Mahkamah Agung (MA) menolak peninjauan kembali (PK) Pamin Halim yang menggugat hak ekslusif merek 'KOPITIAM'. Alhasil, merek 'KOPITIAM' hanya boleh dipakai oleh Abdul Alex Soelystio.
"Menolak permohonan PK pemohon," putus majelis PK seperti dilansir website MA, Senin (15/7/2013).
Putusan ini diadili oleh 5 hakim agung yaitu Prof Dr Vallerina JL Kriekhoff Syamsul sebagai ketua majelis dan Syamsul Ma'arif PhD, I Made Tara dan Mahdi Soroinda Nasution dengan Dr Nurul Elmiyah selaku hakim anggota. Vallerina dan Nurul hingga saat ini juga masih mengajar di Universitas Indonesia (UI) dan Syamsul masih aktif sebagai pengajar di Universitas Brawijaya Malang.
Dalam putusan yang diketok pada 20 Maret 2013, majelis PK terbelah. Ketiganya tidak satu suara soal hak merek KOPITIAM yang dimiliki oleh Alex. Syamsul menilai Kopitiam tidak bisa diberikan hak ekslusif.
"Kata 'KOPITIAM' adalah kata yang secara umum digunakan oleh masyarakat Melayu untuk sebuah kedai yang menjual kopi sehingga semua kedai kopi pada dasarnya berhak menggunakan kata tersebut untuk melengkapi merek dagangnya," kata Syamsul dalam pertimbangannya di halaman 64.
Sehingga, masih dalam pertimbangan Syamsul, dalam perkara a quo unsur dominan dalam nenentukan ada tidaknya persamaan pada pokoknya merek Kok Tong Kopitiam milik Pemohon PK, bukan pada kata KOPITIAM, tetapi pada kata Kok Tong.
"Sehingga merek milik Pemohon PK tidak memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek KOPITIAM milik Termohon PK," tegas mantan Ketua KPPU ini.
"Terjadi kekeliruan yang nyata dalam putusan judex juris," sambung Syamsul.
Tidak hanya Syamsul, Nurul pun punya pandangan senada. Yaitu KOPITIAM merupakan gabungan kata 'KOPI' dalam bahasa Melayu dan POJ. Adapun Tiam dari dari bahasa Hokkian yang berarti kedai. Hal ini membuktikan kata KOPITIAM sebuah kata yang bersifat generik/sudah umum digunakan.
"Oleh karena bersifat generik, maka hal itu tidak dapat diatur berdasarkan UU Merek," tegas Nurul.
Dengan adanya perbedaan itu, MA telah berusaha sungguh-sungguh bermusyawarah, tetapi tanpa hasil sehingga diambil suara terbanyak.
"Menghukum pemohon kasasi membayar biaya perkara Rp 10 juta," tulis amar PK.
Pamin adalah pemilik Kok Tong Kopitiam. Dia menggugat hak merek KOPITIAM yang dimiliki Abdul Alex Soelystio. Alex selalu menang baik di Pengadilan Niaga Medan dan kasasi pada 21 Juni 2011.
Pasca kemenangan itu, Alex membuat pengumuman hak ekslusif tersebut di berbagai media massa. Banyak pelaku bisnis KOPITIAM terusik melawan. Perhimpunan Pengusaha Kopi Tiam Indonesia (PPKTI) menggugat ke PN Jakarat Pusat tetapi kandas.
Saturday, July 27, 2013
Wednesday, July 17, 2013
Usaha Patungan Ustad Yusuf Mansur Ditutup Atas Perintah Menteri BUMN Dahlan Iskan
Usaha patungan dana milik ustad kondang Yusuf Mansur kini ditutup sementara. Dalam situsonline miliknya, Yusuf menjelaskan bahwa penutupan itu salah satunya atas saran Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.
"Atas saran kawan-kawan ahli keuangan, administrasi, dan manajemen, terkait dengan legalitas usaha, dan juga saran Bapak Menteri BUMN, Bapak Dahlan Iskan, maka sementara pendaftaran keanggotaan dihentikan dulu," tulis Yusuf Mansur dalam halaman pembuka situsnya.
Dalam penjelasannya di situs itu, Yusuf juga menegaskan bahwa dana untuk proyek pembangunan hotel di dekat Bandara Soekarno-Hatta masih jauh dari mencukupi. "Akan dilanjutkan dengan skema perbankan biasa," kata dia. Yusuf mengaku sedang menyempurnakan konsep bisnisnya agar tidak melanggar hukum (legal). "Dengan konsep baru yang ditawarkan kawan-kawan dan Pak Menteri, saya yakin jangkauannya akan lebih luas, lebih menarik, dan legal," katanya.
Bisnis investasi Yusuf Mansur menjadi pembicaraan belakangan ini karena diduga melanggar aturan investasi di Indonesia. Sejak beberapa hari terakhir, usaha ini sudah ditutup. Usaha investasi yang digagas dai terkenal Ustad Yusuf Mansur, yakni Patungan Usaha dan Patungan Aset ditutup sementara. "Untuk sementara tidak menerima investor baru," ujar Fatimah, customer servicePatungan Usaha dan Patungan Aset di kantornya di Kompleks Bisnis CBD, Ciledug, Kota Tangerang, Selasa, 16 Juli 2013.
Penutupan pendaftaran bagi investor baru ini, ujar Fatimah, dilakukan sejak dua pekan lalu. Namun, ia enggan memerinci alasan penutupan itu. "Kurang tahu kenapa ditutup tapi itu instruksi Pak Yusuf langsung," ujarnya. (Baca: Yusuf Masnyur Bantah Investasi Miliaran di Mekah)
Kantor usaha investasi yang didirikan Yusuf ini menempati rumah toko nomor 21 di blok A5, kompleks CBD. Tidak terlihat papan nama di depan bangunan bertingkat tiga itu. Namun begitu memasuki ruko, pengunjung disambut meja tamu layaknya di perkantoran. Tulisan "Patungan Usaha dan Patungan Aset" terpampang di atas meja tersebut. Saat didatangi, kantor yang seluruh jendelanya dipasangi teralis besi itu sepi. Hanya ada dua orang pegawai yang terlihat beraktivitas.
Patungan Usaha dan Patungan Aset merupakan gagasan Yusuf untuk menghimpun dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan sang ustad untuk membangun hotel apartemen Haji dan Umroh di Mekah, Arab Saudi. Selain itu, dana para investor juga digunakan untuk membeli sejumlah aset seperti tanah dan bangunan. Salah satu aset yang diklaim didapatkan dari dana para investor yaitu sebuah hotel di dekat Bandara Soekarno-Hatta.
Usaha investasi yang dijalankan Ustad YM--panggilan populer Yusuf Mansur--ini sempat disoroti Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dikabarkan sejumlah usaha investasi, termasuk Patungan Usaha dan Aset, yang dijalankan Yusuf dilaporkan ke OJK. Musababnya tidak ada kejelasan penggunaan dana oleh usaha investasi tersebut. Menurut Fatimah, hingga saat ini ada sekitar 2000-an investor yang terdaftar dalam usaha investasi ini.
Selain kantor Patungan Usaha dan Patungan Aset, di kompleks tersebut terdapat kantor Yayasan Daarul Quran, usaha lain Yusuf yang bergerak di bidang pendidikan, Daqu Printing yang melayani jasa percetakan digital, dan sebuah toko busana muslim bernama PPAShop. Kantor dan toko yang dikelola Yusuf tersebut menempati lima unit ruko di kompleks yang terletak tepat di belakang pusat perbelanjaan CBD Ciledug.
Meski hampir semua usahanya terletak di kompleks yang sama, tapi Yusuf jarang berkunjung. "Ustad jarang ke sini, terakhir bulan lalu," ujar seorang petugas keamanan Yayasan Daarul Qur'an. Sementara itu, Yusuf belum bisa dimintai konfirmasi terkait usaha investasinya.
Ustad Yusuf Mansur membantah kabar yang menyatakan bahwa dia mengelola dana investasi hingga Rp 500 miliar untuk membeli hotel di Mekah, Arab Saudi. "Wuah, kata siapa tuh? Ada-ada aje. Saya enggak paham beritanya. Mudah-mudahan beneran ya, hehe, amin," kata Yusuf kepada Tempo, Selasa, 16 Juli 2013.
Menurut Yusuf, berita yang tidak benar itu dia tanggapi dengan positif. Alasannya, ustad kondang ini tidak merasa mengelola investasi miliaran tersebut. "Tetap positif saja, siapa tahu benar-benar jadi konglomerat muslim yang banyak manfaatnya," kata dia diikuti dengan gelak tawa. Sebelumnya, Yusuf Mansur juga pernah dikabarkan ditangkap Bea dan Cukai di Batam lantaran membawa uang 1,5 juta ringgit Malaysia atau sekitar Rp 4,8 miliar.
Yusuf menjelaskan, aktifitasnya hanya sebagai ustad yang bertugas sebagai pengajar. "Termasuk ngajar bisnis, ngajar usaha. Itu saja, enggak ada yang istimewa. Selebihnya, mudah-mudahan semua berita (itu) jadi doa dan kebaikan," ujarnya. "Semua relatif sudah saya tulis di web patunganusaha.com dan di www.yusufmansur.com, judulnya; 4 bungkus, 200 miliar, dan minyak dan gas. Tapi hati-hati dan pelan-pelan bacanya." kata Yusuf.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendapatkan informasi tentang adanya penawaran investasi yang dipimpin oleh seorang ustad muda di sebuah majelis taklim (Baca: OJK Terima Laporan 40 Perusahaan Investasi Bodong). Kemudian, Yusuf Mansur dikabarkan mengelola dana investasi hingga Rp 500 miliar dan menjanjikan bagi hasil sekitar 8 persen per bulan. Konon, dana itu akan digunakan untuk berbagai usaha, salah satunya membeli hotel di Mekah yang bisa digunakan oleh jamaah umroh maupun haji dari Indonesia.
Pengamat pasar modal, Yanuar Rizki, menyatakan bisnis investasi yang dilakukan oleh Ustad Yusuf Mansur ilegal. Sebab, setiap usaha yang melakukan penghimpunan dana masyarakat seharusnya hanya bisa dilakukan oleh lembaga berizin. "Cita-cita dia menjalankan itu enggak ada yang salah, tapi dalam pasar keuangan negara mana pun, kalau sudah melakukan penarikan dana masyarakat hanya bisa dilakukan lembaga berizin," ujarnya saat dihubungi, Rabu, 17 Juli 2013.
Menurut Yanuar, otoritas terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan harus segera menutup bisnis investasi tersebut. Soalnya, apabila terjadi permasalahan dalam investasi, maka dana nasabah tidak dijamin oleh siapa pun."Tidak boleh dibiarkan karena berbahaya, harus segera ditutup," katanya.
Menurut Yanuar, upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh otoritas terkait agar masyarakat tidak tertipu adalah dengan bertindak proaktif untuk mencari tahu perusahaan investasi atau pun produk investasi yang sudah mendapatkan izin. OJK dan Bapepti juga semestinya memberitahukan kepada masyarakat luas perusahaan investasi yang sudah memiliki ijin atau belum. "Penegakan hukum harus diterapkan, kalau tidak punya ijin dari OJK dan Bapepti ini harus dikatakan ke masyarakat itu bodong," kata Yanuar.
Ustad kondang, Yusuf Mansur, kini sedang ramai dibicarakan terkait usaha investasinya yang ditutup. Penutupan ini dia lakukan atas saran Menteri BUMN Dahlan Iskan seraya menunggu rampungnya proses legalisasi usahanya di instansi pemerintah terkait.
