Saturday, June 17, 2017

Penjualan Gudang Garam Hanya Mampu Raih Laba Rp 6,89 Triliun

Rapat Umum Pemegang Saham PT Gudang Garam Tbk membagikan deviden tunai tahun buku 2016 sebesar Rp 5 trilliun atau Rp 2.600 per lembar saham. Meski tak mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, manajemen Gudang Garam mengaku bersyukur masih bisa mempertahankan bisnis.

Sekretaris Perusahaan PT Gudang Garam Heru Budiman mengatakan pembagian deviden tersebut merupakan upaya terbaik perusahaan dalam mempertahankan kinerja di tengah lesunya industri rokok tanah air. “Anda bilang stagnan, saya bilang Alhamdulillah masih bisa bertahan,” kata Heru  dalam konferensi pers di Hotel Grand Surya Jalan Doho Kediri, Sabtu 17 Juni 2017.

Heru mengakui jika nilai deviden yang dibagikan tak mengalami kenaikan dibanding tahun buku 2015 kemarin. Namun perseroan telah berusaha semaksimal mungkin mempertahankan bisnis ini dan bisa membagikan keuntungan bagi pemegang saham seperti tahun sebelumnya.  Heru menuturkan jika penjualan demostik produk rokok mereka mengalami penurunan dibanding tahun 2015. Jika jumlah penjualan rokok pada tahun 2015 untuk pasar domestik tercatat 74.6 miliar batang, maka pada tahun 2016 turun menjadi 72.9 miliar batang.

Sementara pada sektor ekspor, perusahaan yang bermarkas di Kediri ini mampu membukukan peningkatan penjualan dari 3 miliar batang di tahun 2015 menjadi 4 miliar batang di tahun 2016. “Menurut data Nielsen (perusahaan analisa data manajemen), industri rokok di tahun 2016 mengalami penurunan kecil,” kata Heru. Ada beberapa faktor, menurut Heru, yang mempengaruhi penurunan pendapatan bisnis rokok sepanjang tahun 2016. Diantaranya adalah penghasilan sekali pakai atau disposable income yang mengalami perbaikan ataupun kenaikan, sehingga perusahaan melakukan skala prioritas dalam penggunaan biaya.

Selain itu situasi perekonomian nasional yang pasang surut seperti kenaikan biaya transportasi serta kenaikan harga kebutuhan pokok yang memicu kenaikan biaya hidup turut memicu penurunan pendapatan perusahaan. “Ini memicu offside disposable income (penghasilan sekali pakai menjadi pasif),” kata Heru.

Namun demikian, dia juga memastikan jika keputusan pemerintah dalam menaikkan tariff dasar listrik tidak akan mempengaruhi beban operasional perusahaan. Sebab menurut Heru, listrik bukan merupakan komponen besar dalam industri rokok. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi terhadap industri ini adalah besaran nilai cukai yang mencapai 60 – 70 persen dalam penentuan harga pokok penjualan.

Laba bersih PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) diperkirakan tumbuh menjadi Rp 6,89 triliun pada tahun ini dibandingkan dengan realisasi laba bersih pada 2016 sebesar Rp 6,67 triliun. Stevanus Juanda, analis dari UOB Kay Hian mengatakan, pihaknya berharap pertumbuhan laba bersih GGRM pada tahun ini tumbuh 3,8 persen. Secara tahunan da tidak mengesampingkan risiko downside.

Pasalnya, dia menjelaskan, daya beli masih lemah sehingga merupakan pertanda tidak baik bagi volume penjualan. Selain itu pajak pertambahan nilai (PPN) juga telah meningkat sebesar 20 persen, sedangkan harga jual sejauh ini meningkat kurang dari 5 persen. “GGRM perlu untuk menghasilkan lebih dari Rp1,67 triliun laba bersih per kuartal agar laba tetap sama [flat] secara tahunan pada 2017,” katanya dalam risetnya pada Selasa, 18 April 2017.

Oleh karena itu, pihaknya menurunkan rekomendasi GGRM menjadi HOLD dengan target harga Rp68.000 dan harga masuk (entry price) Rp61.000. Dia menambahkan, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) harga saham GGRM naik 1,1 persen, tetapi jika ditengok sepanjang 1 terakhir harga saham GGRM turun 0,6 persen.

“Mengingat outlook operasional yang biasa-biasa saja. Kami memperkirakan situasi ‘dead money’ untuk 6 bulan ke depan. Kami akan bullish hanya pada akhir 2017 karena investor mulai mencari ke kinerja 2018,” katanya. PT Gudang Garam Tbk membagikan angpau Lebaran kepada masyarakat sekitar. Tak kurang dari 4.600 orang berebut mendapat uang saku Rp 20 ribu per kepala yang biasa disebut sebagai salam tempel. Bagi-bagi angpau ke masyarakat menjelang Idul Fitri merupakan tradisi pabrik rokok terbesar di Indonesia itu.

Perusahaan tidak membatasi jumlah maupun asal penerima, sehingga membuat ribuan orang dari Kota Kediri dan sekitarnya berduyun-duyun datang sejak pukul 04.30 WIB. Padahal pembagian angpau baru dimulai pukul 06.00 WIB. “Tiap orang mendapat jatah Rp 20 ribu,” kata Wakil Kepala Bagian Hubungan Masyarakat PT Gudang Garam Iwhan Tri Cahyono, Jumat, 1 Juli 2016.

Masyarakat yang antre sejak pagi langsung berbaris. Untuk menghindari desak-desakan, aparat keamanan membagi dalam dua kelompok antrean, yakni lajur perempuan dan laki-laki. Seluruh pengantre mendapat jatah uang yang sama tanpa membedakan jenis kelamin dan usia. Karena tak dibatasi, sebagian besar yang datang juga mengajak anggota keluarganya.

Iwhan menuturkan perusahaan tak pernah memberikan pengumuman resmi, baik secara langsung maupun melalui media massa soal pembagian salam tempel ini. Namun masyarakat sudah terbiasa mencari tahu informasi itu dari buruh Gudang Garam. Sebab, bagi-bagi angpau itu dilakukan bertepatan dengan hari libur buruh.

Namun, jumlah pengantre tahun ini menyusut jika dibanding tahun lalu. Bila tahun lalu jumlahnya sekitar 10 ribu orang, tahun ini tak lebih dari 4.600. “Mungkin informasinya tak banyak menyebar,” kata Iwhan. Iwahan berujar Gudang Garam membagikan angpau sesuai jumlah pengantre. Sebab, ujarnya, bagi-bagi angpau itu merupakan bagian dari program corporate social responsibility kepada masyarakat sekitar pabrik.

Untuk mengamankan pembagian sedekah ini, Gudang Garam dibantu seribu polisi, seratus satpam, unit pemadam kebakaran, dan tenaga medis. Rudianto, salah satu penerima angpau, mengaku rutin mencari sedekah ini sejak lima tahun lalu.  Dia mengajak teman dan kerabatnya untuk mendapat uang seharga sebungkus rokok itu. “Kalau bisa nilainya ditambah,” kata pemuda yang bekerja sebagai pengamen ini.

No comments:

Post a Comment