Wednesday, March 24, 2021

Konsumsi Digital dan Hubungannya Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada 2020 secara kumulatif mengalami kontraksi 2,07% dibandingkan 2019. Kontraksi pertumbuhan ekonomi ini terjadi karena adanya pandemi COVID-19 yang berdampak pada seluruh sektor ekonomi.

Berdasarkan data CNBC Indonesia Analysis, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi ke 6%, maka konsumsi domestik tahun ini harus naik 6% (yoy), konsumsi pemerintah harus tumbuh 5% (yoy), investasi harus naik 8% (yoy), ekspor dan impor naik masing-masing setidaknya 3% (yoy) dan 2% (yoy).

Konsumsi domestik memang menjadi salah satu faktor pendorong terbesar dalam pertumbuhan ekonomi. Untungnya, hal ini mulai terlihat dari pertumbuhan transaksi di marketplace yang terus meningkat.

Hal tersebut diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Ia bahkan mengatakan transaksi ekonomi digital akan semakin pesat tahun ini karena pandemi masih belum melandai.

Ia memproyeksikan transaksi e-commerce tahun ini akan tumbuh hingga 33,2% dari tahun 2020. Artinya akan meningkat dari sebesar Rp 253 triliun menjadi Rp 337 triliun di tahun 2021.

"Bahwa perdagangan online e-commerce, marketplace itu sangat luar biasa tumbuh 33,2%. E-commerce tahun lalu estimasi kami Rp 253 triliun meningkat dari tahun 2019 Rp 205,5 triliun. Kemudian tahun ini meningkat tinggi jadi Rp 337 triliun," ungkapnya melansir CNBC Indonesia, Senin (22/3/2021).

Pertumbuhan perdagangan online selama pandemi menjadi anugerah tersendiri bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berdagang di marketplace. Platform e-commerce Indonesia yang menaungi para pelaku UMKM domestik, Tokopedia misalnya, akhir-akhir ini mencatatkan peningkatan jumlah merchant dan pembeli online yang signifikan di marketplace-nya.

"Jumlah merchant meningkat menjadi lebih dari 10 juta pada Januari 2021, dari hanya 7,2 juta pada Januari 2020. Jumlah pengguna aktif kami juga meningkat menjadi lebih dari 100 juta di seluruh Indonesia, dari 90 juta pada Januari 2020. Para pedagang saat ini sedang memasarkan lebih dari 400 juta produk kepada pengguna aktif kami yang mencakup 99% dari semua distrik yang tersebar di seluruh Indonesia, "kata External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya.

Riset Lembaga Riset Ekonomi dan Sosial Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengungkap, saat ini Tokopedia telah berkontribusi lebih dari 1% bagi perekonomian Tanah Air melalui aktivitas online marketplace-nya. Tokopedia juga berhasil menjinakkan inflasi berkat sistem distribusi dan logistik yang efisien, menghasilkan harga yang hampir 21% lebih murah dari harga pasar rata-rata, sehingga membantu mendorong konsumsi domestik di Indonesia.

Ekhel menambahkan opsi pembayaran multi channel Tokopedia yang terdiri lebih dari 50 mode pembayaran antara lain transfer bank, kartu kredit, e-money, dan payment point minimarket semakin memudahkan konsumen untuk melakukan transaksi online.

Selain itu, platform ini juga bekerja sama dengan program #BanggaBuatanIndonesia (Bangga Produk Indonesia) yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi untuk membantu memasarkan produk UMKM secara online. Kolaborasi ini juga mendiversifikasi penawaran platform, sehingga memperbesar basis pelanggan mereka.

Selama pandemi, Ekhel mencatat peralatan olahraga menjadi barang yang banyak dibeli. Ia mengatakan transaksi dalam kategori olahraga dan hobi Tokopedia sepanjang 2020 meningkat dua kali lipat dibandingkan 2019. Selain itu, pada 2020 penjualan buku meningkat dua kali lipat, penjualan produk berkebun juga meningkat empat kali lipat dibanding 2019.

Seiring orang tinggal di rumah lebih lama, memasak dan dekorasi rumah juga menjadi tren baru. Pada 2020, kategori produk Home and Living di Tokopedia juga naik dua kali lipat dibandingkan 2019.

Dengan data-data ini, maka semakin tinggi transaksi jual beli di marketplace, maka akan semakin meningkatkan konsumsi domestik yang akan berpengaruh positif pada pertumbuhan perekonomian Indonesia.

No comments:

Post a Comment