Saat didatangi, kantor yang seluruh jendelanya dipasangi teralis besi itu sepi. Hanya ada dua orang pegawai yang terlihat beraktivitas. Patungan Usaha dan Patungan Aset merupakan gagasan Yusuf untuk menghimpun dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan sang ustad untuk membangun hotel apartemen Haji dan Umroh di Mekah, Arab Saudi. Selain itu, dana para investor juga digunakan untuk membeli sejumlah aset seperti tanah dan bangunan. Salah satu aset yang diklaim didapatkan dari dana para investor yaitu sebuah hotel di dekat Bandara Soekarno-Hatta.
"Atas saran kawan-kawan ahli keuangan, administrasi, dan manajemen, terkait dengan legalitas usaha, dan juga saran Bapak Menteri BUMN, Bapak Dahlan Iskan, maka sementara pendaftaran keanggotaan dihentikan dulu," tulis Yusuf Mansur dalam halaman pembuka situsnya.
Dalam penjelasannya di situs itu, Yusuf juga menegaskan bahwa dana untuk proyek pembangunan hotel di dekat Bandara Soekarno-Hatta masih jauh dari mencukupi. "Akan dilanjutkan dengan skema perbankan biasa," kata dia. Yusuf mengaku sedang menyempurnakan konsep bisnisnya agar tidak melanggar hukum (legal). "Dengan konsep baru yang ditawarkan kawan-kawan dan Pak Menteri, saya yakin jangkauannya akan lebih luas, lebih menarik, dan legal," katanya.
Bisnis investasi Yusuf Mansur menjadi pembicaraan belakangan ini karena diduga melanggar aturan investasi di Indonesia. Sejak beberapa hari terakhir, usaha ini sudah ditutup. Usaha investasi yang digagas dai terkenal Ustad Yusuf Mansur, yakni Patungan Usaha dan Patungan Aset ditutup sementara. "Untuk sementara tidak menerima investor baru," ujar Fatimah, customer servicePatungan Usaha dan Patungan Aset di kantornya di Kompleks Bisnis CBD, Ciledug, Kota Tangerang, Selasa, 16 Juli 2013.
Penutupan pendaftaran bagi investor baru ini, ujar Fatimah, dilakukan sejak dua pekan lalu. Namun, ia enggan memerinci alasan penutupan itu. "Kurang tahu kenapa ditutup tapi itu instruksi Pak Yusuf langsung," ujarnya. (Baca: Yusuf Masnyur Bantah Investasi Miliaran di Mekah)
Kantor usaha investasi yang didirikan Yusuf ini menempati rumah toko nomor 21 di blok A5, kompleks CBD. Tidak terlihat papan nama di depan bangunan bertingkat tiga itu. Namun begitu memasuki ruko, pengunjung disambut meja tamu layaknya di perkantoran. Tulisan "Patungan Usaha dan Patungan Aset" terpampang di atas meja tersebut. Saat didatangi, kantor yang seluruh jendelanya dipasangi teralis besi itu sepi. Hanya ada dua orang pegawai yang terlihat beraktivitas.
Patungan Usaha dan Patungan Aset merupakan gagasan Yusuf untuk menghimpun dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan sang ustad untuk membangun hotel apartemen Haji dan Umroh di Mekah, Arab Saudi. Selain itu, dana para investor juga digunakan untuk membeli sejumlah aset seperti tanah dan bangunan. Salah satu aset yang diklaim didapatkan dari dana para investor yaitu sebuah hotel di dekat Bandara Soekarno-Hatta.
Usaha investasi yang dijalankan Ustad YM--panggilan populer Yusuf Mansur--ini sempat disoroti Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dikabarkan sejumlah usaha investasi, termasuk Patungan Usaha dan Aset, yang dijalankan Yusuf dilaporkan ke OJK. Musababnya tidak ada kejelasan penggunaan dana oleh usaha investasi tersebut. Menurut Fatimah, hingga saat ini ada sekitar 2000-an investor yang terdaftar dalam usaha investasi ini.
Selain kantor Patungan Usaha dan Patungan Aset, di kompleks tersebut terdapat kantor Yayasan Daarul Quran, usaha lain Yusuf yang bergerak di bidang pendidikan, Daqu Printing yang melayani jasa percetakan digital, dan sebuah toko busana muslim bernama PPAShop. Kantor dan toko yang dikelola Yusuf tersebut menempati lima unit ruko di kompleks yang terletak tepat di belakang pusat perbelanjaan CBD Ciledug.
Meski hampir semua usahanya terletak di kompleks yang sama, tapi Yusuf jarang berkunjung. "Ustad jarang ke sini, terakhir bulan lalu," ujar seorang petugas keamanan Yayasan Daarul Qur'an. Sementara itu, Yusuf belum bisa dimintai konfirmasi terkait usaha investasinya.
Ustad Yusuf Mansur membantah kabar yang menyatakan bahwa dia mengelola dana investasi hingga Rp 500 miliar untuk membeli hotel di Mekah, Arab Saudi. "Wuah, kata siapa tuh? Ada-ada aje. Saya enggak paham beritanya. Mudah-mudahan beneran ya, hehe, amin," kata Yusuf kepada Tempo, Selasa, 16 Juli 2013.
Menurut Yusuf, berita yang tidak benar itu dia tanggapi dengan positif. Alasannya, ustad kondang ini tidak merasa mengelola investasi miliaran tersebut. "Tetap positif saja, siapa tahu benar-benar jadi konglomerat muslim yang banyak manfaatnya," kata dia diikuti dengan gelak tawa. Sebelumnya, Yusuf Mansur juga pernah dikabarkan ditangkap Bea dan Cukai di Batam lantaran membawa uang 1,5 juta ringgit Malaysia atau sekitar Rp 4,8 miliar.
Yusuf menjelaskan, aktifitasnya hanya sebagai ustad yang bertugas sebagai pengajar. "Termasuk ngajar bisnis, ngajar usaha. Itu saja, enggak ada yang istimewa. Selebihnya, mudah-mudahan semua berita (itu) jadi doa dan kebaikan," ujarnya. "Semua relatif sudah saya tulis di web patunganusaha.com dan di www.yusufmansur.com, judulnya; 4 bungkus, 200 miliar, dan minyak dan gas. Tapi hati-hati dan pelan-pelan bacanya." kata Yusuf.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendapatkan informasi tentang adanya penawaran investasi yang dipimpin oleh seorang ustad muda di sebuah majelis taklim (Baca: OJK Terima Laporan 40 Perusahaan Investasi Bodong). Kemudian, Yusuf Mansur dikabarkan mengelola dana investasi hingga Rp 500 miliar dan menjanjikan bagi hasil sekitar 8 persen per bulan. Konon, dana itu akan digunakan untuk berbagai usaha, salah satunya membeli hotel di Mekah yang bisa digunakan oleh jamaah umroh maupun haji dari Indonesia.
Pengamat pasar modal, Yanuar Rizki, menyatakan bisnis investasi yang dilakukan oleh Ustad Yusuf Mansur ilegal. Sebab, setiap usaha yang melakukan penghimpunan dana masyarakat seharusnya hanya bisa dilakukan oleh lembaga berizin. "Cita-cita dia menjalankan itu enggak ada yang salah, tapi dalam pasar keuangan negara mana pun, kalau sudah melakukan penarikan dana masyarakat hanya bisa dilakukan lembaga berizin," ujarnya saat dihubungi, Rabu, 17 Juli 2013.
Menurut Yanuar, otoritas terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan harus segera menutup bisnis investasi tersebut. Soalnya, apabila terjadi permasalahan dalam investasi, maka dana nasabah tidak dijamin oleh siapa pun."Tidak boleh dibiarkan karena berbahaya, harus segera ditutup," katanya.
Menurut Yanuar, upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh otoritas terkait agar masyarakat tidak tertipu adalah dengan bertindak proaktif untuk mencari tahu perusahaan investasi atau pun produk investasi yang sudah mendapatkan izin. OJK dan Bapepti juga semestinya memberitahukan kepada masyarakat luas perusahaan investasi yang sudah memiliki ijin atau belum. "Penegakan hukum harus diterapkan, kalau tidak punya ijin dari OJK dan Bapepti ini harus dikatakan ke masyarakat itu bodong," kata Yanuar.
Ustad kondang, Yusuf Mansur, kini sedang ramai dibicarakan terkait usaha investasinya yang ditutup. Penutupan ini dia lakukan atas saran Menteri BUMN Dahlan Iskan seraya menunggu rampungnya proses legalisasi usahanya di instansi pemerintah terkait.
Saat didatangi, kantor yang seluruh jendelanya dipasangi teralis besi itu sepi. Hanya ada dua orang pegawai yang terlihat beraktivitas. Patungan Usaha dan Patungan Aset merupakan gagasan Yusuf untuk menghimpun dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan sang ustad untuk membangun hotel apartemen Haji dan Umroh di Mekah, Arab Saudi. Selain itu, dana para investor juga digunakan untuk membeli sejumlah aset seperti tanah dan bangunan. Salah satu aset yang diklaim didapatkan dari dana para investor yaitu sebuah hotel di dekat Bandara Soekarno-Hatta.
Thursday, July 11, 2013
Puluhan Ribu Orang Indonesia Kredit Lebih Dari 9 Rumah Sekaligus
Bank Indonesia (BI) dibuat pusing akibat banyaknya orang kaya yang berinvestasi di sektor properti. Saat ini, tercatat ada ribuan orang yang mencicil 9 rumah sekaligus melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di perbankan.
Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan hal ini dipicu keinginan besar masyarakat berinvestasi di sektor properti. Hasrat ini didukung oleh suku bunga perbankan yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Karena suku bunga selama ini rendah, mereka cari alat untuk melakukan investasi," ungkap Halim kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Kamis (11/7/2013)
Halim mengatakan berdasarkan survei, 43% masyarakat Indonesia menempatkan properti pada posisi pertama jika memiliki uang, sebagai sarana investasi. Sehingga tak mengherankan sektor properti dianggap sangat tepat untuk memutar uang.
"43% dari hasil survei menyatakan, kalau ditanya kalau punya uang apa yang akan dibeli pertama? Ternyata itu properti," ujarnya.
Seperti yang diketahui, KPR yang lebih dari 2 itu ada 35,2 ribu orang dengan portofolio kredit mencapai Rp 31,8 triliun. Kemudian yang tengah mencicil 2 rumah melalui skema KPR itu sekitar 31,3 ribu orang dengan nilai Rp 29 triliun.
Sedangkan yang mencicil 2 rumah sampai 9 rumah melalui KPR terdapat 35,2 ribu orang. "Terdapat juga 3.884 debitur yang mencicil 3 bahkan sampai 9 rumah melalui skema KPR di bank. Serta ada juga yang mencicil 9 sampai 12 bahkan 12 sampai 15 rumah," kata Halim.
Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan hal ini dipicu keinginan besar masyarakat berinvestasi di sektor properti. Hasrat ini didukung oleh suku bunga perbankan yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Karena suku bunga selama ini rendah, mereka cari alat untuk melakukan investasi," ungkap Halim kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Kamis (11/7/2013)
Halim mengatakan berdasarkan survei, 43% masyarakat Indonesia menempatkan properti pada posisi pertama jika memiliki uang, sebagai sarana investasi. Sehingga tak mengherankan sektor properti dianggap sangat tepat untuk memutar uang.
"43% dari hasil survei menyatakan, kalau ditanya kalau punya uang apa yang akan dibeli pertama? Ternyata itu properti," ujarnya.
Seperti yang diketahui, KPR yang lebih dari 2 itu ada 35,2 ribu orang dengan portofolio kredit mencapai Rp 31,8 triliun. Kemudian yang tengah mencicil 2 rumah melalui skema KPR itu sekitar 31,3 ribu orang dengan nilai Rp 29 triliun.
Sedangkan yang mencicil 2 rumah sampai 9 rumah melalui KPR terdapat 35,2 ribu orang. "Terdapat juga 3.884 debitur yang mencicil 3 bahkan sampai 9 rumah melalui skema KPR di bank. Serta ada juga yang mencicil 9 sampai 12 bahkan 12 sampai 15 rumah," kata Halim.
