Survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) memperkirakan penjualan ritel pada Januari 2018 tumbuh melambat dibanding bulan sebelumnya. Perlambatan diindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) periode januari 2018 yang tercatat 210,1 atau turun 4,3 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dibanding penjualan di bulan sebelumnya yang tumbuh 6,2 persen (mtm). Hal ini, terutama sejalan dengan berakhir periode liburan natal dan tahun baru.
"Penuran penjualan secara bulanan terutama terjadi pada penjualan kelompok perlatan informasi dan komunikasi, sandang, serta makanan, minuman, dan tembakau," tulis Bank Indonesia dalam survei tersebut, dikutip Rabu (7/2).
Kendati melambat secara bulanan, penjualan ritel pada Januari 2018 secara tahunan mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,4 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dibanding bulan seelumnya sebesar 0,7 persen (yoy). Namun, pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. "Pertumbuuhan penjualan ritel di bulan Januari 2018 terutama didorong oleh penjualan sub kelompok komoditas sandang yang tercatat tumbuh 2 persen (yoy), lebih tinggi dari 1,7 persen (yoy) pada Desember 2017," terang dia.
Pada Desember tahun lalu, pertumbuhan ritel didorong oleh sebagian besar kelompok komoditas, dengan pertumbuhan tertinggi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Dalam survei tersebut, BI juga memperkirakan tekanan kenaikan harga bakal terjadi pada Maret 2018. Indikasi tersebut, terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan yang akan datang sebesar 158,2 lebih tinggi.
Bank Indonesia memperkirakan, penjualan eceran atau ritel pada bulan depan (Februari) akan mengalami penurunan sesuai pola musimannya. Tekanan kenaikan harga juga diperkirakan akan menurun dibanding bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari hasil survei penjualan eceran BI. Survei tersebut menyebut, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) pada Februari 2018 sebesar 134,6 atau lebih rendah dibanding bulan ini sebesar 149,1. Sementara itu, penjualan ritel pada Mei diperkirakan akan meningkat, yang terindikasi dari peningkatan IEP menjadi 151.
"Tekanan kenaikan harga pada Februari 2018 diperkirakan turun dibandingkan bulan sebelumnya," ujar BI dalam survei yang dikutip, Rabu (10/1). Menurut survei tersebut, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) pada Februari sebesar 154,9 atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 151. Menurunnya ekspektasi harga tersebut, akibat responden yang sebelumnya memperkirakan adanya kenaikan harga LPG, BBM, dan tarif listrik pada Januari 2018.
Tekanan kenaikan harga pun diperkirakan meningkat pada Mei 2018, seiring meningkatnya IEH menjadi 173,2 karena memasuki periode Ramadan.
Survei tersebut juga menjelaskan, penjualan ritel pada Desember 2017 diperkirakan meningkat dibanding bulan sebelumnya. Kendati demikian, penjualan ritel tersebut masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun sumber pertumbuhan penjualan ritel pada Desember 2017 berasal dari penjualan makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh 7,6 persen (yoy), disertai ritel. Penurunan penjualan kelompok nonmakanan juga mulai membaik dari turun 5 persen pada November menjadi turun 4,4 persen pada Desmber 2017
No comments:
Post a Comment