Saturday, January 5, 2013

Petani Yogyakarta Dapat Penggantian Rp. 250 Milyar Karena Itik Mati Akibat Flu Burung


Sebanyak 4.700 ekor itik yang ada di DIY tetcatat mati selama kurun waktu bulan Desember 2012 lalu. Kematian unggas dengan cara mendadak tersebut, diyakini sejumlah ahli sebagai dampak dari serangan wabah flu burung.
Kepala Seksi Informasi Veteriner Balai Besar Veteriner Yogyakarta, drh Putut Djoko Purnomo menjelaskan, virus tersebut setidaknya telah menyerang peternakan-peternakan di tiga kabupaten. Meliputi Kabupaten Sleman yakni berada di Kecamatan Minggir, Kabupaten Bantul meliputi Kecamatan Jetis, Pleret, Sanden, Sewon dan Srandakan. Serta terakhir menyerang peternakan di Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.
Terkait hal itu, Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan menegaskan upaya pencegahan yang paling utama yakni dengan cara pemusnahan itik–itik yang mati sebagai langkah mengisolasi penyebaran virus sehingga tidak semakin meluas. Untuk meminimalisir dampak kerugian yang diderita para petani, pihaknya sudah mengajukan skema ganti rugi untuk itik yang mati.
"Sudah kami bicarakan dengan Kementerian Keuangan, nantinya ada penggantian dari dana kontijensi. Tapi untuk besarannya belum tahu, totalnya sekitar Rp 250 miliar," jelasnya ketika ditemuiTribun Jogja (Tribunnews Network) di Dusun Gondang, Umbulharjo, Cangkringan, Sabtu (5/1/2012).
Selain itu, upaya lainnya yakni dengan cara mengembangkan vaksin baru yang mampu menangkal serangan virus flu burung yang termasuk jenis baru ini. Sebagaimana diketahui, flu burung yang kini menyerang termasuk ke dalam jenis baru.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM Prof drh Widya Asmara SU PhD, menjelaskan, virus flu burung yang telah menyerang Indonesia sebelumnya, diidentifikasi sebagai virus A1 sub-tipe H5N1 clade 2.1. Sedangkan yang kini menyerang yakni virus A1 sub-tipe H5N1 clade 2.3.2.1.
"Tapi ini bukan mutasi dari virus sebelumnya," jelasnya.
Terkait hal itu, Rusman menegaskan pemerintah sendiri kini sudah menemukan vaksi yang mampu menangkal serangan virus baru ini. Prototype vaksin tersebut sudah dikembangkan di pusat veteriner dan siap diproduksi secara massal.
"Sekarang butuh jutaan vaksin, sehingga kami juga akan menggandeng pihak swasta untuk memproduksinya," jelasnya.

No comments:

Post a Comment