Monday, July 8, 2013
Penerapan Tarif Progresif Jabotabek Malah Membuat PT. KAI Merugi
Penerapan tarif progresif kereta rel listrik untuk commuter line Jabodetabek telah berhasil menambah jumlah penumpang kereta. Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek Tri Handoyo mengatakan dalam sepekan pertama pelaksanaan, rata-rata jumlah penumpang bertambah 14 persen hingga 15 persen.
"Sekarang jumlah penumpang 503.000 penumpang per hari, sebelumnya 430.000 penumpang sampai 450.000 penumpang per hari," kata Tri ketika ditemui di Stasiun Gambir, Jakarta, Ahad 7 Juli 2013.
Namun, peningkatan jumlah ini tak serta merta membuat pendapatan perusahaan meningkat tajam. Penerapan tarif progresif dihitung berdasarkan jumlah stasiun yang dilewati masing-masing penumpang malah membuat pendapatan perusahaan turun dalam jangka pendek.
"Pendapatan turun 10 sampai 15 persen setiap hari. Tahun ini mungkin pendapatan kami akan turun," kata Ignasius Jonan, Direktur Utama PT KAI (Persero), induk usaha PT KCJ.
Meskipun pendapatan perusahaan dari KRL commuterline turun, Tri Handoyo berjanji layanan bagi para penumpang akan diperbaiki. Jonan mengatakan pihaknya akan menambah jumlah petugas keamanan di stasiun agar penggunaan tiket elektronik KRL semakin tertib.
PT KAI juga berencana menambah jumlah gerbang elektronik yang saat ini berjumlah 364 gerbang. Pada akhir triwulan ke tiga 2013 ditargetkan jumlah gerbang elektronik di seluruh stasiun yang dilayani KJC mencapai 500 gerbang.
"Servis kami tetap berjalan. Ini (penurunan pendapatan sementara) ongkos yang harus dibayar supaya ada modernisasi di KRL. Jadi tidak akan mengurangi servis," tegas Tri Handoyo.
Handoyo berharap pada 2014 bisa memberikan kontribusi keuangan yang lebih baik. Pengenaan harga tiket yang lebih proporsional dan perbaikan layanan untuk penumpang diharapkan bisa menggenjot pendapatan perusahaan.
"Akhir tahun ini kami targetkan jumlah penumpang bisa mencapai 600.000 penumpang per hari. Volume harus naik lagi kalau perjalanan naik, semoga bisa menutup kekurangannya," kata Tri Handoyo.
Sejak awal Juli 2013, penumpang KRL commuterline membayar tiket KRL berdasarkan jumlah stasiun yang mereka lewati. Untuk 5 stasiun pertama, penumpang dikenai tarif Rp 3.000, kemudian bertambah Rp 1.000 setiap 3 stasiun berikutnya. Sebelumnya, tarif KRL commuterline dipukul rata sekitar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 untuk seluruh penumpang.
"Sekarang jumlah penumpang 503.000 penumpang per hari, sebelumnya 430.000 penumpang sampai 450.000 penumpang per hari," kata Tri ketika ditemui di Stasiun Gambir, Jakarta, Ahad 7 Juli 2013.
Namun, peningkatan jumlah ini tak serta merta membuat pendapatan perusahaan meningkat tajam. Penerapan tarif progresif dihitung berdasarkan jumlah stasiun yang dilewati masing-masing penumpang malah membuat pendapatan perusahaan turun dalam jangka pendek.
"Pendapatan turun 10 sampai 15 persen setiap hari. Tahun ini mungkin pendapatan kami akan turun," kata Ignasius Jonan, Direktur Utama PT KAI (Persero), induk usaha PT KCJ.
Meskipun pendapatan perusahaan dari KRL commuterline turun, Tri Handoyo berjanji layanan bagi para penumpang akan diperbaiki. Jonan mengatakan pihaknya akan menambah jumlah petugas keamanan di stasiun agar penggunaan tiket elektronik KRL semakin tertib.
PT KAI juga berencana menambah jumlah gerbang elektronik yang saat ini berjumlah 364 gerbang. Pada akhir triwulan ke tiga 2013 ditargetkan jumlah gerbang elektronik di seluruh stasiun yang dilayani KJC mencapai 500 gerbang.
"Servis kami tetap berjalan. Ini (penurunan pendapatan sementara) ongkos yang harus dibayar supaya ada modernisasi di KRL. Jadi tidak akan mengurangi servis," tegas Tri Handoyo.
Handoyo berharap pada 2014 bisa memberikan kontribusi keuangan yang lebih baik. Pengenaan harga tiket yang lebih proporsional dan perbaikan layanan untuk penumpang diharapkan bisa menggenjot pendapatan perusahaan.
"Akhir tahun ini kami targetkan jumlah penumpang bisa mencapai 600.000 penumpang per hari. Volume harus naik lagi kalau perjalanan naik, semoga bisa menutup kekurangannya," kata Tri Handoyo.
Sejak awal Juli 2013, penumpang KRL commuterline membayar tiket KRL berdasarkan jumlah stasiun yang mereka lewati. Untuk 5 stasiun pertama, penumpang dikenai tarif Rp 3.000, kemudian bertambah Rp 1.000 setiap 3 stasiun berikutnya. Sebelumnya, tarif KRL commuterline dipukul rata sekitar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 untuk seluruh penumpang.
Sunday, July 7, 2013
Rumah Susun Dikelilingi Kondotel Dijual Seharga 200 Juta Di Bekasi
Tawaran apartemen ini lumayan menggoda. Hanya dengan merogoh pundi Rp 200 juta (di luar PPN), kita bisa mendapatkan tempat tinggal vertikal yang dikelilingi berbagai fasilitas pusat belanja, rumah sakit, hotel, dan kondotel. Ya, Grup Gapura Prima melalui Gapura Intiutama secara resmi memasarkan properti terbarunya, BTC Residence di Bekasi, Sabtu (20/4/2013). Apartemen ini merupakan bagian dari pengembangan multifungsi (mixed use development) BTC City.
Menurut Presiden Direktur Grup Gapura Prima Rudy Margono BTC Residence merupakan apartemen yang layak huni dengan harga bersahabat. "Sesuai dengan kebutuhan masyarakat perkotaan yang ingin tinggal di tengah kota tapi pendapatan terbatas. BTC Residence adalah pilihan yang pantas dipertimbangkan. Meski baru dilansir, telah terjual 50%," ungkapnya.
Kehadiran BTC City, diklaim Rudy, dapat memudahkan mobilitas penduduk sekitar Bekasi Timur hingga daerah Bekasi Selatan dan Tambun. Pasalnya, jumlah pusat perbelanjaan dan hunian vertikal di Bekasi Timur sebelumnya hampir nihil. Begitu pula jumlah rumah sakit representatif yang sangat terbatas.
BTC Residence sendiri terdiri atas empat gedung (tower). Gedung A berisi 240 unit apartemen, Gedung B sekitar 350 unit, Gedung C dan D masing-masing 300 unit. Tersedia empat tipe; ukuran studio dengan luas 25,31 meter persegi dan 35,91 m2, tipe dua kamar seluas 48,75 m2, serta apartemen tiga kamar seluas 72,48 m2.
Dengan harga yang cukup terjangkau, kisaran Rp274 juta-Rp 775 juta, BTC Residence akan berhadapan langsung dengan unit-unit apartemen yang ditawarkan pengembang lainnya di daerah Bekasi seperti Center Point, Bekasi Town Square dan GranDhika City.
Rumah Susun Dikelilingi Kondotel Dijual Seharga 200 Juta Di Bekasi
Tawaran apartemen ini lumayan menggoda. Hanya dengan merogoh pundi Rp 200 juta (di luar PPN), kita bisa mendapatkan tempat tinggal vertikal yang dikelilingi berbagai fasilitas pusat belanja, rumah sakit, hotel, dan kondotel. Ya, Grup Gapura Prima melalui Gapura Intiutama secara resmi memasarkan properti terbarunya, BTC Residence di Bekasi, Sabtu (20/4/2013). Apartemen ini merupakan bagian dari pengembangan multifungsi (mixed use development) BTC City.
Menurut Presiden Direktur Grup Gapura Prima Rudy Margono BTC Residence merupakan apartemen yang layak huni dengan harga bersahabat. "Sesuai dengan kebutuhan masyarakat perkotaan yang ingin tinggal di tengah kota tapi pendapatan terbatas. BTC Residence adalah pilihan yang pantas dipertimbangkan. Meski baru dilansir, telah terjual 50%," ungkapnya.
Kehadiran BTC City, diklaim Rudy, dapat memudahkan mobilitas penduduk sekitar Bekasi Timur hingga daerah Bekasi Selatan dan Tambun. Pasalnya, jumlah pusat perbelanjaan dan hunian vertikal di Bekasi Timur sebelumnya hampir nihil. Begitu pula jumlah rumah sakit representatif yang sangat terbatas.
BTC Residence sendiri terdiri atas empat gedung (tower). Gedung A berisi 240 unit apartemen, Gedung B sekitar 350 unit, Gedung C dan D masing-masing 300 unit. Tersedia empat tipe; ukuran studio dengan luas 25,31 meter persegi dan 35,91 m2, tipe dua kamar seluas 48,75 m2, serta apartemen tiga kamar seluas 72,48 m2.
Dengan harga yang cukup terjangkau, kisaran Rp274 juta-Rp 775 juta, BTC Residence akan berhadapan langsung dengan unit-unit apartemen yang ditawarkan pengembang lainnya di daerah Bekasi seperti Center Point, Bekasi Town Square dan GranDhika City.
Perumnas Bangun Rumah Susun Super Murah Di Jalan Ahmad Yani Bekasi
Direktur Utama Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) Himawan Arief Sugoto mengatakan, dengan menghuni apartemen atau rumah susun sederhana milik (rusunami) yang dekat dengan pusat ekonomi, pola perjalanan rakyat akan berubah. Rusunami cocok untuk menjawab tantangan ketersediaan hunian bagi rakyat kurang mampu sampai yang berpenghasilan menengah di kawasan Jabodetabek.
Demikian diungkapkan Hiwaman dalam jumpa pers seusai peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013). Himawan mencontohkan pembangunan Rusunami Grand Center Point pada lahan 1,3 hektar di kawasan amat strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Menurut dia, karena jarak tempat tinggal dan tempat kerja dekat, rakyat bisa didorong untuk memakai transportasi massal atau malah sepeda dan jalan kaki daripada memakai kendaraan pribadi. Dengan asumsi ketersediaan transportasi massal juga prima, sistem ini akan berhasil mengurai keruwetan lalu lintas.
Di sisi lain, Himawan mengakui, harga jual hunian terus naik. Masyarakat berpenghasilan pas-pasan terdesak hidup ke pinggiran Ibu Kota di rumah amat sederhana. Padahal, jarak rumah dengan Ibu Kota jauh sehingga pengeluaran transportasi jadi mahal, energi dan waktu banyak terbuang.
Masalahnya, pembangunan rusunami belum mendapat campur tangan pemerintah, misalnya dalam hal seleksi penghuni, bantuan prasarana, dan fasilitas. Harga hunian juga terus naik karena inflasi dan akibat kenaikan harga BBM.
"Sebagian subsidi BBM sebaiknya dialihkan untuk pembangunan rusunami bagi masyarakat yang memerlukan," kata Himawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Perumnas baru saja melakukan tahap peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013) kemarin. Rusunami di lahan 1,3 hektar itu berada di kawasan strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Di lokasi tersebut dibangun Blok A-B-C-D dengan harga jual sekitar Rp 190 juta per unit tipe studio. Sementara tipe dua kamar seharga Rp 230 juta per unit.
"Kalau dibangun oleh pengembang biasa, harga jualnya jelas berkali-kali lipat untuk kawasan yang premium seperti ini," katanya.
