Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS), Cisco Systems, mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7% karyawannya secara global yang diperkirakan mencapai ribuan orang. Ini merupakan PHK gelombang kedua yang dilakukan perusahaan pada 2024.
Pemangkasan karyawan ini dilakukan sebagai upaya penghematan biaya operasional perusahaan. Dengan begitu Cisco dapat arah bisnis mereka ke sektor yang lebih menjanjikan, seperti keamanan siber dan AI.
Sebab melalui PHK massal ini, Cisco memperkirakan dapat menghemat biaya sebelum pajak sebesar US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15,72 triliun (kurs Rp 15.724/dolar AS).
"(PHK massal dilakukan) seiring dengan upaya kami untuk meningkatkan kinerja kami, kami tetap fokus pada pertumbuhan dan eksekusi yang konsisten seiring investasi kami di sektor AI, cloud, dan keamanan siber, sambil mempertahankan pengembalian modal," kata CFO Scott Herren dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada Februari 2024 silam, Cisco telah mengumumkan langkah PHK massal terhadap 5% karyawannya secara global atau setara 4.000 pekerja. Langkah ini disertai dengan pengumuman penurunan target pendapatan tahunan mereka.
Diketahui perusahaan pembuat router dan switch Internet terbesar ini telah bergulat dengan lesunya permintaan dan kendala rantai pasokan dalam bisnis andalan mereka. Untuk itu pemangkasan ini dirasa perlu untuk menjaga laba perusahaan.
"Cisco mengatakan pada bulan Februari bahwa mereka akan memangkas 5% tenaga kerja globalnya, atau lebih dari 4.000 pekerjaan, sekaligus menurunkan target pendapatan tahunannya," tulis CNN Internasional dalam laporannya.
Namun ternyata pendapatan yang diterima Cisco setelah pengumuman PHK massal Februari itu lebih tinggi dari perkiraan awal mereka sebelum pemangkasan. Kondisi ini membuat nilai saham perusahaan melonjak kemarin, setelah perusahaan membagikan laporan keuangan mereka.
Cisco memperkirakan pendapatan pada kuartal I-2024 di kisaran US$ 13,65-13,85 miliar atau setara Rp 214,63-217,77 triliun. Sementara para analis sebelumnya memperkirakan rata-rata pendapatan perusahaan sebesar US$ 13,71 miliar atau Rp 215,57 triliun.
"Namun, saham perusahaan naik 5% dalam perdagangan yang diperpanjang setelah memperkirakan pendapatan kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan," sambung laporan itu.
Walaupun meraup untung besar, raksasa teknologi ini tetap tega menggelar PHK pada banyak karyawannya. Adalah perusahaan networking Cisco yang membukukan laba raksasa senilai USD 10,3 miliar tahun lalu atau sekitar RP 161 triliun.
Perusahaan itu masih memberhentikan atau PHK 5.500 pekerja sebagai bagian dari upaya mereka untuk berinvestasi lebih banyak dalam AI.
Perusahaan itu mengikuti jejak sejumlah perusahaan lain seperti Microsoft, yang menggunakan AI sebagai pembenaran untuk memberhentikan banyak tenaga kerjanya. PHK di Cisco terungkap dalam pemberitahuan yang diunggah di Securities and Exchange Commission, yang memengaruhi sekitar 7% dari total stafnya.
Dalam pernyataan singkat, CEO Chuck Robbins menggunakan istilah AI lima kali, menyoroti upaya perusahaan untuk mengikuti perlombaan AI yang sedang sengit berlangsung. Awal tahun ini, Cisco juga sudah memberhentikan 4.000 atau 5% stafnya. Alasannya, perusahaan ingin menyelaraskan kembali organisasi dan memungkinkan investasi lebih lanjut di area prioritas utama.
Singkatnya, perusahaan tidak lagi menyembunyikan optimisme mereka atas penggantian karyawan manusia dengan AI. Namun, apakah keputusan ini akan membuahkan hasil dalam jangka panjang masih harus dilihat.
Berita PHK tersebut membantu meningkatkan harga saham Cisco. Masalahnya, berbagai perusahaan mulai sering menggunakan AI sebagai alasan untuk upaya restrukturisasi mereka. Nah, para ahli tetap skeptis dan menilai teknologi AI malah digunakan sebagai kedok untuk memangkas pegawai dengan tujuan lain.
"Melawan robot adalah cerita kedok yang bagus. Namun jika Anda mencermati lebih jauh, hal tersebut (PHK) sering kali (hanya) merupakan dinamika ekonomi lama yang sederhana seperti alih daya atau manajemen memangkas biaya untuk meningkatkan gaji untuk yang lain." kata ekonom Universitas Oxford dan ilmuwan data Fabian Stephany. Dengan kata lain, PHK itu bisa jadi tidak terlalu berhubungan dengan AI, hanya sebagai alasan.