Wednesday, June 19, 2024

Pavel Durov Pendiri Telegram Berharta 117 Triliun

 Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov yang ditangkap di Perancis oleh otoritas setempat, ternyata punya harta melimpah.

Pada 2022, Majalah Forbes bahkan menobatkan pria kelahiran Rusia tersebut sebagai miliarder terkaya dan termuda di Timur Tengah. Saat itu usianya baru menginjak 37 tahun.

Forbes menyebut Durov tidak hanya menjadi miliarder ekspatriat terkaya di Timur Tengah, tetapi kekayaannya juga melampaui orang Arab terkaya dunia, Nassef Sawiris asal Mesir. Sawiris ditaksir memiliki kekayaan sebesar U$7,7 miliar atau Rp119 triliun (asumsi kurs Rp15.475).

Memang, berapa banyak harta kekayaan Bos Telegram itu?

Forbes menaksir harta Durov mencapai US$15,5 miliar. Jika dirupiahkan, kekayaannya mencapai Rp239 triliun. Sumber utama kekayaan Durov adalah bisnis teknologi, yakni Telegram yang ia ciptakan.

Melansir Reuters, hal itu terungkap dalam pemberitaan media Prancis TF1 TV dan BFM TV, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Telegram, yang sangat berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet, menduduki peringkat sebagai salah satu platform media sosial utama setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Wechat.

Berbasis di Dubai, Telegram didirikan oleh Durov, miliarder kelahiran Rusia. Ia meninggalkan Rusia pada 2014 setelah menolak untuk mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VK miliknya, yang ia jual.

Menurut TF1, Durov, yang bepergian dengan jet pribadinya, telah menjadi sasaran surat perintah penangkapan di Prancis sebagai bagian dari penyelidikan awal polisi.

TF1 dan BFM sama-sama mengatakan bahwa penyelidikan difokuskan pada kurangnya moderator (alias sensor) di Telegram, dan bahwa polisi menganggap bahwa situasi ini memungkinkan aktivitas kriminal terus berlanjut tanpa hambatan di aplikasi pengiriman pesan tersebut.

Telegram tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters soal penangkapan Durov. Kementerian Dalam Negeri dan polisi Prancis juga tidak memberikan tanggapan soal kabar ini.

Usai Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022, Telegram menjadi sumber utama konten yang tidak difilter, dan terkadang vulgar dan menyesatkan, dari kedua belah pihak tentang perang dan politik seputar konflik tersebut.

Aplikasi tersebut telah menjadi sarana komunikasi pilihan bagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan para pejabatnya. Kremlin dan pemerintah Rusia juga menggunakannya untuk menyebarkan berita mereka.

Aplikasi tersebut juga telah menjadi salah satu dari sedikit tempat di mana warga Rusia dapat mengakses berita tentang perang tersebut.

No comments:

Post a Comment