Di lokasi itu dibangun Blok A-B terdiri atas 870 hunian dan 102 kios yang sudah terjual semua. Saat ini, pembangunan Blok C-D terdiri atas 972 unit, 164 kios, dan 40 sentra makanan sudah mencapai 70 persen. Sebanyak 448 hunian Blok C sudah terjual, sementara yang sudah terjual di di Blok D mencapai 362 hunian dari 504 hunian atau 72 persen.
Empat blok rusunami itu mampu menampung 5.600 orang dengan asumsi per unit untuk 3 orang. Jika dibangun perumahan horizontal, paling banyak bisa untuk 200 rumah tipe sederhana, dengan asumsi sama, cuma mampu menampung 600 orang. Pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) dirasakan cocok untuk menjawab tantangan ketersediaan hunian bagi rakyat kurang mampu sampai yang berpenghasilan menengah di kawasan Jabodetabek. Namun, pemerintah perlu campur tangan dengan subsidi agar harga unit hunian tersebut terjangkau.
Demikian diutarakan oleh Direktur Utama Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) Himawan Arief Sugoto dalam jumpa pers seusai peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013). Himawan menyontohkan pembangunan rusunami Grand Center Point pada lahan 1,3 hektar di kawasan amat strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Di lokasi tersebut dibangun Blok A-B-C-D dengan harga jual sekitar Rp 190 juta per unit tipe studio. Sementara tipe dua kamar seharga Rp 230 juta per unit.
"Kalau dibangun oleh pengembang biasa, harga jualnya jelas berkali-kali lipat untuk kawasan yang premium seperti ini," katanya.
Di lokasi itu dibangun Blok A-B terdiri atas 870 hunian dan 102 kios yang sudah terjual semua. Saat ini, pembangunan Blok C-D terdiri atas 972 unit, 164 kios, dan 40 sentra makanan sudah mencapai 70 persen. Sebanyak 448 hunian Blok C sudah terjual, sementara yang sudah terjual di di Blok D mencapai 362 hunian dari 504 hunian atau 72 persen.
Empat blok rusunami itu mampu menampung 5.600 orang dengan asumsi per unit untuk 3 orang. Jika dibangun perumahan horizontal, paling banyak bisa untuk 200 rumah tipe sederhana, dengan asumsi sama cuma mampu menampung 600 orang.
Himawan mengatakan, serah terima uni di Blok C-D ditargetkan pada Desember 2013 nanti. Kedua blok itu termasuk dalam 25 blok yang dibangun oleh Perumnas sejak berkomitmen dalam program pembangunan 1.000 menara rusunami pada 2007.
Perumnas berkomitmen membangun 200 blok di Jabodetabek. Tahun ini, Perumnas sedang membangun 5 blok di Sentra Timur, Jakarta Timur, yang pembangunan 3 blok di antaranya diklaim sudah 70 persen, 12 blok di Cengkareng, Jakarta Barat, dan berupaya memulai membangun 2 blok di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Perumnas juga sedang menawarkan pembangunan kembali rusunami Tanah Abang, Kebon Kacang, dan Klender yang kondisinya sudah kurang terawat. Dari rusunami empat lantai tanpa lift, penghuni ditawarkan agar kompleks itu dibangun kembali lebih tinggi dan berfasilitas lebih lengkap.
"Kami juga terlibat dalam program kampung deret yang dicanangkan Pemprov DKI Jakarta," kata Himawan.
Demikian diungkapkan Hiwaman dalam jumpa pers seusai peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013). Himawan mencontohkan pembangunan Rusunami Grand Center Point pada lahan 1,3 hektar di kawasan amat strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Menurut dia, karena jarak tempat tinggal dan tempat kerja dekat, rakyat bisa didorong untuk memakai transportasi massal atau malah sepeda dan jalan kaki daripada memakai kendaraan pribadi. Dengan asumsi ketersediaan transportasi massal juga prima, sistem ini akan berhasil mengurai keruwetan lalu lintas.
Di sisi lain, Himawan mengakui, harga jual hunian terus naik. Masyarakat berpenghasilan pas-pasan terdesak hidup ke pinggiran Ibu Kota di rumah amat sederhana. Padahal, jarak rumah dengan Ibu Kota jauh sehingga pengeluaran transportasi jadi mahal, energi dan waktu banyak terbuang.
Masalahnya, pembangunan rusunami belum mendapat campur tangan pemerintah, misalnya dalam hal seleksi penghuni, bantuan prasarana, dan fasilitas. Harga hunian juga terus naik karena inflasi dan akibat kenaikan harga BBM.
"Sebagian subsidi BBM sebaiknya dialihkan untuk pembangunan rusunami bagi masyarakat yang memerlukan," kata Himawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Perumnas baru saja melakukan tahap peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013) kemarin. Rusunami di lahan 1,3 hektar itu berada di kawasan strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Di lokasi tersebut dibangun Blok A-B-C-D dengan harga jual sekitar Rp 190 juta per unit tipe studio. Sementara tipe dua kamar seharga Rp 230 juta per unit.
"Kalau dibangun oleh pengembang biasa, harga jualnya jelas berkali-kali lipat untuk kawasan yang premium seperti ini," katanya.
Di lokasi itu dibangun Blok A-B terdiri atas 870 hunian dan 102 kios yang sudah terjual semua. Saat ini, pembangunan Blok C-D terdiri atas 972 unit, 164 kios, dan 40 sentra makanan sudah mencapai 70 persen. Sebanyak 448 hunian Blok C sudah terjual, sementara yang sudah terjual di di Blok D mencapai 362 hunian dari 504 hunian atau 72 persen.
Empat blok rusunami itu mampu menampung 5.600 orang dengan asumsi per unit untuk 3 orang. Jika dibangun perumahan horizontal, paling banyak bisa untuk 200 rumah tipe sederhana, dengan asumsi sama, cuma mampu menampung 600 orang. Pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) dirasakan cocok untuk menjawab tantangan ketersediaan hunian bagi rakyat kurang mampu sampai yang berpenghasilan menengah di kawasan Jabodetabek. Namun, pemerintah perlu campur tangan dengan subsidi agar harga unit hunian tersebut terjangkau.
Demikian diutarakan oleh Direktur Utama Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) Himawan Arief Sugoto dalam jumpa pers seusai peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013). Himawan menyontohkan pembangunan rusunami Grand Center Point pada lahan 1,3 hektar di kawasan amat strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Di lokasi tersebut dibangun Blok A-B-C-D dengan harga jual sekitar Rp 190 juta per unit tipe studio. Sementara tipe dua kamar seharga Rp 230 juta per unit.
"Kalau dibangun oleh pengembang biasa, harga jualnya jelas berkali-kali lipat untuk kawasan yang premium seperti ini," katanya.
Di lokasi itu dibangun Blok A-B terdiri atas 870 hunian dan 102 kios yang sudah terjual semua. Saat ini, pembangunan Blok C-D terdiri atas 972 unit, 164 kios, dan 40 sentra makanan sudah mencapai 70 persen. Sebanyak 448 hunian Blok C sudah terjual, sementara yang sudah terjual di di Blok D mencapai 362 hunian dari 504 hunian atau 72 persen.
Empat blok rusunami itu mampu menampung 5.600 orang dengan asumsi per unit untuk 3 orang. Jika dibangun perumahan horizontal, paling banyak bisa untuk 200 rumah tipe sederhana, dengan asumsi sama cuma mampu menampung 600 orang.
Himawan mengatakan, serah terima uni di Blok C-D ditargetkan pada Desember 2013 nanti. Kedua blok itu termasuk dalam 25 blok yang dibangun oleh Perumnas sejak berkomitmen dalam program pembangunan 1.000 menara rusunami pada 2007.
Perumnas berkomitmen membangun 200 blok di Jabodetabek. Tahun ini, Perumnas sedang membangun 5 blok di Sentra Timur, Jakarta Timur, yang pembangunan 3 blok di antaranya diklaim sudah 70 persen, 12 blok di Cengkareng, Jakarta Barat, dan berupaya memulai membangun 2 blok di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Perumnas juga sedang menawarkan pembangunan kembali rusunami Tanah Abang, Kebon Kacang, dan Klender yang kondisinya sudah kurang terawat. Dari rusunami empat lantai tanpa lift, penghuni ditawarkan agar kompleks itu dibangun kembali lebih tinggi dan berfasilitas lebih lengkap.
"Kami juga terlibat dalam program kampung deret yang dicanangkan Pemprov DKI Jakarta," kata Himawan.
Summarecon Geluti Bisnis Perhotelan
Setelah Lippo Karawaci, Agung Podomoro, dan Ciputra Group yang telah lama terjun di bisnis perhotelan, Summarecon Agung menyusul kemudian. Perusahaan yang selama ini beken sebagai pengembang perumahan skala kota, mengungkapkan rencana strategisnya menggarap bisnis perhotelan.
Menurut Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki, pihaknya akan membangun tiga (3) hotel. Dua hotel bintang empat berlokasi di Bekasi dan Kelapa Gading yang dikelola Tauzia Management dengan bendera Harris Hotel. Satu lainnya merupakan hotel berkualifikasi bintang lima dan akan dikembangkan di Jimbaran, Bali. Pengelolanya adalah jaringan hotel internasional Mövenpick.
"Hotel-hotel tersebut kami jadikan sebagai sumber pemasukan tetap (recurring income) perseroan. Setidaknya untuk jangka menengah lima tahun," ucap Johannes kepada Kompas.com, di Jakarta, Rabu (5/6/2013), usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST LB).
Ketiga hotel ini menghabiskan dana investasi sebesar Rp 1 triliun. Alokasi dana terbesar diperuntukkan bagi Hotel Mövenpick. Hotel seluas 3,8 hektar tersebut telah melalui proses pemancangan tiang pertama dan akan beroperasi pada 2015 mendatang. Sementara Kedua hotel lainnya akan beroperasi lebih dahulu, yaitu pada tahun 2014.
Dibidiknya Bali sebagai lokasi ekspansi perhotelan Summarecon, menurut Johannes, realisasi strategi bisnis memanfaatkan peluang sebagai destinasi wisata utama dunia. Selain itu, beroperasinya Bandara Ngurah Rai baru dan jalan tol baru membuka kemungkinan-kemungkinan besar terjadinya mobilitas wisatawan yang luar biasa.
Selain perhotelan, Summarecon juga tengah mempersiapkan pengembangan perumahan skala kota di Bandung. Cadangan lahan mereka di Ibu Kota Jawa Barat tersebut seluas 190 hektar. Mereka juga akan membangun proyek serupa di selatan Jakarta. Sebagian tanah tersebut didapat dari hasil akuisisi, sementara sisanya merupakan kerjasama berupa join venture.
20 Mall Baru Dibuka Di Bekasi Hingga 2016 dan Tingkat Hunian Mencapai 91 Persen
Bekasi punya potensi. Tentu saja, kalau tidak, mana mungkin pengembang kelas kakap macam Agung Sedayu, Sinarmas Land, Lippo Group dan Summarecon Agung menggarap tapal urban Jakarta ini.
Mereka tak sekadar mengembangkan perumahan, tetapi perumahan skala kota. Lengkap dengan unsur-unsur ekologi sosial kehidupan kota, seperti fasilitas pendidikan, hiburan, ibadah, perkantoran, kawasan ekonomi berbasis industri, hingga ruang ritel komersial.
Selama kurun lima tahun terakhir, yang terjadi di Bekasi bukan hanya sebuah fenomena, melainkan detak kebutuhan nyata (real demand) dari sekitar 2,5 juta penduduk Kota Bekasi dan 4 juta jiwa yang mendiami Kabupaten Bekasi. Merekalah yang "menghidupi" proyek-proyek properti para pengembang kakap tersebut sehingga mengalami lonjakan harga di luar ekspektasi.
