PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) mengumumkan rencana penjualan aset berupa tanah dan rumah toko (Ruko) yang dimiliki perusahaan. Perusahaan taksi ini bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 250 karyawannya dan jumlahnya diprediksi bertambah. Hal itu diketahui dari surat jawaban atas pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada 30 Juni 201, Rabu (4/10/2017).
Dalam surat tersebut, manajemen Express Grup berencana menjual aset berupa tanah. Saat ini proses penjualan masih berlangsung dan telah ditunjuk agen properti profesional untuk membantu penjualan tanah tersebut. Sebagian penjualan tanah bakal terealisasi pada periode berikutnya.
Selanjutnya, perusahaan juga berencana menjual 136 unit armada taksi dan 1 unit bus.
Total dana yang diincar dari penjualan tersebut mencapai Rp 6 miliar. Di mana, Rp 2,5 miliar bakal terealisasi periode ini dan sisanya Rp 3,5 miliar akan direalisasikan di periode berikutnya. Dana yang didapat dari hasil penjualan aset-aset tersebut akan digunakan untuk mengurangi kewajiban alias membayar utang jangka panjang perseroan dan juga digunakan untuk menunjang kegiatan usaha dan operasional.
Dalam surat tersebut juga dijelaskan, Express Group tengah melakukan kajian jumlah kebutuhan karyawan dan tidak menutup kemungkinan adanya perubahan atau pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengurangan karyawan yang telah dilakukan sampai Juni 2017 adalah kurang lebih 250 karyawan. Pengurangan karyawan ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas kinerja dan efisiensi biaya.
Seluruh langkah ini ditujukan perusahaan di tengah upaya efisiensi guna merespons turunnya pendapatan perusahaan.
Pada Juni 2017, Express hanya berhasil membukukan pendapatan Rp 158,73 miliar. Padahal, di periode yang sama di 2016, perusahaan berhasil mencetak pendapatan sebesar Rp 374,06 miliar.
Dalam penjelasannya, perusahaan menyampaikan, rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya tingkat utilitas alias tingkat perolehan penumpang. Tercatat, dari 9.700 armada taksi yang dimiliki, tingkat okupansi taksi Express turun dari 50-55% menjadi hanya 45%.
Tingkat utilitas armada taksi mengalami penurunan karena adanya peralihan ke jasa transportasi berbasis aplikasi alias taksi online. Padahal tarif sudah disesuaikan dengan tarif batas bawah.
Kementerian Perhubungan memberlakukan masa transisi 3 bulan untuk pemberlakukan batas atas dan bawah tarif taksi online. Meskipun Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 26 Tahun 2017 sebagai revisi dari Permenhub Nomor 32 Tahun 2016 guna mengatur taksi online resmi berlaku pada awal April kemarin.
Aturan itu tentunya menjadi angin surga bagi perusahaan taksi biasa seperti PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI). Sebab selama ini cuan (laba) mereka tergerus sejak munculnya taksi online yang memberikan tarif miring karena kemampuan inovasi dan efisiensi sehingga mampu menekan ekonomi biaya tinggi.
Meski begitu, menurut Analis Samuel Sekuritas Muhammad Al Fatih kebijakan tersebut belum tentu bisa mendorong saham BIRD dan TAXI di pasar modal. Sebab belum tentu pembatasan tarif taksi online bisa mendorong kinerja keuangan kedua emiten tersebut.
"Jadi apakah penurunan tarif taksi online menjadi salah satu faktor untuk bisa membantu taksi biasa atau tidak. Ini belum tentu," tuturnya. Al Fatih memandang, meskipun tarif taksi online naik belum tentu pelanggannya beralih menggunakan taksi biasa. Sebab taksi online memiliki kelebihan lainnya selain dari tarifnya yang murah.
"Misalnya saya lebih nyaman pakai taksi online untuk titipkan anak saya, karena saya tahu saya bisa lacak, saya tahu nomor platnya dan foto orangnya. Jadi apakah ada inovasi-inovasi lain dari taksi biasa juga atau tidak," imbuhnya.
Menurutnya, penetapan tarif taksi online hanya sekedar menahan gerusan kinerja keuangan taksi biasa dari taksi online. Namun untuk bisa memenangkan kompetisi kembali sangat tergantung dari perusahaan taksi itu sendiri.
"Ini kan sifatnya masih menyelamatkan, sedangkan untuk pertumbuhan ini masih tanda tanya. Aturan ini kemungkinan hanya bisa menahan gerusan dari taksi online. Tapi apakah taksi biasa bisa berkembang, harus dilihat dulu hasil implementasinya nanti," pungkasnya
Pergerakan saham-saham emiten taksi hari ini masih bergerak cenderung mendatar. Padahal Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 26 Tahun 2017 sebagai revisi dari Permenhub Nomor 32 Tahun 2016 guna mengatur taksi online telah resmi berlaku. Menurut Analis Samuel Sekuritas Muhammad Al Fatih, pelaku pasar belum merespon kebijakan tersebut lantaran belum begitu yakin aturan itu bisa mendorong kinerja dari emiten taksi.
