Saturday, January 5, 2013

Tahun 2013, Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Diprediksi Capai 9 Persen


Pelaku bisnis, bankir, pengusaha, dan seluruh pihak terkait menatap ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun 2013 mendatang dengan penuh optimisme.
Tren positif pertumbuhan ekonomi, industri, dan investasi di daerah ini diproyeksikan terus berlanjut pada tahun depan. Bahkan, diprediksikan jauh melampaui capaian tahun 2012 ini.
Krisis Eropa maupun Amerika Serikat (AS) yang sempat menghantui ekonomi global terbukti tak banyak mempengaruhi kondisi di daerah ini.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan perekonomian Sulsel tumbuh pada kisaran 7,8- 8,4 persen seiring perkembangan ekonomi Sulsel beberapa tahun terakhir yang didukung peningkatan investasi dan konsumsi masyarakat.
Pengamat ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) Muhammad Syarkawi Rauf menilai pertumbuhan ekonomi daerah ini bisa menembus angka 8-9 persen pada tahun depan asal pemerintah membenahi regulasi serta serta dukungan infrastruktur memadai.
Untuk laju inflasi pada tahun 2013 diperkirakan masih berada pada kisaran target inflasi nasional 4,5 persen plus satu persen.
Tekanan inflasi diperkirakan dari sisi volatile food maupun administered sehubungan kebijakan penyesuaian harga pemerintah pada tahun 2013.
Potensi tersebut seperti penyesuaian tarif dasar listrik (TDL), kenaikan UMP Sulsel sebesar 20 persen, kenaikan Elpiji 12 kilogram, serta kemungkinan kenaikan harga BBM bersubsidi.
Sektor perbankan di Sulsel diyakini tetap tumbuh positif pada 2013. Hal ini sejalan dengan kondisi ekonomi Sulsel yang menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun serta pendapatan per kapita masyarakat yang terus naik.
Pada tahun 2012 ini, kinerja perbankan Sulsel cukup cemerlang. Aset bank umum di Sulsel per Oktober 2012 tumbuh sebesar 23,4 persen menjadi Rp 75,7 triliun dari posisi tahun lalu di periode yang sama (yoy) senilai Rp 61,4 triliun.
Dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 51,3 triliun atau tumbuh sebesar 23,5 persen (yoy). Sementara penyaluran kredit tumbuh dari Rp 54,5 triliun menjadi Rp 66,7 triliun.
Dari total kredit tersebut, penyaluran kredit produktif yang terdiri atas investasi dan modal kerja mencapai Rp 56,9 persen dari total kredit. Sisanya kredit konsumsi sebesar 43 persen atau Rp 28,7 triliun.
Sejalan dengan perkembangan bank konvensional, perbankan syariah dan badan perkreditan rakyat (BPR) serta BPR Syariah (BPRS) juga memperlihatkan pertumbuhan signifikan dari tahun ke tahun.
Investasi
Melongok peluang investasi pun terbuka lebar. Dukungan regulasi, ketersediaan infrastruktur, pasokan energi listrik, serta kondisi keamanan, bisa menjadi garansi investasi terus berdatangan di daerah ini.
Sesuai data yang dilansir Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel sekitar Rp 6,9 triliun investasi bakal menyerbu daerah ini. Investasi tersebut pada berbagai sektor mulai transportasi, energi, perhotelan, maupun manufaktur.
Untuk sektor energi, PT Bosowa Energy akan mengembangkan Pembangkit Listrik (PLTU) Jeneponto Line 2 dengan nilai investasi Rp 3 triliun setelah peresmian PLTU Line 1 berkapasitas 2x125 MW oleh Menteri ESDM Jero Wacik belum lama ini.
Selain Bosowa, PT Semen Tonasa juga berencana mengembangkan power plant dengan nilai investasi Rp 650 miliar.
Pembangunan pembangkit baru ini tentu saja mendukung ketahanan listrik Sulsel yang berujung pada jaminan ketersediaan suplai listrik bagi industri dan sektor usaha.
Sesuai data BKPMD Sulsel, realisasi investasi di Sulsel dalam tiga tahun terakhir ini berkembang. Sejak Januari 2010-September 2012 realisasi investasi mencapai Rp 18 triliun dari target tiga tahunan Rp 24 triliun. Nilai itu dari realisasi 158 proyek.
Tahun 2010 lalu, realisasi investasi sebesar Rp 7,3 triliun dari pembangunan 56 proyek, dan menurun Rp 4,8 triliun dari 57 realisasi proyek pada tahun 2011. Jumlah itu kembali meningkat hingga September 2012 mencapai Rp 6,1 triliun dengan 45 proyek atau melampaui Rp 1 triliun dari target Rp 5,9 triliun.
Dari jumlah itu realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 200 juta dolar AS, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 3 triliun.
Geliat industri perhotelan di daerah ini juga melaju kencang. Dukungan Makassar sebagai salah satu tujuan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) membuat hotel berbintang pada tahun depan menjamur.
Sekitar 15 hotel berbintang baru akan terbangun maupun beroperasi  di Kota Makassar sepanjang tahun 2013 mendatang. Nilai investasi pembangunan hotel itu berkisar Rp 300 juta per kamar atau mencapai Rp 750 miliar.
Beroperasinya hotel baru tersebut akan menambah hingga 2.722 kamar atau meningkat 35 persen dari jumlah saat ini sekitar 10.137 kamar dari 391 hotel yang beroperasi.
Bukan hanya nilai investasi dan penambahan kamar, menjamurnya hotel baru itupun membuka hingga 5.000 lapangan kerja baru. Meski begitu, membanjirnya hotel baru membuat tingkat persaingan menjadi tinggi. Perang tarif dan tentu saja layanan bakal terjadi.
Senada dengan hotel, pasar sektor otomotif juga tetap bersinar pada tahun depan meski regulasi mengenai pembatasan uang muka (DP) cicilan kendaraan membuat diler motor maupun mobil sempat mengoreksi capaian dan target penjualannya pada tahun 2012.
Daya beli masyarakat diprediksi terus meningkat seiring bertambahnya pendapatan serta dukungan kondisi perekonomian yang terus menunjukkan tren membaik.
Apalagi, pasar otomotif pada tahun 2013 akan diramaikan dengan mobil murah yang ramah lingkungan dengan rentang harga sekitar Rp 80 juta-Rp 120 juta.
Mengenai tren, diler di daerah ini memprediksikan kendaraan jenis city car dan mobil keluarga atau multi purpose vehicle (MPV) bakal tetap menjadi sasaran empuk konsumen

No comments:

Post a Comment