Inflasi di Indonesia per Juli 2022 sebesar 0,64% atau meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,61% (mtm). Secara tahunan (yoy), inflasi tembus 4,94% atau tertinggi sejak 2015 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Bank Indonesia (BI) menyatakan kenaikan inflasi (mtm) tersebut terutama bersumber dari inflasi kelompok administered prices, di tengah inflasi inti yang terjaga rendah dan kelompok volatile food yang mulai menurun. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK Juli 2022 tercatat 4,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35% (yoy). Untuk keseluruhan tahun 2022, inflasi IHK diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023.
"Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Selasa (2/8/2022). BI mengklaim inflasi inti pada Juli 2022 masih terjaga rendah sebesar 0,28% (mtm), sebagaimana inflasi inti pada Juni 2022 yang sebesar 0,19% (mtm). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas mobil dan sewa rumah yang didorong kenaikan mobilitas masyarakat.
Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global. Secara tahunan inflasi inti Juli 2022 masih terjaga rendah sebesar 2,86%, meski sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 2,63% (yoy).
"Terjaganya inflasi inti tersebut didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi," tuturnya. Inflasi kelompok volatile foods pada Juli 2022 menunjukkan penurunan menjadi 1,41% (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,51% (mtm). Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh komoditas minyak goreng, telur ayam ras, bawang putih, dan sayur-sayuran.
Penurunan lebih lanjut tertahan oleh inflasi aneka cabai, bawang merah, dan ikan segar yang masih mengalami peningkatan akibat gangguan pasokan seiring dengan curah hujan yang tinggi di sejumlah sentra. Secara tahunan kelompok volatile foods mengalami inflasi 11,47% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,07% (yoy).
Inflasi kelompok administered prices pada Juli 2022 mencatat peningkatan menjadi 1,17% (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,27% (mtm). Peningkatan inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan rokok kretek filter, seiring dengan peningkatan mobilitas udara dan harga avtur akibat kenaikan harga komoditas energi global, penyesuaian harga energi nonsubsidi, serta transmisi kenaikan cukai rokok.
Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 6,51% (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,33% (yoy). "Untuk keseluruhan tahun 2022, inflasi indeks harga konsumen (IHK) diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran dan akan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023," tandasnya.
Laju inflasi per Juli 2022 tembus 4,94% secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini naik dari indeks harga konsumen di sebelumnya pada Juni 2022 yang berada di level 111,09 menjadi 111,80.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan inflasi ini bisa membuat jumlah orang miskin melonjak. Berikut 3 faktanya:
1. Inflasi Juli Tertinggi Sejak 2015
Margo mengatakan inflasi Juli merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015. Secara tahunan komponen bergejolak memberikan andil inflasi tertinggi yaitu 1,92% akibat kenaikan harga pada beberapa komoditas di antaranya cabai merah dan bawang merah (volatile food). "Ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Oktober 2015 di mana pada saat itu terjadi inflasi sebesar 6,25% secara year on year," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).
2. Penyebab Inflasi Cetak Rekor
Margo menjelaskan rekor inflasi Juli disebabkan oleh naiknya sejumlah harga barang di antaranya harga cabai merah, cabai rawit, bawang merah, tarif angkutan udara, hingga bahan bakar rumah tangga. Indeks harga konsumen (IHK) di 90 kota seluruhnya tercatat mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Kendari yaitu sebesar 2,27%. Pendorongnya adalah harga tiket pesawat hingga naiknya harga ikan. "Tarif angkutan udara ini memberikan andil inflasi di kota Kendari sebesar 0,75%, kemudian diikuti ikan layang atau ikan benggol yang memberikan andil inflasi sebesar 0,19%, dan yang terakhir bawang merah dengan andil sebesar 0,15%" katanya.
3. Angka Kemiskinan Terancam Naik
Jika dilihat dari komponennya, inflasi Juli mayoritas dibentuk oleh komponen harga bergejolak yang memberikan andil 0,25%. Komoditas penyebab utamanya berasal dari cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit. Margo menilai perkembangan inflasi komponen bergejolak sangat berpengaruh terhadap angka kemiskinan di Indonesia. Pasalnya, hingga saat ini sekitar 70% konsumsi rumah tangga miskin adalah untuk makanan. "Porsi makanan di garis kemiskinan sekitar 74%. Jadi kalau harga pangan tinggi, maka akan berpengaruh ke garis kemiskinan. Kalau pendapatan tidak naik, bisa menyebabkan kemiskinan semakin bertambah. Jadi pengaruhnya cukup tinggi terhadap kemiskinan," pungkas Margo.