Tuesday, January 14, 2025

Pasar Unilever Indonesia Anjlok 4 Persen Akibat Boikot atau Turun 38,5 Persen Sejak Pandemi

 Pangsa pasar perusahaan multinasional, Unilever, di Indonesia makin anjlok imbas aksi boikot. Porsinya yang hilang digantikan oleh produk lokal yang makin beragam.

Mengutip Reuters, Selasa (14/1), per Oktober 2024, Unilever mengungkapkan pangsa pasarnya di Indonesia anjlok menjadi 34,9 persen pada kuartal ketiga dari 38,5 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Padahal, penjualan di Indonesia cukup besar. Sepanjang 2023, Unilever bahkan meraup penghasilan US$2,39 miliar atau setara Rp38,71 triliun (asumsi kurs Rp16.200 per dolar AS), berkontribusi 3,8 persen terhadap penjualan grup.

Meski memiliki merk-merek besar seperti deodoran Axe, es krim Cornetto, dan bumbu penyedap Royco, Unilever tetap tidak mampu mempertahankan kejayaannya. Terlebih, produk lokal yang mengisi kekosongannya dijual lebih murah.

Menurut firma riset Kantar, merek Royco, Lifebuoy, dan Sunlight milik Unilever termasuk dalam 10 merek konsumen teratas di Indonesia pada 2020. Selama pandemi covid-19, laporan laba menunjukkan Unilever menaikkan harga secara tajam untuk mengimbangi kenaikan biaya.

Pada 2023, hanya Royco yang bertahan di 10 besar dengan produsen deterjen lokal SoKlin, Wings Group, dan produsen biskuit Roma, Mayora Indah.

Unilever juga menghadapi persaingan dari perusahaan kecantikan halal lokal, Wardah milik Paragon, Aice, yang membuat es krim, dan pemain internasional baru seperti Skintific dari China.

Unilever juga menghadapi tantangan di platform penjualan online, sebotol sabun cair ukuran 400 mili liter yang dibuat oleh merek Nuvo milik Wings Group dijual dengan harga sekitar 20 persen lebih murah daripada sabun cair Lifebuoy milik Unilever dengan ukuran yang sama.

Kemudian, sebotol deterjen cair SoKlin milik Wings ukuran 700 ml dijual dengan harga sekitar 7 persen lebih murah daripada deterjen Rinso milik Unilever.

Pada Oktober lalu, Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap menyatakan perusahaan tengah berupaya mengubah strategi penjualan, termasuk mereview harga saat ini.

"Dapat dilihat bahwa kami tengah menghadapi situasi yang penuh tantangan, tetapi kami memahami dengan jelas langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya sambil terus beradaptasi dengan lanskap pasar yang berkembang pesat," ujarnya.

Menurutnya, penurunan penjualan merata di semua jenis produk mereka. Diakui, serangan Israel ke Gaza sehingga memicu aksi boikot salah satu penyebabnya.

"Penurunan pangsa pasar terjadi di hampir semua kategori karena beberapa hal, salah satunya adalah sentimen konsumen yang negatif," ujar Yap.


No comments:

Post a Comment