Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan banyak merek ternama dunia menghindari Rusia. Tapi ternyata, beberapa masih membuka gerai di negara itu dan bahkan tidak dapat menutup tokonya.
Mengutip BBC, Jumat (18/3/2022), Marks and Spencer, Burger King, dan grup hotel Marriott dan Accor adalah beberapa yang mengaku kesulitan menutup gerainya. Pasalnya mereka dibatasi oleh kesepakatan waralaba yang rumit yang mencegah mereka menarik diri.
Perusahaan sendiri telah mengalihdayakan bisnis di Rusia ke pihak ketiga dan tidak memiliki operasi yang menyandang nama mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki hampir seribu gerai yang masih buka di Rusia.
M&S memiliki 48 toko dan Burger King memiliki 800 restoran yang masih buka, sementara Marriott dan Accor masing-masing memiliki 28 dan 57 hotel yang buka. Merek-merek tersebut terkunci dalam perjanjian waralaba yang sah, sehingga mereka sulit menghapus namanya dari High Streets dan pusat perbelanjaan Rusia.
Banyak perusahaan Barat telah mengadakan perjanjian semacam itu selama beberapa dekade terakhir. Misalnya, toko Marks and Spencer telah dioperasikan oleh perusahaan Turki bernama FiBA, yang telah memegang hak untuk menjual produk pengecer di seluruh Eropa Timur sejak 1999. Raksasa ritel itu mengatakan telah menangguhkan pengiriman barangnya ke FiBA sebagai sikapnya terkait perang.
Sementara itu, pemilik Burger King, Restaurant Brands International, juga mengatakan bahwa restorannya dijalankan oleh pewaralaba. "Perjanjian hukum yang sudah berlangsung lama ini tidak mudah diubah di masa mendatang," katanya. Begitu pula dengan grup Hotel Marriott, IHG, dan jaringan Prancis Accor, yang memiliki Ibis dan Novotel di antara mereknya, semuanya beroperasi di Rusia dengan kesepakatan serupa.
Marriott mengatakan bahwa hotel-hotelnya di Rusia dimiliki oleh pihak ketiga tetapi akan terus mengevaluasi kemampuan hotel-hotel ini untuk tetap buka. Waralaba adalah metode bisnis mendistribusikan produk atau layanan. Ini melibatkan franchisor, perusahaan yang telah menetapkan nama merek, dan franchisee, perusahaan yang membayar biaya untuk hak melakukan bisnis di bawah nama franchisor dan menjual produknya.
Graeme Payne, seorang spesialis di Inggris dan waralaba internasional di firma hukum Bird&Bird, mengatakan bahwa waralaba berguna untuk merek Barat yang ingin memasuki pasar di berbagai negara, tetapi tidak memiliki pengetahuan lokal, uang, atau kemampuan untuk memasukinya.
Victoria Hobbs, mitra di Bird&Bird yang menangani sengketa waralaba, mengatakan jika pemilik waralaba diketahui memiliki hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin atau telah dikenai sanksi, maka dari perspektif Inggris, kesepakatan dapat dihentikan.
Namun, Ms Hobbs mengatakan meskipun perjanjian sering memiliki klausul yang menyatakan "jika franchisee melakukan sesuatu yang merusak reputasi kita, kita dapat menghentikan", masalahnya saat ini di Rusia adalah banyak franchisee sendiri tidak melakukan kesalahan.
"Ini cukup menantang bagi mereka karena dari perspektif hukum Inggris, mereka tidak benar-benar memiliki hak untuk mengakhiri perjanjian - itu masalahnya," katanya. "Bahkan jika sebuah merek berhasil mendapatkan keputusan pengadilan Inggris terhadap waralaba di Rusia, pengadilan Rusia tidak akan menegakkannya", kata John Pratt, seorang mitra di tim pengacara spesialis waralaba terbesar di Eropa.
No comments:
Post a Comment