Saturday, July 23, 2022

Tiktok PHK Massal Karyawannya Untuk Tingkatkan Laba Bersih

  Kesuksesan Tiktok ternyata tak membuat status karyawan perusahaannya aman. Dalam sebuah laporan disebutkan perusahaan asal China itu melakukan restrukturisasi bisnis globalnya, termasuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Wired, mengutip sumber dalam Tiktok, menuliskan pada Senin pagi sejumlah karyawan di Eropa diberitahu posisi mereka terancam. Mereka diberitahu akan diundang bertemu dengan bagian SDM dalam beberapa minggu ke depan, dikutip Jumat (22/7/2022).

Beberapa karyawan Inggris juga disebut telah diperingatkan akan ada kehilangan pekerjaan pada sejumlah departemen di Tiktok. Hal sama juga terjadi pada karyawan yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Seorang anggota staf mengatakan restrukturisasi yang terjadi di Tiktok termasuk PHK dan penghapusan beberapa posisi kosong dan berdampak pada bisnis di wilayah AS, Uni Eropa dan Inggris. Perluasan beberapa tim dalam perusahaan juga dilaporkan telah ditunda.

Salah satu karyawan yang menyatakan meninggalkan perusahaan adalah David Ortiz yang merupakan salah satu karyawan eksekutif Tiktok awal di luar China. Dalam laman Linkedin-nya, dia mengumumkan tidak bekerja di Tiktok karena posisinya dihapus dan mengatakan karena bagian dari "upaya re-organisasi yang jauh lebih besar".

Juru bicara Tiktok, Anna Sopel mengatakan perusahaan sering melakukan penyesuaian pada stafnya. Ini dilakukan perusahaan dalam rangka mendukung tujuannya. "Ada sejumlah kecil peran pada tim operasi dan pemasaran yang berubah fokus, yang tidak bisa disebut 'restrukturisasi seluruh perusahaan'," kata dia. Namun Sopel menolak menjelaskan soal Ortiz yang merujuk pada upaya re-organisasi lebih besar.

Dengan kabar PHK ini, Tiktok masuk dalam kelompok perusahaan teknologi yang juga melakukan hal serupa atau membekukan perekrutan pegawai baru dalam beberapa bulan terakhir. Dengan alasan kekhawatiran penurunan ekonomi yang telah terjadi.

PHK disebut berfokus pada individu dan tim yang diyakini tidak cukup berkontribusi pada perusahaan. Jumlah yang terdampak kebijakan ini kurang dari 100 orang. Menurut pernyataan sebelumnya dari TikTok dan sumber dalam perusahaan, ada sekitar 10 ribu karyawan di seluruh AS dan Eropa.

TikTok juga sebelumnya membatalkan rencana memperluas platform live shopping Tiktok Shop di AS dan Eropa. Padahal platform itu dirasa bisa jadi pendapatan baru utama perusahaan. Seorang mantan karyawan yang telah meninggalkan perusahaan awal tahun ini mengatakan restrukturisasi terjadi terkait dengan iklim ekonomi yang lebih luas.

"Saya tidak berpikir apa yang terjadi di sini dengan PHK TikTok berbeda dengan apa yang terjadi di teknologi besar," ujarnya. Bekerja di Tiktok ternyata penuh siksaan mental. Sejumlah mantan pegawai raksasa mendia sosial itu menggambarkan pekerjaannya selalu di dalam tekanan.

Bahkan ada yang mengungkapkan bekerja di sana tak sama seperti yang terjadi di platform Tiktok. "Cara karyawan Tiktok diperlakukan adalah kebalikan dari platform Tiktok," tulis Dylan Juhnke yang pernah bekerja sebagai brand partnership dalam sebuah memo tahun 2021 lalu, dikutip dari Business Insider, Kamis (12/5/2022).

Junhke mengunggah memo itu setelah mendapatkan sanksi dari perusahaannya. Masalahnya berawal saat dia mengajukan pertanyaan soal atasannya yang mengabaikan pertanyaan mengenai kompensasi karyawan dan mengundurkan diri pada pertemuan town hall.

The Wall Street Journal juga membuat laporan rangkuman curhatan para mantan pegawai Tiktok. Mereka disebut harus menghadapi budaya kerja dengan tekanan tinggi, dari rapat 85 jam, kurang tidur, hingga siksaan mental.

Salah satu curhatannya adalah pegawai yang pernah bekerja di sana mengalami perubahan emosional dan berat badan bahkan harus mengikuti terapi psikologi. Cerita lainnya mengatakan mereka harus membawa bukti dokumen soal kondisi medis yang mengancam jiwa agar manajer bisa mengizinkan agar tidak lembur selama dua hari.

Bahkan sebuah cerita memilukan bekerja di Tiktok juga diunggah Melody Chu dalam tiga postingan di laman Medium dengan judul Seperti Apa Rasanya Bekerja di Tiktok. Salah satunya mengungkapkan dia harus merelakan tidak pernah makan malam di rumah saat hari kerja dan harus mengikuti rapat di hari Minggu atau lewat jam 10 malam.

"Saya tadinya berpikir bahwa saya sudah melalui beberapa hal sulit dalam karier saya sejauh ini [sebelum bekerja di Tiktok]," ucapnya yang sebelumnya bekerja di Facebook selama 5 tahun dan menjadi engineer di NextDoor. Dalam laporan WSJ, banyak karyawan berasal dari perusahaan teknologi besar lain. Namun mereka menyebut Tiktok menekankan produktivitas dan kerahasiaan tanpa henti dengan tingkat luar biasa.



No comments:

Post a Comment