Sunday, April 2, 2017

Bank Mega Bagi Deviden Sebesar Setengah Laba Bersih

Kinerja keuangan PT Bank Mega Tbk boleh dibilang biasa-biasa saja, bahkan pertumbuhannya cenderung stagnan. Namun, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan untuk tetap membagikan dividen kepada pemegang saham. Tidak tanggung-tanggung, dividen yang disebar bahkan mencapai separuh dari laba bersih perseroan pada tahun buku 2016.

Laba bersih perseroan tahun lalu tercatat sebesar Rp1,16 triliun atau meningkat 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu Rp1,06 triliun. "RUPS Bank Mega menetapkan membagikan dividen tunai sebesar Rp578,95 miliar kepada pemegang saham. Pembagian dividen akan dilakukan kemudian," ujar Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib, Jumat (31/3). Sekadar gambaran, sepanjang tahun lalu, bisnis Bank Mega tumbuh tipis. Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), misalnya, tercatat tumbuh hanya 2,7 persen. Perolehan giro naik 8,9 persen menjadi Rp5,6 triliun. Tabungan tumbuh 6,8 persen menjadi Rp10,7 triliun

"Secara kumulatif, DPK menjadi sebesar Rp51,07 triliun hingga akhir 2016 dari posisi tahun sebelumnya, yakni Rp49,74 triliun. Ini kontribusinya dari kenaikan dana murah," imbuh dia.  Pertumbuhan tipis DPK membuat total aset Bank Mega hanya meningkat 3,4 persen dari semula Rp68,23 triliun menjadi Rp70,53 triliun.

Adapun, dari sisi kredit, alih-alih bertumbuh. Penyaluran kredit sepanjang tahun lalu malah turun 12,7 persen dari Rp32,4 triliun menjadi hanya Rp28,28 triliun. Bersamaan dengan itu, rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) Bank Mega membengkak dari 2,81 persen menjadi 3,44 persen pada akhir tahun lalu.

Beruntung pendapatan bunga bersihnya masih positif 5,6 persen menjadi Rp3,5 triliun. Di sisi lain, Bank Mega mampu mengendalikan beban operasional hanya di kisaran Rp3,8 triliun. "Penurunan beban operasional terutama disebabkan karena reversal mark to market surat berharga, penurunan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) serta penurunan beban provisi dan komisi," jelas Kostaman.

Selain memutuskan membagikan dividen, RUPS juga menetapkan memperpanjang masa jabatan untuk empat komisaris melalui pengangkatan kembali Dewan Komisaris Bank Mega.  Empat orang Dewan Komisaris tersebut, yakni Yungky Setiawan sebagai Komisaris Utama, Achjadi Ranuwisastra sebagai Komisaris Independen, Lambock Victor Nahattands sebagai Komisaris Independen, dan Darmadi Sutanto sebagai Komisaris.

Berdasarkan keputusan RUPS, keempat komisaris tersebut akan berakhir masa jabatannya pada tahun ini, namun kemudian diperpanjang sampai dengan tahun 2022 mendatang. PT Bank Mega Tbk optimis dapat menyeret turun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada kisaran 2,14 persen di tahun ini, meskipun NPL sempat membengkak pada akhir tahun lalu dari semula 2,81 persen di 2015 menjadi 3,44 persen di 2016.

Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, perusahaan telah memetakan beberapa strategi supaya rasio NPL mampu dikendalikan. Salah satunya, pengalihan kredit ke sektor lain hingga memanfaatkan sentimen perbaikan ekonomi di tahun ini.

Untuk pengalihan kredit ke sektor lain, Kostaman menyebutkan, Bank Mega melirik beberapa sektor sebagai diversifikasi, seperti ritel pangan, konsumsi, pariwisata, konstruksi, dan properti. Hal ini dilakukan lantaran sepanjang tahun lalu, kucuran kredit Bank Mega banyak ke sektor komoditas, namun harga komoditas yang tak cukup baik membuat rasio NPL terkerek.

"Diharapkan, sektor komoditas membaik, sehingga tahun ini rasio NPL bisa turun. Tetapi kami tidak bisa mengharapkan (pemberian kredit ke) sektor komoditas saja maka kami juga masuk ke sektor lain," ujar Kostaman di Menara Bank Mega, Jakarta, Jumat (31/3).  Adapun untuk sektor ritel, Bank Mega membidik penyaluran kredit kepada pengusaha ritel pangan yang memasok hasil produksi ke sejumlah merchant yang telah menjadi rekanan Bank Mega, yakni PT Trans Retail Indonesia atau Carrefour.

Tak ketinggalan, Bank Mega juga menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor konsumsi, yakni dengan membidik peningkatan nasabah pengguna kartu kredit. Hal ini dilakukan mengingat sektor konsumsi menyedot sekitar 25 persen dari total penyaluran kredit Bank Mega. Untuk peningkatan sektor konsumsi ini, Kostaman menargetkan, jumlah nasabah kartu kredit dapat meningkat dari semula 8,2 juta di tahun lalu menjadi 8,7 triliun di sepanjang tahun ini.

Lalu, selain melancarkan upaya-upaya di tingkat internal, Bank Mega juga mengharapkan perbaikan rasio NPL dari sentimen perbaikan ekonomi yang pada tahun ini diperkirakan akan membaik dibandingkan tahun lalu. "Banyak pebisnis mengatakan tahun ini akan lebih baik. Kalau membaik, pendapatan naik jadi nasabah bisa membayar kredit," imbuh Kostaman.

Bersamaan dengan target perbaikan rasio NPL, Bank Mega berharap pertumbuhan kredit akan meningkat, yakni Rp28,3 triliun di tahun lalu menjadi Rp33 trilin di tahun ini atau naik 16,6 persen.  Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan menanjak 7,63 persen menjadi Rp55 triliun dari sebelumnya Rp51,1 triliun di tahun lalu. Adapun, peningkatan DPK dibidik dari pertumbuhan giro mencapai Rp6,1 triliun, tabungan mencapai Rp12,7 triliun, dan deposito Rp36,2 triliun di tahun ini.

Kemudian, aset dibidik tumbuh tujuh persen dari Rp70,5 triliun menjadi Rp75,5 triliun. Dengan begitu, laba bersih ditargetkan ikut terkerek 3,44 persen menjadi Rp1,2 triliun di tahun ini dari sebelumnya Rp1,16 triliun

No comments:

Post a Comment