Wajar jika akhirnya harga rumah di kawasan ini sudah berada pada hitungan miliaran rupiah per unit. Sebut saja Klaster Vernonia di Summarecon Bekasi yang tembus Rp 2 miliar. Ini merupakan harga terendah untuk tipe 8 x 18 meter persegi. Sementara di Jababeka City, harga rumah sudah berada pada level Rp 1,4 miliar untuk Klaster Beverly Hills dan Oscar.
Saat ini sukar menemukan rumah dengan harga di bawah Rp 500 juta per unit. Kalaupun ada, aksesibilitasnya tak mudah dijangkau. Demikian pula halnya dengan fasilitas yang tak bisa dijamin kondisinya.
Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki, mengatakan, potensi ekonomis Bekasi luar biasa. Daya konsumsi mereka tumbuh pesat. Terbukti, Klaster Vernonia yang baru dilansir April 2013 sudah terserap 80 persen dari total 193 unit.
"Hal ini yang mendorong kami mengembangkan fasilitas tambahan yang sangat dibutuhkan penghuni Summarecon Bekasi sekaligus warga Bekasi keseluruhan, yakni Summarecon Mal Bekasi," ungkap Johannes kepada Kompas.com, Jumat (28/6/2013).
Alasan serupa dikemukakan CEO Gapura Prima, Rudy Margono. Ia mengatakan bahwa masyarakat Bekasi memiliki karakteristik yang unik. Mereka sangat tertarik terhadap hal-hal baru sehingga tak segan membelanjakan uangnya untuk mendapatkan hal baru tersebut.
"Bekasi Trade Center (BTC) yang dikembangkan sepuluh tahun lalu, saat ini menjadi pusat perdagangan penting di Bekasi Timur. Karena kebutuhan akan kios dan komersial lainnya semakin menguat, kami membuka BTC Tahap II dalam kompleks pengembangan BTC City," papar Rudy.
SMB dan BTC Tahap II hanyalah dua contoh dari sejumlah pusat belanja baru yang akan "menyesaki" relung-relung Kota Bekasi. Calon pusat belanja lainnya adalah Grand Metropolitan Mall yang dikembangkan Metland. Saat ini sudah memasuki tahap pekerjaan akhir. Lantas Grand Galaxy Mall milik Agung Sedayu Group yang akan dibuka pada 2014 mendatang.
Menyusul kemudian mal hasil kolaborasi PT Jababeka Tbk dengan PT Plaza Indonesia Realty Tbk di Jababeka City yang baru akan dikembangkan pada 2014. Menurut Presiden Komisaris PT Grahabuana Cikarang, anak usaha Jababeka, Tanto Kurniawan, mal hasil kerja sama tersebut akan beroperasi pada 2016.
Nama-nama tersebut di atas menggenapi jumlah ruang ritel komersial di Bekasi menjadi 20 buah mal hingga 2016 mendatang. Mereka adalah Summarecon Mal Bekasi, Bekasi Cyber Park, BTC I, BTC II, Mega Bekasi Hypermall, Metropolitan Mall, Grand Metropolitan Mall, Grand Galaxy Mall, Bekasi Junction, Bekasi Square, Plaza Jababeka, Mal Lippo Cikarang, Grand Mall Bekasi, Prima Sentra Grosir Bekasi, Cikarang Trade Center, Sentra Grosir Cikarang, Plaza Metropolitan Tambun, Mal Pekayon, Bekasi Town Square, Blue Mall, dan calon mal di Jababeka City.
Rekam jejak menentukan sebuah kesuksesan. Setelah membangun dua pusat belanja dengan tingkat hunian sempurna 100 persen yakni Mal Kelapa Gading 1-5 dan Summarecon Mal Serpong (SMS), PT Summarecon Agung Tbk baru saja membuka Summarecon Mal Bekasi (SMB).
SMB merupakan protofolio komersial ritel terbaru yang berhasil mendapat komitmen tenan pengisi sebanyak 91 persen dari total luas bangunan 80.000 meter persegi. Dari 91 persen tenan tersebut, 75,3 persen di antaranya telah beroperasi pada saat grand opening Jumat (28/6/2013).
Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki mengatakan konsep pengembangan SMB yang berbeda, mampu menarik minat penyewa. Padahal, harga sewa pusat belanja ini bisa dikatakan tidak murah, sekitar 18 dollar AS per meter persegi per bulan dengan kurs yang dipatok senilai Rp 7.000 per 1 dollar AS (Rp 126.000). Angka sewa ini di luar service charge senilai 11 dollar AS per meter persegi per bulan (Rp 77.000).
"Para tenan sangat antusias mengisi SMB. Mereka mempertimbangkan MKG 1-5 dan SMS yang lebih dulu beroperasi. Sehingga terdapat fenomena persamaan tenan antara kedua mal tersebut dengan SMB," ungkap Johannes kepada Kompas.com, Jumat (28/6/2013).
Tercatat tenan utama seperti Star Department Store, The FoodHall Supermarket, ACE Hardware, Best Denki dan Cinema XXI yang sudah mulai beroperasi pada hari pertama pembukaan.
Menurut Direktur Summarecon Agung, Sugianto Nagaria, serupa dengan dua mal sebelumnya, SMB dirancang dengan mengadopsi langgam lifestyle mall. Terutama penekanan pada konsep The DownTown Walk yang merupakan destinasi kuliner lengkap dengan area makan terbuka. The Downtown Walk SMB terdiri atas dua lantai, dilengkapi jaringan internet wifi, LED raksasa berukuran 11 x 8.
"Ini merupakan SMB Tahap I. Nantinya SMB akan memiliki luas total bangunan mencapai 160.000 meter persegi. Tahun 2014, kami juga akan membuka Harris Hotel yang bangunannya menempel pada SMB," ungkap Sugianto.
Untuk menghadirkan konsep yang terbilang baru di Bekasi ini, Summarecon Agung menginvestasikan dana senilai Rp 580 miliar. Sejumlah Rp 550 miliar di antaranya berasal dari pinjaman Bank Mandiri dan beberapa bank lainnya.
Dengan beroperasinya SMB ini, Summarecon Agung mengharapkan mendapat tambahan sumber pendapatan berulang yang dihitung per tahun fiskal 2014 senilai Rp 130 miliar. Sehingga kontribusirecurring income terhadap total revenue menjadi sebesar 30 persen dari sebelumnya 25 persen.
Mereka tak sekadar mengembangkan perumahan, tetapi perumahan skala kota. Lengkap dengan unsur-unsur ekologi sosial kehidupan kota, seperti fasilitas pendidikan, hiburan, ibadah, perkantoran, kawasan ekonomi berbasis industri, hingga ruang ritel komersial.
Selama kurun lima tahun terakhir, yang terjadi di Bekasi bukan hanya sebuah fenomena, melainkan detak kebutuhan nyata (real demand) dari sekitar 2,5 juta penduduk Kota Bekasi dan 4 juta jiwa yang mendiami Kabupaten Bekasi. Merekalah yang "menghidupi" proyek-proyek properti para pengembang kakap tersebut sehingga mengalami lonjakan harga di luar ekspektasi.
Wajar jika akhirnya harga rumah di kawasan ini sudah berada pada hitungan miliaran rupiah per unit. Sebut saja Klaster Vernonia di Summarecon Bekasi yang tembus Rp 2 miliar. Ini merupakan harga terendah untuk tipe 8 x 18 meter persegi. Sementara di Jababeka City, harga rumah sudah berada pada level Rp 1,4 miliar untuk Klaster Beverly Hills dan Oscar.
Saat ini sukar menemukan rumah dengan harga di bawah Rp 500 juta per unit. Kalaupun ada, aksesibilitasnya tak mudah dijangkau. Demikian pula halnya dengan fasilitas yang tak bisa dijamin kondisinya.
Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki, mengatakan, potensi ekonomis Bekasi luar biasa. Daya konsumsi mereka tumbuh pesat. Terbukti, Klaster Vernonia yang baru dilansir April 2013 sudah terserap 80 persen dari total 193 unit.
"Hal ini yang mendorong kami mengembangkan fasilitas tambahan yang sangat dibutuhkan penghuni Summarecon Bekasi sekaligus warga Bekasi keseluruhan, yakni Summarecon Mal Bekasi," ungkap Johannes kepada Kompas.com, Jumat (28/6/2013).
Alasan serupa dikemukakan CEO Gapura Prima, Rudy Margono. Ia mengatakan bahwa masyarakat Bekasi memiliki karakteristik yang unik. Mereka sangat tertarik terhadap hal-hal baru sehingga tak segan membelanjakan uangnya untuk mendapatkan hal baru tersebut.
"Bekasi Trade Center (BTC) yang dikembangkan sepuluh tahun lalu, saat ini menjadi pusat perdagangan penting di Bekasi Timur. Karena kebutuhan akan kios dan komersial lainnya semakin menguat, kami membuka BTC Tahap II dalam kompleks pengembangan BTC City," papar Rudy.
SMB dan BTC Tahap II hanyalah dua contoh dari sejumlah pusat belanja baru yang akan "menyesaki" relung-relung Kota Bekasi. Calon pusat belanja lainnya adalah Grand Metropolitan Mall yang dikembangkan Metland. Saat ini sudah memasuki tahap pekerjaan akhir. Lantas Grand Galaxy Mall milik Agung Sedayu Group yang akan dibuka pada 2014 mendatang.
Menyusul kemudian mal hasil kolaborasi PT Jababeka Tbk dengan PT Plaza Indonesia Realty Tbk di Jababeka City yang baru akan dikembangkan pada 2014. Menurut Presiden Komisaris PT Grahabuana Cikarang, anak usaha Jababeka, Tanto Kurniawan, mal hasil kerja sama tersebut akan beroperasi pada 2016.
Nama-nama tersebut di atas menggenapi jumlah ruang ritel komersial di Bekasi menjadi 20 buah mal hingga 2016 mendatang. Mereka adalah Summarecon Mal Bekasi, Bekasi Cyber Park, BTC I, BTC II, Mega Bekasi Hypermall, Metropolitan Mall, Grand Metropolitan Mall, Grand Galaxy Mall, Bekasi Junction, Bekasi Square, Plaza Jababeka, Mal Lippo Cikarang, Grand Mall Bekasi, Prima Sentra Grosir Bekasi, Cikarang Trade Center, Sentra Grosir Cikarang, Plaza Metropolitan Tambun, Mal Pekayon, Bekasi Town Square, Blue Mall, dan calon mal di Jababeka City.
Rekam jejak menentukan sebuah kesuksesan. Setelah membangun dua pusat belanja dengan tingkat hunian sempurna 100 persen yakni Mal Kelapa Gading 1-5 dan Summarecon Mal Serpong (SMS), PT Summarecon Agung Tbk baru saja membuka Summarecon Mal Bekasi (SMB).
SMB merupakan protofolio komersial ritel terbaru yang berhasil mendapat komitmen tenan pengisi sebanyak 91 persen dari total luas bangunan 80.000 meter persegi. Dari 91 persen tenan tersebut, 75,3 persen di antaranya telah beroperasi pada saat grand opening Jumat (28/6/2013).
Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki mengatakan konsep pengembangan SMB yang berbeda, mampu menarik minat penyewa. Padahal, harga sewa pusat belanja ini bisa dikatakan tidak murah, sekitar 18 dollar AS per meter persegi per bulan dengan kurs yang dipatok senilai Rp 7.000 per 1 dollar AS (Rp 126.000). Angka sewa ini di luar service charge senilai 11 dollar AS per meter persegi per bulan (Rp 77.000).
"Para tenan sangat antusias mengisi SMB. Mereka mempertimbangkan MKG 1-5 dan SMS yang lebih dulu beroperasi. Sehingga terdapat fenomena persamaan tenan antara kedua mal tersebut dengan SMB," ungkap Johannes kepada Kompas.com, Jumat (28/6/2013).
Tercatat tenan utama seperti Star Department Store, The FoodHall Supermarket, ACE Hardware, Best Denki dan Cinema XXI yang sudah mulai beroperasi pada hari pertama pembukaan.
