Urban Subway. Ari menjelaskan investor mendapat hak konsesi mengelola LRT Bali selama 50 tahun.
"Sesuai konsesi, diharapkan 50 tahun dikelola," kata Ari
Ari mengungkapkan investor sebetulnya mendapat peluang untuk mengelola LRT tersebut selama 90 tahun sesuai peraturan perundang-undangan untuk investor swasta. Setelah masa pengelolaan itu selesai, transportasi massal berbasis kereta itu selanjutnya diserahkan kepada pemerintah setempat.
"Jadi minimum 50 tahun, setelah itu sesuai ketentuan akan diserahkan ke pemerintah, dalam hal ini Pemprov Bali," ujar Ari.
5. Pj Gubernur Khawatir LRT Mangkrak
Mahendra mengaku deg-degan terkait pembangunan LRT itu. Sebab, ia harus memastikan proyek transportasi berbasis kereta yang seluruh pembiayaannya menggunakan dana investor itu benar-benar berjalan sesuai tahapan.
"Ya deg-degan karena ini proyek besar. Ini pertama kali di Indonesia yang pendanaannya tanpa APBD maupun APBN. Ini investasi, harus kita kawal bersama," kata Mahendra Jaya seusai menghadiri upacara pengeruwakan dan peletakan batu pertama proyek Bali Urban Subway di Sentral Parkir Kuta, Rabu.
Mahendra membantah kekhawatirannya itu sebagai imbas dari wanti-wanti Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu. Jokowi sempat mengingatkan para kepala daerah yang hendak membangunan LRT agar berhati-hati dan melakukan perhitungan matang agar tidak merugi.
"Nggak, nggak. Itu (peringatan) kalau menggunakan APBN, APBD. Ini kan tidak," ujar Mahendra.
6. Optimistis Bisa Tuntas Meski Gubernur Berganti
Mahendra optimistis proyek LRT Bali bisa tuntas dan tidak akan ada masalah apa pun meski bakal ada pergantian gubernur. Menurutnya, pemimpin Bali yang akan datang akan mendukung pembangunan sistem transportasi yang diklaim menjadi solusi atas kemacetan lalu lintas di Pulau Dewata.
"Tidak ada masalah. Kan mereka (kontestan Pilgub Bali 2024) men-support semua. Buktinya hadir semua. Ini kan proyek bagus ini, tidak membebani APBD, APBN," imbuh Mahendra.
No comments:
Post a Comment