Monday, April 3, 2017

Sri Mulyani: Negara Jangan Terlalu Banyak Ngatur

Intervensi negara di bidang ekonomi tak selalu berdampak baik. Dominasi negara yang terlampau besar justru menghambat kemajuan, bahkan merusak. Tak ada negara yang maju karena pemerintahnya dominan.  Negara bisa maju kalau perusahaan-perusahaan swasta diberi kebebasan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Maka, swasta termasuk usaha kecil dan menengah (UMKM), harus didorong untuk mandiri, jangan bergantung pada bantuan pemerintah.

Demikian diungkapkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam Seminar Ekonomi Makro di kantor PT Astra Internasional Tbk, Jakarta, Senin (2/4/2017). Apakah ini sinyal ketidak setujuan atas aturan tarif bawah dan atas pada industri transportasi seperti taksi dan penerbangan ?

"Pemerintah punya (anggaran belanja) Rp 2.080 triliun enggak akan mungkin bisa menyelesaikan semua problem di Indonesia. Dan enggak ada di negara mana pun, pemerintahnya dominan lalu bisa maju. Negara yang maju karena private-nya (swasta) maju. Makanya negara jangan terlalu banyak ngatur," kata Sri Mulyani. China, Rusia dan Arab Saudi ?

Ia menambahkan, dalam 10 tahun terakhir daya beli masyarakat Indonesia meningkat hingga lebih dari 2 kali lipat. Pendapatan per kapita yang 1 dekade lalu masih di bawah US$ 2.000/tahun kini sudah tumbuh sampai hampir US$ 4.000/tahun. Ini peluang pasar yang besar bagi pengusaha kecil dan menengah.

"Kalau Indonesia tadinya rata-rata income US$ 1.500 jadi hampir US$ 4.000, beli baju dulu dua kali setahun sekarang empat kali, itu jadi marketnya. UMKM harus fight luar biasa, capture market, semua lihat potensi merebut dompet yang sama, itu kompetisi," ucapnya.

Kreativitas adalah senjata UMKM untuk bisa naik kelas. Dengan adanya peningkatan penghasilan, kini masyarakat melakukan berbagai kegiatan dengan cara yang berbeda. Inilah peluang yang harus ditangkap para pelaku UMKM. Jangan mengandalkan bantuan pemerintah untuk maju, tapi buat inovasi untuk mengambil pasar.

"Swasta yang bagus pandai mencium peluang. Ada ide, ada kebutuhan. Sama-sama makan, tapi delivery-nya beda, tempatnya beda. Orang kegiatannya tetap sama, makan, mandi. Tapi dulu habis mandi enggak pakai hairdryer sekarang pakai. Dulu pakai hairdryer sendiri, sekarangg manggil orang. Dulu sepatu punya 2, sekarang pagi siang malm sepatunya lain-lain," tutupnya

No comments:

Post a Comment