Menurut Direktur Summarecon Agung, Sugianto Nagaria, serupa dengan dua mal sebelumnya, SMB dirancang dengan mengadopsi langgam lifestyle mall. Terutama penekanan pada konsep The DownTown Walk yang merupakan destinasi kuliner lengkap dengan area makan terbuka. The Downtown Walk SMB terdiri atas dua lantai, dilengkapi jaringan internet wifi, LED raksasa berukuran 11 x 8.
"Ini merupakan SMB Tahap I. Nantinya SMB akan memiliki luas total bangunan mencapai 160.000 meter persegi. Tahun 2014, kami juga akan membuka Harris Hotel yang bangunannya menempel pada SMB," ungkap Sugianto.
Untuk menghadirkan konsep yang terbilang baru di Bekasi ini, Summarecon Agung menginvestasikan dana senilai Rp 580 miliar. Sejumlah Rp 550 miliar di antaranya berasal dari pinjaman Bank Mandiri dan beberapa bank lainnya.
Dengan beroperasinya SMB ini, Summarecon Agung mengharapkan mendapat tambahan sumber pendapatan berulang yang dihitung per tahun fiskal 2014 senilai Rp 130 miliar. Sehingga kontribusirecurring income terhadap total revenue menjadi sebesar 30 persen dari sebelumnya 25 persen.
Harga Ruko Ukuran 5x17 Meter Di Kelapa Gading Adalah Rp 38 Miliar
Ruko mana di seluruh Indonesia ini yang harganya bisa mencapai hitungan puluhan miliar rupiah? Hanya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Adalah Summarecon Agung yang bisa mencapai "prestasi" itu. Mereka menjual kompleks ruko The Kensington Summarecon Kelapa Gading dengan harga transaksi tertinggi Rp 38 miliar. Padahal harga perdana yang ditawarkan hanya Rp 7,2 miliar untuk ukuran 5x17 meter persegi.
Pencapaian tersebut dimungkinkan karena peminat produk yang dilansir pada Maret 2013 tersebut membludak. Sementara jumlah ruko yang dipasarkan terbatas, hanya 41 unit. Istimewanya, ruko dengan dengan harga transaksi (dealing price) Rp 38 miliar tersebut didapatkan dengan mekanisme lelang.
Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki, mengatakan, pembeli The Kensington Summarecon Kelapa Gading memang beragam, dengan latar belakang berbeda. Namun, kesamaannya adalah mereka para pebisnis dengan motif investasi.
"Seluruh 41 unit ruko tersebut terjual secara bersamaan dalam satu momen peluncuran (launching)," ungkap Johannes, di Jakarta, Rabu (3/7/2013). Dari hasil penjualan ruko tersebut, Summarecon Agung meraup Rp 570 miliar. Angka yang cukup signifikan kontribusinya terhadap total marketing sales Rp 975 miliar!
Menarik dicermati, mengapa harga satu unit ruko bisa setinggi itu? Kelapa Gading, menurut Johannes, mengalami defisit pasok ruko. Padahal kawasan ini sangat prospektif untuk berbisnis jasa, makanan, otomotif atau pun perbankan. Selain itu, "Reputasi pengembang juga menentukan," imbuh Johannes.
Kepala Naga
Meski sempat tenggelam akibat banjir besar 2007 silam, tak menyurutkan pamor Kelapa Gading, Jakarta Utara, sebagai "kepala naga". Kawasan ini justru semakit melesat pertumbuhannya dan menjadi incaran pemburu rente.
Setahun setelah peristiwa air bah itu, harga lahan dan properti di sana secara bertahap menunjukkan kenaikan. Awalnya hanya 5 persen pada 2008, kemudian melonjak 10 persen setahun kemudian, hingga akhirnya pertumbuhan aktual mencapai 25 persen. Saat ini, harga lahan untuk kepentingan komersial telah mencapai Rp 100 juta per meter persegi.
Akan tetapi, pengamat pemasaran properti Matius Jusuf berpendapat, orang yang sanggup membeli ruko seharga Rp 38 miliar itu bukan investor murni yang berharap imbal hasil (yield) atau keuntungan (capital gain). Ia hanyalah orang yang memiliki kelebihan likuiditas, dan tidak memiliki motif berbisnis.
"Sebab, kalau ruko yang dibelinya kemudian ia gunakan sebagai tempat usaha membuka kedai makanan atau sektor jasa lainnya, balik modal akan butuh waktu lama. Paling minimal, ia harus membuka rukonya ini debagai ruang pamer mobil mewah buatan Eropa atau Amerika," tandas Matius.
Satu-satunya motif yang dimiliki pembeli ini adalah "emosional" untuk diakui publik bahwa ia sanggup membeli properti setinggi apa pun harganya (kepentingan status sosial).
Namun, apap pun itu, pasca keberhasilan The Kensington, Summarecon Agung tengah bersiap melansir produk baru di atas bank tanah mereka seluas 10 hektar. Produk baru tersebut, menurut Johannes, lebih kepada high rise project yakni apartemen dan perkantoran.
Pencapaian tersebut dimungkinkan karena peminat produk yang dilansir pada Maret 2013 tersebut membludak. Sementara jumlah ruko yang dipasarkan terbatas, hanya 41 unit. Istimewanya, ruko dengan dengan harga transaksi (dealing price) Rp 38 miliar tersebut didapatkan dengan mekanisme lelang.
Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki, mengatakan, pembeli The Kensington Summarecon Kelapa Gading memang beragam, dengan latar belakang berbeda. Namun, kesamaannya adalah mereka para pebisnis dengan motif investasi.
"Seluruh 41 unit ruko tersebut terjual secara bersamaan dalam satu momen peluncuran (launching)," ungkap Johannes, di Jakarta, Rabu (3/7/2013). Dari hasil penjualan ruko tersebut, Summarecon Agung meraup Rp 570 miliar. Angka yang cukup signifikan kontribusinya terhadap total marketing sales Rp 975 miliar!
Menarik dicermati, mengapa harga satu unit ruko bisa setinggi itu? Kelapa Gading, menurut Johannes, mengalami defisit pasok ruko. Padahal kawasan ini sangat prospektif untuk berbisnis jasa, makanan, otomotif atau pun perbankan. Selain itu, "Reputasi pengembang juga menentukan," imbuh Johannes.
Kepala Naga
Meski sempat tenggelam akibat banjir besar 2007 silam, tak menyurutkan pamor Kelapa Gading, Jakarta Utara, sebagai "kepala naga". Kawasan ini justru semakit melesat pertumbuhannya dan menjadi incaran pemburu rente.
Setahun setelah peristiwa air bah itu, harga lahan dan properti di sana secara bertahap menunjukkan kenaikan. Awalnya hanya 5 persen pada 2008, kemudian melonjak 10 persen setahun kemudian, hingga akhirnya pertumbuhan aktual mencapai 25 persen. Saat ini, harga lahan untuk kepentingan komersial telah mencapai Rp 100 juta per meter persegi.
Akan tetapi, pengamat pemasaran properti Matius Jusuf berpendapat, orang yang sanggup membeli ruko seharga Rp 38 miliar itu bukan investor murni yang berharap imbal hasil (yield) atau keuntungan (capital gain). Ia hanyalah orang yang memiliki kelebihan likuiditas, dan tidak memiliki motif berbisnis.
"Sebab, kalau ruko yang dibelinya kemudian ia gunakan sebagai tempat usaha membuka kedai makanan atau sektor jasa lainnya, balik modal akan butuh waktu lama. Paling minimal, ia harus membuka rukonya ini debagai ruang pamer mobil mewah buatan Eropa atau Amerika," tandas Matius.
Satu-satunya motif yang dimiliki pembeli ini adalah "emosional" untuk diakui publik bahwa ia sanggup membeli properti setinggi apa pun harganya (kepentingan status sosial).
Namun, apap pun itu, pasca keberhasilan The Kensington, Summarecon Agung tengah bersiap melansir produk baru di atas bank tanah mereka seluas 10 hektar. Produk baru tersebut, menurut Johannes, lebih kepada high rise project yakni apartemen dan perkantoran.
Thursday, July 4, 2013
Profil Nisin Sunito Pengusaha Peternakan Sapi Di Australia Asal Indonesia
Pengusaha Nisin Sunito, sang pemilik peternakan sapi seluas dua kali Pulau Bali di Australia sangat dikenal oleh kalangan para pengusaha penggemukan sapi (feedloter) di Indonesia. Hingga kini, Nisin dianggap satu-satunya pengusaha asal Indonesia yang punya peternakan sapi di Australia. Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan, lahan peternakan milik Nisin di Australia salah satu yang terbesar di Negeri Kangguru tersebut. Joni memastikan, pengusaha asal Pangkalan Bun itu satu-satunya orang Indonesia yang berbisnis peternakan di Australia.
Menurut Joni, yang ia ketahui Nisin Sunito saat ini masih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). "Setahu saya hanya Pak Nisin," kata Joni Kamis (4/7/2013). Joni menuturkan, sebelumnya ada perusahaan Indonesia yang menggarap bisnis serupa di Australia, ada peternakan Tipperary milik keluarga Bakrie di Northern Territory, Australia.
"Dulu pernah ada Bakrie tahun 80-an, dia buka di Lampung, dia buka juga farm di Australia, sekarang sudah tak lagi karena bangkrut" katanya. Menurutnya, Nisin membuka perwakilan bisnisnya di Indonesia melalui bendera Oceanic Indonesia. Oceanic membuka penggemukan sapi dan mengimpor sapi bakalan di Serang, Banten, Oceanic sempat menjadi anggota Apfindo.
"Mereka salah satu yang terbesar di sana (Australia), buka feedloter di Indonesia, oceanic di Indonesa, Serang. Sekarang sudah nggak impor, sudah nggak jadi anggota. Sudah nggak impor, mungkin dibatasi, kecil volumennya kecil," katanya. Selain itu, Oceanic ternyata lebih banyak mengekspor sapi-sapinya ke negara-negara ASEAN di luar Indonesia. "Saya dengar dari mantan direkturnya, banyak ekspor ke Filipina dan Malaysia, kalau Indonesia mungkin volumenya kecil," katanya.
Nisin berasal dari Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Nisin mulai merintis bisnisnya di Australia dengan mendirikan Oceanic Multitrading Pty Limited pada tahun 1992. Ia terjun ke bisnis peternakan setelah mengakuisisi peternakan Kiana pada Juli 2005. Lokasi peternakannya berada 1.132 km tenggara Kota Darwin Australia.
Total luas peternakan Kiana mencapai 331.800 hektar. Luas peternakan ini setara dengan 4,8 kali luas Negara Singapura. Peternakan Kiana memiliki kapasitas 15.800 sapi, yang mayoritasnya sapi Brahman dan Droughmaster. Pengusaha asal Indonesia Nisin Sunito disebut-sebut sebagai pemilik peternakan sangat luas di Australia. Bahkan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi, mengatakan Nisin Sunito mengelola lahan peternakan seluas 2 kali Pulau Bali. Siapakah Nisin Sunito?
Dikutip dari situs resmi perusahaan miliknya Oceanic Multitrading Pty Limited, www.omt.com.au, Nisin mulai merintis bisnisnya di Australia dengan mendirikan Oceanic pada tahun 1992. Kini Oceanic sukses menggarap beberapa bisnis antaralain stasiun ternak sapi, impor kertas, limbah kertas, bisnis properti.
Mengenai bisnis peternakan dan pembibitan sapi, dimulai ketika Oceanic mengakuisisi peternakan Kiana pada Juli 2005, yang sudah berdiri sejak 20 tahun sebelumnya. Lokasi peternakan berada 1.132 Km tenggara Kota Darwin Australia. Total luas peternakan Kiana mencapai 331.800 hektar. Luas peternakan ini setara dengan 4,8 kali luas Negara Singapura. Peternakan Kiana memiliki kapasitas 15.800 sapi, yang mayoritasnya sapi Brahman dan Droughmaster.
