Harga minyak mentah acuan dunia melonjak lebih dari 8 persen pada perdagangan Kamis (17/3) waktu AS. Pasar minyak bangkit usai lesu beberapa hari terakhir, ditopang oleh pelemahan stok dalam beberapa pekan ke depan akibat sanksi blokade ekonomi terhadap Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent meroket 8,79 persen ke posisi US$106,64 per barel, menjadi kenaikan tertinggi sejak pertengahan 2020. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga melonjak 8,35 persen menjadi US$102,98 per barel.
Mengutip Reuters, Saham Wall Street juga ikut rebound dari kerugian awal sesi pada Kamis karena investor mempertimbangkan implikasi ekonomi dari sikap suku bunga Federal Reserve. "Kami mengalami reli yang melegakan kemarin dan pasar mencernanya hari ini, sedikit berkonsolidasi dan mencoba untuk mendapatkan kenyamanan dengan kenyataan versus ekspektasi dalam hal apa yang diproyeksikan Fed," kata Thomas Hayes, Ketua Great Hill Capital di New York.
Seperti diketahui, The Fed mengumumkan kenaikan seperempat poin persentase ke suku bunga mendekati nol, kenaikan pertama dalam hampir tiga tahun karena berusaha untuk memerangi kenaikan harga.
Bank sentral AS juga memproyeksikan enam kenaikan suku bunga dengan ukuran yang sama tahun ini, memicu kekhawatiran di antara para pedagang tentang dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Di Wall Street, indeks utama yang membalikkan penurunan awal ialah sektor perawatan kesehatan, konsumen, teknologi, dan keuangan.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,23 persen menjadi 34.480, S&P 500 naik 1,23 persen menjadi 4.411, dan Nasdaq Composite bertambah 1,33 persen menjadi 13.614
No comments:
Post a Comment