Apalagi penerapan poin khusus untuk penetapan batas atas dan bawah tarif taksi online diberlakukan masa transisi selama 3 bulan terhitung sejak awal April. "Karena ini kan masih belum jelas juga ini. Artinya di satu sisi itu akan membantu taksi yang biasa, itu dari segi harga. Tapi belum jelas," tuturnya.
Menurut Al Fatih, pergerakan saham-saham taksi saat ini juga lebih tergantung dari kondisi fundamental perusahaan. Pelaku pasar ini melihat perbaikan kinerja keuangan dari emiten taksi seperti PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI). "Jika tarif taksi online naik apakah memang naik lagi pemakaian dari taksi, dan juga ada inovasi-inovasi tidak dari mereka perusahaan-perusahaan taksi," imbuhnya.
Hari ini saham BIRD dibuka melemah 10 poin atau 0,26% dari penutupan perdagangan sebelumnya menjadi Rp 3.850. Pada perdagangan sebelumnya di Jumat (31/3/2017), saham BIRD tercatat menguat 2,12% ke Rp 3.860. Di hari sebelumnya BIRD juga menguat 3,56% ke Rp 3.780. Namun saham BIRD sebelumnya sudah menyentuh level terendahnya pada 27 Maret 2017 dengan melemah 2,7% ke Rp 3.600.
Sementara saham emiten taksi lainnya yakni PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) hari ini dibuka tidak bergerak dari penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp 164. Saham TAXI juga terpantau bergerak sideway dalam beberapa hari kemarin. Pada 27 Maret 2017 saham TAXI mampu menguat 1,84% ke Rp 166. Namun pada 31 Maret 2017 saham TAXI berakhir di jalur merah dengan melemah 0,61% ke Rp 164.
"Jadi apakah penurunan tarif taksi online menjadi salah satu faktor untuk bisa membantu taksi biasa atau tidak. Ini belum tentu," tuturnya. Al Fatih memandang, meskipun tarif taksi online naik belum tentu pelanggannya beralih menggunakan taksi biasa. Sebab taksi online memiliki kelebihan lainnya selain dari tarifnya yang murah.
"Misalnya saya lebih nyaman pakai taksi online untuk titipkan anak saya, karena saya tahu saya bisa lacak, saya tahu nomor platnya dan foto orangnya. Jadi apakah ada inovasi-inovasi lain dari taksi biasa juga atau tidak," imbuhnya.
Menurutnya, penetapan tarif taksi online hanya sekedar menahan gerusan kinerja keuangan taksi biasa dari taksi online. Namun untuk bisa memenangkan kompetisi kembali sangat tergantung dari perusahaan taksi itu sendiri.
"Ini kan sifatnya masih menyelamatkan, sedangkan untuk pertumbuhan ini masih tanda tanya. Aturan ini kemungkinan hanya bisa menahan gerusan dari taksi online. Tapi apakah taksi biasa bisa berkembang, harus dilihat dulu hasil implementasinya nanti," pungkasnya
Pergerakan saham-saham emiten taksi hari ini masih bergerak cenderung mendatar. Padahal Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 26 Tahun 2017 sebagai revisi dari Permenhub Nomor 32 Tahun 2016 guna mengatur taksi online telah resmi berlaku. Menurut Analis Samuel Sekuritas Muhammad Al Fatih, pelaku pasar belum merespon kebijakan tersebut lantaran belum begitu yakin aturan itu bisa mendorong kinerja dari emiten taksi.
Apalagi penerapan poin khusus untuk penetapan batas atas dan bawah tarif taksi online diberlakukan masa transisi selama 3 bulan terhitung sejak awal April. "Karena ini kan masih belum jelas juga ini. Artinya di satu sisi itu akan membantu taksi yang biasa, itu dari segi harga. Tapi belum jelas," tuturnya.
Menurut Al Fatih, pergerakan saham-saham taksi saat ini juga lebih tergantung dari kondisi fundamental perusahaan. Pelaku pasar ini melihat perbaikan kinerja keuangan dari emiten taksi seperti PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI). "Jika tarif taksi online naik apakah memang naik lagi pemakaian dari taksi, dan juga ada inovasi-inovasi tidak dari mereka perusahaan-perusahaan taksi," imbuhnya.
Hari ini saham BIRD dibuka melemah 10 poin atau 0,26% dari penutupan perdagangan sebelumnya menjadi Rp 3.850. Pada perdagangan sebelumnya di Jumat (31/3/2017), saham BIRD tercatat menguat 2,12% ke Rp 3.860. Di hari sebelumnya BIRD juga menguat 3,56% ke Rp 3.780. Namun saham BIRD sebelumnya sudah menyentuh level terendahnya pada 27 Maret 2017 dengan melemah 2,7% ke Rp 3.600.
Sementara saham emiten taksi lainnya yakni PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) hari ini dibuka tidak bergerak dari penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp 164. Saham TAXI juga terpantau bergerak sideway dalam beberapa hari kemarin. Pada 27 Maret 2017 saham TAXI mampu menguat 1,84% ke Rp 166. Namun pada 31 Maret 2017 saham TAXI berakhir di jalur merah dengan melemah 0,61% ke Rp 164.
No comments:
Post a Comment