Selain sebagai pengusaha multi bisnis, ia juga aktif dalam beberapa pengurus wadah organisasi pengusaha di Australia, antaralain lain Ketua NSW Australia Indonesia Business Council. Nisin berasal dari Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Sejak lulus SD ia mengikuti orang tuanya pindah ke Surabaya, Jawa Timur.
Orangnya tuanya memberikan keleluasaan kepadanya dalam hal pendidikan termasuk studi ke Australia. Nisin dan adiknya yang bernama Iwan Sunito juga sukses sebagai pengusaha properti di Australia melalui Crown Group yang gencar menawarkan apartemen-apartemen mewah di Sydney Australia.
Di tengah panasnya kasus korupsi kuota impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, tiba kita dikejutkan dengan perusahaan orang Indonesia yang memiliki peternakan sapi di Australia. Perusahaan itu adalah Oceanic Multitrading Pty. Ltd. Australia dikenal sebagai pemasok pemasok sapi hidup dan daging sapi ke Indonesia. Jangan heran begitu diberlakukan kebijakan penurunan kuota import dan swasembada daging sapi oleh pemerintah Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia telah mengurangi impor sapi ternak dari australia, dari 283.000 ekor pada 2012 menjadi 267.000 ekor tahun 2013 inii. Pengurangan impor sapi pada 2013 menjadi 14 persen dari konsumsi domestik dan akan dikurangi lagi menjadi 10 persen pada 2014. Di tengah upaya-upaya pengurangan kuota itu, yang mengejutkan ada perusahaan swasta asal Indonesia ternyata telah memiliki lahan peternakan raksasa di Australia luasnya bisa mencapai 2 kali Pulau Bali. Kenyataan ini semakin memberi peluang rencana konsorsium BUMN untuk menggarap lahan serupa di Negeri Kangguru tersebut.
"Ada perusahaan Indonesia di sana, namanya Oceanik. Dia punya tanah 2 kali pulau Bali. Bisa invest di sana, dikasih sama pemerintah di sana. Dari sana, mereka melakukan peternakan 20 ribu-60 ribu (ekor)," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (3/7).
Perusahaan bernama Oceanic Multitrading Pty. Ltd yang didirikan oleh Nisin Sunito pada tahun 1992. Menurutnya, pemerintah Australia membuka peluang untuk investor asing berinvestasi bidang peternakan di negaranya, termasuk investor asal Indonesia. Diakuinya, terkait rencana BUMN Indonesia membuka 1 juta hektar peternakan sapi di Australia merupakan ide menarik. Hal ini bisa menutupi kekurangan pasokan daging sapi nasional. "Itu sesuatu ide yang bagus. Kita kekurangan lahan di sini," tambahnya.
Menurutnya, untuk mencapai swasembada daging, setidaknya Indonesia harus memiliki cadangan hingga 60 juta ekor sapi. Sementara hasil sensus terbaru, Indonesia baru memiliki 13 juta ekor sapi. "Kalau menurut Pak Gita (Mendag Gita Wirjawan) kita harus punya 60 juta sapi untuk swasembada. Itu dalam waktu 5-10 tahun harus mencapai 60 juta," terangnya.
Tak hanya Oceanic, beberapa perusahaan Indonesia, termasuk milik pemerintah, akan menghabiskan dana puluhan juta dollar guna membeli peternakan sapi di Negara Bagian Western Australia guna memastikan pasokan sapi ke Indonesia terjamin. Menurut laporan harian The West Australian, pejabat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan berkunjung ke Australia bulan depan. Disebutkan, BKPM akan berusaha meyakinan para pemilik peternakan guna menerima investasi dari Indonesia sehingga pasokan daging sapi untuk kelas menengah yang semakin tumbuh --diperkirakan sekitar 80 juta jiwa-- terpenuhi.
Seorang pengusaha senior Indonesia telah menghubungi pengusaha Indonesia yang tinggal di Perth, Iwan Gunawan, guna mencari peternakan di Western Australia dan Northern Territory yang bisa dibeli. Kedutaan Indonesia secara terpisah juga menghubungi Direktur Institut Indonesia di Perth Ross Taylor untuk maksud yang sama. Tindakan terkoordinasi ini dimaksudkan agar peluang penghentian larangan ekspor di masa depan akan berkurang.
Bulan lalu, empat pengusaha Indonesia dan dua pejabat pemerintah melakukan kunjungan ke beberapa peternakan di kawasan Broome. Dengan jumlah penduduk 250 juta, kebutuhan sapi di Indonesia sekitar 1 juta ekor setiap tahunnya. "Indonesia berusaha memproduksi sapi sendiri di dalam negeri, tetapi itu akan susah dicapai," kata Gunawan.
"Jadi, kalangan bisnis dari Indonesia berencana melakukan investasi di WA dan Northern Territory guna menjamin pasokan ternak." Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig menghentikan pengiriman sapi ke Indonesia bulan Juni 2011 setelah laporan ABC mengenai perlakuan buruk terhadap ternak di rumah pemotongan hewan.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, larangan itu dicabut sebulan kemudian, tetapi Indonesia kemudian membalas dengan menurunkan kuota impor ternak dari Australia menjadi separuh dari sebelumya. Penurunan impor ini menyebabkan beberapa peternakan sapi di Australia mengalami kesulitan keuangan. Di Northern Territory, sekitar 20 peternakan terancam dijual. Menurut Iwan Gunawan, tindakan yang dilakukan Joe Ludwig menyebabkan Indonesia sekarang berusaha melakukan investasi sendiri di Australia.
"Jika sebuah negara sudah setuju untuk memasok makanan, tidak bisa dengan tiba-tiba menghentikannya. Ini harus didiskusikan dengan semua pihak. Sekarang apabila Indonesia melakukan investasi sendiri di Australia, bisa memperkecil masalah di masa depan." kata Iwan Gunawan. Indonesia akan menaikkan kuota ekspor sapi dari Australia, setelah kunjungan yang dilakukan oleh Menteri Industri Utama dari Northern Territory Willem Westa Van Holthe dan Menteri Pertanian Queensland John McVeigh yang masih berada di Indonesia.
Menurut laporan ABC pada Selasa (14/5/2013) mengutip John McVeigh, kenaikan kuota itu akan mulai berlaku pada bulan Juni, sebulan lebih cepat dari kuota kuartal ketiga tahun 2013. Dengan kenaikan itu, Australia akan bisa memasok tambahan 20.000-25.000 sapi dari Australia bagian utara.
"Kami semua sedang membangun kembali hubungan di sini, mencoba memahami kebutuhan jangka pendek dan visi jangka panjang kedua belah pihak," kata McVeigh sebagaimana dilaporkan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya. Menurut Westra Van Holthe, perundingan dengan Pemerintah Indonesia berjalan baik, dan Asosiasi Peternak Northen Territory menyambut baik adanya kenaikan kuota tersebut.
Direktur Eksekutif Asosiasi Peternak Northen Territory Luke Bown mengatakan, keputusan ini muncul di saat yang tepat. "Di bagian utara, kami baru saja memulai musim mengumpulkan ternak," kata Bowen. "Ini saatnya hampir semua ternak harus dialihkan. Sekarang ini pasar di Australia sepi sekali. Peluang apa pun untuk bisa memindahkan ternak ini ke pasar ekspor tentu harus disambut dengan gembira," lanjut Bowen.
Menurut Bowen, Indonesia tahun ini hanya mengeluarkan izin 267.000 ternak impor, turun 50 persen dari tahun sebelumnya. Menteri Pertanian Suswono mengaku tak tahu soal pengusaha asal Indonesia Nisin Sunito yang memiliki peternakan sapi sangat luas bahkan dikabarkan dua kali Pulau Bali di Australia.
Suswono bukan satu-satunya menteri yang tak soal Nisin, sebelumnya Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga tak tahu soal sosok pengusaha peternakan tersebut. "Saya tidak kenal, kalau nggak kenal masa dipaksa kenal," ucap Suswono di Kantornya, Kamis (4/7/2013). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro ketika ditanyakan hal yang sama. "Tidak kenal, tidak kenal sama sekali, tidak tahu," ucap Syukur.
Seperti diketahui pengusaha Nisin Sunito berasal dari Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Nisin mulai merintis bisnisnya di Australia dengan mendirikan Oceanic Multitrading Pty Limited pada tahun 1992.
Ia terjun ke bisnis peternakan setelah mengakuisisi peternakan Kiana pada Juli 2005. Lokasi peternakannya berada 1.132 Km tenggara Kota Darwin Australia. Total luas peternakan Kiana mencapai 331.800 hektar. Luas peternakan ini setara dengan 4,8 kali luas Negara Singapura. Peternakan Kiana memiliki kapasitas 15.800 sapi, yang mayoritasnya sapi Brahman dan Droughmaster.
Menurut Joni, yang ia ketahui Nisin Sunito saat ini masih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). "Setahu saya hanya Pak Nisin," kata Joni Kamis (4/7/2013). Joni menuturkan, sebelumnya ada perusahaan Indonesia yang menggarap bisnis serupa di Australia, ada peternakan Tipperary milik keluarga Bakrie di Northern Territory, Australia.
"Dulu pernah ada Bakrie tahun 80-an, dia buka di Lampung, dia buka juga farm di Australia, sekarang sudah tak lagi karena bangkrut" katanya. Menurutnya, Nisin membuka perwakilan bisnisnya di Indonesia melalui bendera Oceanic Indonesia. Oceanic membuka penggemukan sapi dan mengimpor sapi bakalan di Serang, Banten, Oceanic sempat menjadi anggota Apfindo.
"Mereka salah satu yang terbesar di sana (Australia), buka feedloter di Indonesia, oceanic di Indonesa, Serang. Sekarang sudah nggak impor, sudah nggak jadi anggota. Sudah nggak impor, mungkin dibatasi, kecil volumennya kecil," katanya. Selain itu, Oceanic ternyata lebih banyak mengekspor sapi-sapinya ke negara-negara ASEAN di luar Indonesia. "Saya dengar dari mantan direkturnya, banyak ekspor ke Filipina dan Malaysia, kalau Indonesia mungkin volumenya kecil," katanya.
Nisin berasal dari Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Nisin mulai merintis bisnisnya di Australia dengan mendirikan Oceanic Multitrading Pty Limited pada tahun 1992. Ia terjun ke bisnis peternakan setelah mengakuisisi peternakan Kiana pada Juli 2005. Lokasi peternakannya berada 1.132 km tenggara Kota Darwin Australia.
Total luas peternakan Kiana mencapai 331.800 hektar. Luas peternakan ini setara dengan 4,8 kali luas Negara Singapura. Peternakan Kiana memiliki kapasitas 15.800 sapi, yang mayoritasnya sapi Brahman dan Droughmaster. Pengusaha asal Indonesia Nisin Sunito disebut-sebut sebagai pemilik peternakan sangat luas di Australia. Bahkan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi, mengatakan Nisin Sunito mengelola lahan peternakan seluas 2 kali Pulau Bali. Siapakah Nisin Sunito?
Dikutip dari situs resmi perusahaan miliknya Oceanic Multitrading Pty Limited, www.omt.com.au, Nisin mulai merintis bisnisnya di Australia dengan mendirikan Oceanic pada tahun 1992. Kini Oceanic sukses menggarap beberapa bisnis antaralain stasiun ternak sapi, impor kertas, limbah kertas, bisnis properti.
Mengenai bisnis peternakan dan pembibitan sapi, dimulai ketika Oceanic mengakuisisi peternakan Kiana pada Juli 2005, yang sudah berdiri sejak 20 tahun sebelumnya. Lokasi peternakan berada 1.132 Km tenggara Kota Darwin Australia. Total luas peternakan Kiana mencapai 331.800 hektar. Luas peternakan ini setara dengan 4,8 kali luas Negara Singapura. Peternakan Kiana memiliki kapasitas 15.800 sapi, yang mayoritasnya sapi Brahman dan Droughmaster.
