Sunday, July 7, 2013

20 Mall Baru Dibuka Di Bekasi Hingga 2016 dan Tingkat Hunian Mencapai 91 Persen

 Bekasi punya potensi. Tentu saja, kalau tidak, mana mungkin pengembang kelas kakap macam Agung Sedayu, Sinarmas Land, Lippo Group dan Summarecon Agung menggarap tapal urban Jakarta ini.

Mereka tak sekadar mengembangkan perumahan, tetapi perumahan skala kota. Lengkap dengan unsur-unsur ekologi sosial kehidupan kota, seperti fasilitas pendidikan, hiburan, ibadah, perkantoran, kawasan ekonomi berbasis industri, hingga ruang ritel komersial.

Selama kurun lima tahun terakhir, yang terjadi di Bekasi bukan hanya sebuah fenomena, melainkan detak kebutuhan nyata (real demand) dari sekitar 2,5 juta penduduk Kota Bekasi dan 4 juta jiwa yang mendiami Kabupaten Bekasi. Merekalah yang "menghidupi" proyek-proyek properti para pengembang kakap tersebut sehingga mengalami lonjakan harga di luar ekspektasi.

Wajar jika akhirnya harga rumah di kawasan ini sudah berada pada hitungan miliaran rupiah per unit. Sebut saja Klaster Vernonia di Summarecon Bekasi yang tembus Rp 2 miliar. Ini merupakan harga terendah untuk tipe 8 x 18 meter persegi. Sementara di Jababeka City, harga rumah sudah berada pada level Rp 1,4 miliar untuk Klaster Beverly Hills dan Oscar.

Saat ini sukar menemukan rumah dengan harga di bawah Rp 500 juta per unit. Kalaupun ada, aksesibilitasnya tak mudah dijangkau. Demikian pula halnya dengan fasilitas yang tak bisa dijamin kondisinya.

Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki, mengatakan, potensi ekonomis Bekasi luar biasa. Daya konsumsi mereka tumbuh pesat. Terbukti, Klaster Vernonia yang baru dilansir April 2013 sudah terserap 80 persen dari total 193 unit.

"Hal ini yang mendorong kami mengembangkan fasilitas tambahan yang sangat dibutuhkan penghuni Summarecon Bekasi sekaligus warga Bekasi keseluruhan, yakni Summarecon Mal Bekasi," ungkap Johannes kepada Kompas.com, Jumat (28/6/2013).

Alasan serupa dikemukakan CEO Gapura Prima, Rudy Margono. Ia mengatakan bahwa masyarakat Bekasi memiliki karakteristik yang unik. Mereka sangat tertarik terhadap hal-hal baru sehingga tak segan membelanjakan uangnya untuk mendapatkan hal baru tersebut.

"Bekasi Trade Center (BTC) yang dikembangkan sepuluh tahun lalu, saat ini menjadi pusat perdagangan penting di Bekasi Timur. Karena kebutuhan akan kios dan komersial lainnya semakin menguat, kami membuka BTC Tahap II dalam kompleks pengembangan BTC City," papar Rudy.

SMB dan BTC Tahap II hanyalah dua contoh dari sejumlah pusat belanja baru yang akan "menyesaki" relung-relung Kota Bekasi. Calon pusat belanja lainnya adalah Grand Metropolitan Mall yang dikembangkan Metland. Saat ini sudah memasuki tahap pekerjaan akhir. Lantas Grand Galaxy Mall milik Agung Sedayu Group yang akan dibuka pada 2014 mendatang.

Menyusul kemudian mal hasil kolaborasi PT Jababeka Tbk dengan PT Plaza Indonesia Realty Tbk di Jababeka City yang baru akan dikembangkan pada 2014. Menurut Presiden Komisaris PT Grahabuana Cikarang, anak usaha Jababeka, Tanto Kurniawan, mal hasil kerja sama tersebut akan beroperasi pada 2016.

Nama-nama tersebut di atas menggenapi jumlah ruang ritel komersial di Bekasi menjadi 20 buah mal hingga 2016 mendatang. Mereka adalah Summarecon Mal Bekasi, Bekasi Cyber Park, BTC I, BTC II, Mega Bekasi Hypermall, Metropolitan Mall, Grand Metropolitan Mall, Grand Galaxy Mall, Bekasi Junction, Bekasi Square, Plaza Jababeka, Mal Lippo Cikarang, Grand Mall Bekasi, Prima Sentra Grosir Bekasi, Cikarang Trade Center, Sentra Grosir Cikarang, Plaza Metropolitan Tambun, Mal Pekayon, Bekasi Town Square, Blue Mall, dan calon mal di Jababeka City.

Rekam jejak menentukan sebuah kesuksesan. Setelah membangun dua pusat belanja dengan tingkat hunian sempurna 100 persen yakni Mal Kelapa Gading 1-5 dan Summarecon Mal Serpong (SMS), PT Summarecon Agung Tbk baru saja membuka Summarecon Mal Bekasi (SMB).

SMB merupakan protofolio komersial ritel terbaru yang berhasil mendapat komitmen tenan pengisi sebanyak 91 persen dari total luas bangunan 80.000 meter persegi. Dari 91 persen tenan tersebut, 75,3 persen di antaranya telah beroperasi pada saat grand opening Jumat (28/6/2013). 

Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki mengatakan konsep pengembangan SMB yang berbeda, mampu menarik minat penyewa. Padahal, harga sewa pusat belanja ini bisa dikatakan tidak murah, sekitar 18 dollar AS per meter persegi per bulan dengan kurs yang dipatok senilai Rp 7.000 per 1 dollar AS (Rp 126.000). Angka sewa ini di luar service charge senilai 11 dollar AS per meter persegi per bulan (Rp 77.000). 

"Para tenan sangat antusias mengisi SMB. Mereka mempertimbangkan MKG 1-5 dan SMS yang lebih dulu beroperasi. Sehingga terdapat fenomena persamaan tenan antara kedua mal tersebut dengan SMB," ungkap Johannes kepada Kompas.com, Jumat (28/6/2013).

Tercatat tenan utama seperti Star Department Store, The FoodHall Supermarket, ACE Hardware, Best Denki dan Cinema XXI yang sudah mulai beroperasi pada hari pertama pembukaan. 

Menurut Direktur Summarecon Agung, Sugianto Nagaria, serupa dengan dua mal sebelumnya, SMB dirancang dengan mengadopsi langgam lifestyle mall. Terutama penekanan pada konsep The DownTown Walk yang merupakan destinasi kuliner lengkap dengan area makan terbuka. The Downtown Walk SMB terdiri atas dua lantai, dilengkapi jaringan internet wifi, LED raksasa berukuran 11 x 8. 

"Ini merupakan SMB Tahap I. Nantinya SMB akan memiliki luas total bangunan mencapai 160.000 meter persegi. Tahun 2014, kami juga akan membuka Harris Hotel yang bangunannya menempel pada SMB," ungkap Sugianto.

Untuk menghadirkan konsep yang terbilang baru di Bekasi ini, Summarecon Agung menginvestasikan dana senilai Rp 580 miliar. Sejumlah Rp 550 miliar di antaranya berasal dari pinjaman Bank Mandiri dan beberapa bank lainnya. 

Dengan beroperasinya SMB ini, Summarecon Agung mengharapkan mendapat tambahan sumber pendapatan berulang yang dihitung per tahun fiskal 2014 senilai Rp 130 miliar. Sehingga   kontribusirecurring income terhadap total revenue menjadi sebesar 30 persen dari sebelumnya 25 persen. 

No comments:

Post a Comment