Ruko mana di seluruh Indonesia ini yang harganya bisa mencapai hitungan puluhan miliar rupiah? Hanya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Adalah Summarecon Agung yang bisa mencapai "prestasi" itu. Mereka menjual kompleks ruko The Kensington Summarecon Kelapa Gading dengan harga transaksi tertinggi Rp 38 miliar. Padahal harga perdana yang ditawarkan hanya Rp 7,2 miliar untuk ukuran 5x17 meter persegi.
Pencapaian tersebut dimungkinkan karena peminat produk yang dilansir pada Maret 2013 tersebut membludak. Sementara jumlah ruko yang dipasarkan terbatas, hanya 41 unit. Istimewanya, ruko dengan dengan harga transaksi (dealing price) Rp 38 miliar tersebut didapatkan dengan mekanisme lelang.
Direktur Utama Summarecon Agung, Johannes Mardjuki, mengatakan, pembeli The Kensington Summarecon Kelapa Gading memang beragam, dengan latar belakang berbeda. Namun, kesamaannya adalah mereka para pebisnis dengan motif investasi.
"Seluruh 41 unit ruko tersebut terjual secara bersamaan dalam satu momen peluncuran (launching)," ungkap Johannes, di Jakarta, Rabu (3/7/2013). Dari hasil penjualan ruko tersebut, Summarecon Agung meraup Rp 570 miliar. Angka yang cukup signifikan kontribusinya terhadap total marketing sales Rp 975 miliar!
Menarik dicermati, mengapa harga satu unit ruko bisa setinggi itu? Kelapa Gading, menurut Johannes, mengalami defisit pasok ruko. Padahal kawasan ini sangat prospektif untuk berbisnis jasa, makanan, otomotif atau pun perbankan. Selain itu, "Reputasi pengembang juga menentukan," imbuh Johannes.
Kepala Naga
Meski sempat tenggelam akibat banjir besar 2007 silam, tak menyurutkan pamor Kelapa Gading, Jakarta Utara, sebagai "kepala naga". Kawasan ini justru semakit melesat pertumbuhannya dan menjadi incaran pemburu rente.
Setahun setelah peristiwa air bah itu, harga lahan dan properti di sana secara bertahap menunjukkan kenaikan. Awalnya hanya 5 persen pada 2008, kemudian melonjak 10 persen setahun kemudian, hingga akhirnya pertumbuhan aktual mencapai 25 persen. Saat ini, harga lahan untuk kepentingan komersial telah mencapai Rp 100 juta per meter persegi.
Akan tetapi, pengamat pemasaran properti Matius Jusuf berpendapat, orang yang sanggup membeli ruko seharga Rp 38 miliar itu bukan investor murni yang berharap imbal hasil (yield) atau keuntungan (capital gain). Ia hanyalah orang yang memiliki kelebihan likuiditas, dan tidak memiliki motif berbisnis.
"Sebab, kalau ruko yang dibelinya kemudian ia gunakan sebagai tempat usaha membuka kedai makanan atau sektor jasa lainnya, balik modal akan butuh waktu lama. Paling minimal, ia harus membuka rukonya ini debagai ruang pamer mobil mewah buatan Eropa atau Amerika," tandas Matius.
Satu-satunya motif yang dimiliki pembeli ini adalah "emosional" untuk diakui publik bahwa ia sanggup membeli properti setinggi apa pun harganya (kepentingan status sosial).
Namun, apap pun itu, pasca keberhasilan The Kensington, Summarecon Agung tengah bersiap melansir produk baru di atas bank tanah mereka seluas 10 hektar. Produk baru tersebut, menurut Johannes, lebih kepada high rise project yakni apartemen dan perkantoran.
No comments:
Post a Comment