Selain sebagai pengusaha multi bisnis, ia juga aktif dalam beberapa pengurus wadah organisasi pengusaha di Australia, antaralain lain Ketua NSW Australia Indonesia Business Council. Nisin berasal dari Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Sejak lulus SD ia mengikuti orang tuanya pindah ke Surabaya, Jawa Timur.
Orangnya tuanya memberikan keleluasaan kepadanya dalam hal pendidikan termasuk studi ke Australia. Nisin dan adiknya yang bernama Iwan Sunito juga sukses sebagai pengusaha properti di Australia melalui Crown Group yang gencar menawarkan apartemen-apartemen mewah di Sydney Australia.
Di tengah panasnya kasus korupsi kuota impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, tiba kita dikejutkan dengan perusahaan orang Indonesia yang memiliki peternakan sapi di Australia. Perusahaan itu adalah Oceanic Multitrading Pty. Ltd. Australia dikenal sebagai pemasok pemasok sapi hidup dan daging sapi ke Indonesia. Jangan heran begitu diberlakukan kebijakan penurunan kuota import dan swasembada daging sapi oleh pemerintah Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia telah mengurangi impor sapi ternak dari australia, dari 283.000 ekor pada 2012 menjadi 267.000 ekor tahun 2013 inii. Pengurangan impor sapi pada 2013 menjadi 14 persen dari konsumsi domestik dan akan dikurangi lagi menjadi 10 persen pada 2014. Di tengah upaya-upaya pengurangan kuota itu, yang mengejutkan ada perusahaan swasta asal Indonesia ternyata telah memiliki lahan peternakan raksasa di Australia luasnya bisa mencapai 2 kali Pulau Bali. Kenyataan ini semakin memberi peluang rencana konsorsium BUMN untuk menggarap lahan serupa di Negeri Kangguru tersebut.
"Ada perusahaan Indonesia di sana, namanya Oceanik. Dia punya tanah 2 kali pulau Bali. Bisa invest di sana, dikasih sama pemerintah di sana. Dari sana, mereka melakukan peternakan 20 ribu-60 ribu (ekor)," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (3/7).
Perusahaan bernama Oceanic Multitrading Pty. Ltd yang didirikan oleh Nisin Sunito pada tahun 1992. Menurutnya, pemerintah Australia membuka peluang untuk investor asing berinvestasi bidang peternakan di negaranya, termasuk investor asal Indonesia. Diakuinya, terkait rencana BUMN Indonesia membuka 1 juta hektar peternakan sapi di Australia merupakan ide menarik. Hal ini bisa menutupi kekurangan pasokan daging sapi nasional. "Itu sesuatu ide yang bagus. Kita kekurangan lahan di sini," tambahnya.
Menurutnya, untuk mencapai swasembada daging, setidaknya Indonesia harus memiliki cadangan hingga 60 juta ekor sapi. Sementara hasil sensus terbaru, Indonesia baru memiliki 13 juta ekor sapi. "Kalau menurut Pak Gita (Mendag Gita Wirjawan) kita harus punya 60 juta sapi untuk swasembada. Itu dalam waktu 5-10 tahun harus mencapai 60 juta," terangnya.
Tak hanya Oceanic, beberapa perusahaan Indonesia, termasuk milik pemerintah, akan menghabiskan dana puluhan juta dollar guna membeli peternakan sapi di Negara Bagian Western Australia guna memastikan pasokan sapi ke Indonesia terjamin. Menurut laporan harian The West Australian, pejabat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan berkunjung ke Australia bulan depan. Disebutkan, BKPM akan berusaha meyakinan para pemilik peternakan guna menerima investasi dari Indonesia sehingga pasokan daging sapi untuk kelas menengah yang semakin tumbuh --diperkirakan sekitar 80 juta jiwa-- terpenuhi.
Seorang pengusaha senior Indonesia telah menghubungi pengusaha Indonesia yang tinggal di Perth, Iwan Gunawan, guna mencari peternakan di Western Australia dan Northern Territory yang bisa dibeli. Kedutaan Indonesia secara terpisah juga menghubungi Direktur Institut Indonesia di Perth Ross Taylor untuk maksud yang sama. Tindakan terkoordinasi ini dimaksudkan agar peluang penghentian larangan ekspor di masa depan akan berkurang.
Bulan lalu, empat pengusaha Indonesia dan dua pejabat pemerintah melakukan kunjungan ke beberapa peternakan di kawasan Broome. Dengan jumlah penduduk 250 juta, kebutuhan sapi di Indonesia sekitar 1 juta ekor setiap tahunnya. "Indonesia berusaha memproduksi sapi sendiri di dalam negeri, tetapi itu akan susah dicapai," kata Gunawan.
"Jadi, kalangan bisnis dari Indonesia berencana melakukan investasi di WA dan Northern Territory guna menjamin pasokan ternak." Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig menghentikan pengiriman sapi ke Indonesia bulan Juni 2011 setelah laporan ABC mengenai perlakuan buruk terhadap ternak di rumah pemotongan hewan.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, larangan itu dicabut sebulan kemudian, tetapi Indonesia kemudian membalas dengan menurunkan kuota impor ternak dari Australia menjadi separuh dari sebelumya. Penurunan impor ini menyebabkan beberapa peternakan sapi di Australia mengalami kesulitan keuangan. Di Northern Territory, sekitar 20 peternakan terancam dijual. Menurut Iwan Gunawan, tindakan yang dilakukan Joe Ludwig menyebabkan Indonesia sekarang berusaha melakukan investasi sendiri di Australia.
"Jika sebuah negara sudah setuju untuk memasok makanan, tidak bisa dengan tiba-tiba menghentikannya. Ini harus didiskusikan dengan semua pihak. Sekarang apabila Indonesia melakukan investasi sendiri di Australia, bisa memperkecil masalah di masa depan." kata Iwan Gunawan. Indonesia akan menaikkan kuota ekspor sapi dari Australia, setelah kunjungan yang dilakukan oleh Menteri Industri Utama dari Northern Territory Willem Westa Van Holthe dan Menteri Pertanian Queensland John McVeigh yang masih berada di Indonesia.
Menurut laporan ABC pada Selasa (14/5/2013) mengutip John McVeigh, kenaikan kuota itu akan mulai berlaku pada bulan Juni, sebulan lebih cepat dari kuota kuartal ketiga tahun 2013. Dengan kenaikan itu, Australia akan bisa memasok tambahan 20.000-25.000 sapi dari Australia bagian utara.
"Kami semua sedang membangun kembali hubungan di sini, mencoba memahami kebutuhan jangka pendek dan visi jangka panjang kedua belah pihak," kata McVeigh sebagaimana dilaporkan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya. Menurut Westra Van Holthe, perundingan dengan Pemerintah Indonesia berjalan baik, dan Asosiasi Peternak Northen Territory menyambut baik adanya kenaikan kuota tersebut.
Direktur Eksekutif Asosiasi Peternak Northen Territory Luke Bown mengatakan, keputusan ini muncul di saat yang tepat. "Di bagian utara, kami baru saja memulai musim mengumpulkan ternak," kata Bowen. "Ini saatnya hampir semua ternak harus dialihkan. Sekarang ini pasar di Australia sepi sekali. Peluang apa pun untuk bisa memindahkan ternak ini ke pasar ekspor tentu harus disambut dengan gembira," lanjut Bowen.
Menurut Bowen, Indonesia tahun ini hanya mengeluarkan izin 267.000 ternak impor, turun 50 persen dari tahun sebelumnya. Menteri Pertanian Suswono mengaku tak tahu soal pengusaha asal Indonesia Nisin Sunito yang memiliki peternakan sapi sangat luas bahkan dikabarkan dua kali Pulau Bali di Australia.
Suswono bukan satu-satunya menteri yang tak soal Nisin, sebelumnya Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga tak tahu soal sosok pengusaha peternakan tersebut. "Saya tidak kenal, kalau nggak kenal masa dipaksa kenal," ucap Suswono di Kantornya, Kamis (4/7/2013). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro ketika ditanyakan hal yang sama. "Tidak kenal, tidak kenal sama sekali, tidak tahu," ucap Syukur.
Seperti diketahui pengusaha Nisin Sunito berasal dari Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Nisin mulai merintis bisnisnya di Australia dengan mendirikan Oceanic Multitrading Pty Limited pada tahun 1992.
Ia terjun ke bisnis peternakan setelah mengakuisisi peternakan Kiana pada Juli 2005. Lokasi peternakannya berada 1.132 Km tenggara Kota Darwin Australia. Total luas peternakan Kiana mencapai 331.800 hektar. Luas peternakan ini setara dengan 4,8 kali luas Negara Singapura. Peternakan Kiana memiliki kapasitas 15.800 sapi, yang mayoritasnya sapi Brahman dan Droughmaster.
Lowongan Kerja Di Petronas Dengan Gaji Rp. 500 Juta Per Bulan
Sampai saat ini banyak orang Indonesia lulusan universitas ternama dan ahli di bidang perminyakan memilih bekerja di perusahaan minyak Malaysia yaitu Petronas. Gaji besar menjadi alasan utama.
Seorang alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) bernama Ilen Kardania mengatakan, gaji perusahaan migas di Indonesia, seperti Pertamina lebih rendah dibandingkan perusahaan migas asing.
"Kalau Petronas mau menggaji sampai Rp 500 juta per bulan, di sini kita tidak mau. Nah Pertamina kan lebih besar dari Petronas. Iya dong," ungkap Ilen di kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (6/7/2013).
Untuk yang bekerja di Petronas, orang-orang asal Indonesia menurut Ilen, menjadi penggerak inti dari kemajuan Petronas selama ini. "Saya tahu mereka adalah penggerak-penggerak inti sebetulnya. Bagian teknisi, konstruksi IT. Kawan kawan saya itu sebenarnya pekerja inti," sebutnya.
Ilen yang saat ini bekerja di Hallibuton Malaysia mengatakan, perusahaan seperti Petronas sudah mempersiapkan secara matang perekrutan orang terbaik Indonesia. Salah satunya adalah dengan menawarkan gaji yang tinggi.
"Sekarang Petronas di sana sudah maju mereka ambil, orang yang ranking di sini diambil sama mereka, dan disuruh menggarap proyek dan berhasil berkembang," ujarnya. Kebanyakan pengusaha Indonesia takut mengaji karyawannya tinggi karena khawatir bila karyawannya banyak uang akan malas bekerja
Seorang alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) bernama Ilen Kardania mengatakan, gaji perusahaan migas di Indonesia, seperti Pertamina lebih rendah dibandingkan perusahaan migas asing.
"Kalau Petronas mau menggaji sampai Rp 500 juta per bulan, di sini kita tidak mau. Nah Pertamina kan lebih besar dari Petronas. Iya dong," ungkap Ilen di kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (6/7/2013).
Untuk yang bekerja di Petronas, orang-orang asal Indonesia menurut Ilen, menjadi penggerak inti dari kemajuan Petronas selama ini. "Saya tahu mereka adalah penggerak-penggerak inti sebetulnya. Bagian teknisi, konstruksi IT. Kawan kawan saya itu sebenarnya pekerja inti," sebutnya.
Ilen yang saat ini bekerja di Hallibuton Malaysia mengatakan, perusahaan seperti Petronas sudah mempersiapkan secara matang perekrutan orang terbaik Indonesia. Salah satunya adalah dengan menawarkan gaji yang tinggi.
"Sekarang Petronas di sana sudah maju mereka ambil, orang yang ranking di sini diambil sama mereka, dan disuruh menggarap proyek dan berhasil berkembang," ujarnya. Kebanyakan pengusaha Indonesia takut mengaji karyawannya tinggi karena khawatir bila karyawannya banyak uang akan malas bekerja
Subscribe to:
Posts (Atom)