Monday, May 8, 2017

Minimnya Kenaikan Gaji Sebabkan Ekonomi Hanya Tumbuh 5,01 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, rata-rata upah buruh/karyawan/pegawai dalam waktu satu bulan per Februari 2017 sebesar Rp 2,70 juta. Hal tersebut diungkapkan Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (5/5/2017). "Rata-rata upah buruh sebulan pada Februari 2017 sebesar Rp 2,70 juta," kata Kecuk.

Untuk rata-rata upah buruh tertinggi berada pada sektor listrik, gas dan air yang per bulannya sebesar Rp 4,43 juta. Sedangkan yang paling rendah didapatkan buruh sektor pertanian dengan besaran Rp 1,75 juta.

"Lalu rata-rata upah tertinggi itu di sektor listrik, gas dan air, dan paling rendah dis ektor pertanian dengan Rp 1,75 juta," jelas Kecuk. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, lanjut Kecuk, hampir di seluruh sektor jenis kelamin laki-laki masih mendapatkan upah yang paling besar dibandingkan dengan perempuan.

Dia mencontohkan, seperti pada sektor pertanian. Upah yang diterima laki-laki sebesar Rp 1,93 juta per bulan, upah yang diterima perempuan setiap bulannya sebesar Rp 1,14 juta "Secara rata-rata upah buruh laki-laki lebih tinggi dibandingkan rata-rata upah buruh perempuan yaitu Rp 2,95 juta per bulan, dan perempuan Rp 2,27 juta," tutupnya.

Ekonomi tumbuh cukup tinggi selama kuartal I-2017 (Januari-Maret), yaitu sebesar 5,01%. Konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama, akan tetapi bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, ada perlambatan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa konsumsi rumah tangga kuartal I-2016 adalah 4,97%. Sementara sekarang hanya 4,93%. Ini menandakan bahwa orang Indonesia makin irit belanja.

Penyebab utama ternyata berasal dari gaji yang naik tidak sebesar periode sebelumnya. Tergambar dari periode 2016 ada kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 12,43%, sementara untuk periode sekarang hanya 9,15%. "Pendapatan, kita juga kena di situ, memang kuartal I kita tak terlalu banyak perubahan, karena UMP nggak begitu banyak naik," ungkap Deputi Bidang Neraca Analisis Statistik, Sri Soelistyowati di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Masih terkait gaji, hal lain yang cukup signifikan membuat konsumsi rumah tangga melambat adalah tidak adanya kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) akibat perubahan skema oleh pemerintah. Andilnya untuk sekarang tidak mencapai level 1%. "PNS itu kan nggak ada kenaikan gaji, sementara tahun lalu ada, lebih dari 5%," ujarnya.

Kemudian juga ada penurunan upah riil buruh tani. Adanya panen raya membuat harga gabah turun, upah riil buruh tani akhirnya terkontraksi 0,53%, nilai tukar petani juga sama terkontraksi 1,60%. "Jadi efeknya cukup besar untuk konsumsi," tandasnya.

No comments:

Post a Comment