Direktur Utama Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) Himawan Arief Sugoto mengatakan, dengan menghuni apartemen atau rumah susun sederhana milik (rusunami) yang dekat dengan pusat ekonomi, pola perjalanan rakyat akan berubah. Rusunami cocok untuk menjawab tantangan ketersediaan hunian bagi rakyat kurang mampu sampai yang berpenghasilan menengah di kawasan Jabodetabek.
Demikian diungkapkan Hiwaman dalam jumpa pers seusai peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013). Himawan mencontohkan pembangunan Rusunami Grand Center Point pada lahan 1,3 hektar di kawasan amat strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Menurut dia, karena jarak tempat tinggal dan tempat kerja dekat, rakyat bisa didorong untuk memakai transportasi massal atau malah sepeda dan jalan kaki daripada memakai kendaraan pribadi. Dengan asumsi ketersediaan transportasi massal juga prima, sistem ini akan berhasil mengurai keruwetan lalu lintas.
Di sisi lain, Himawan mengakui, harga jual hunian terus naik. Masyarakat berpenghasilan pas-pasan terdesak hidup ke pinggiran Ibu Kota di rumah amat sederhana. Padahal, jarak rumah dengan Ibu Kota jauh sehingga pengeluaran transportasi jadi mahal, energi dan waktu banyak terbuang.
Masalahnya, pembangunan rusunami belum mendapat campur tangan pemerintah, misalnya dalam hal seleksi penghuni, bantuan prasarana, dan fasilitas. Harga hunian juga terus naik karena inflasi dan akibat kenaikan harga BBM.
"Sebagian subsidi BBM sebaiknya dialihkan untuk pembangunan rusunami bagi masyarakat yang memerlukan," kata Himawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Perumnas baru saja melakukan tahap peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013) kemarin. Rusunami di lahan 1,3 hektar itu berada di kawasan strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Di lokasi tersebut dibangun Blok A-B-C-D dengan harga jual sekitar Rp 190 juta per unit tipe studio. Sementara tipe dua kamar seharga Rp 230 juta per unit.
"Kalau dibangun oleh pengembang biasa, harga jualnya jelas berkali-kali lipat untuk kawasan yang premium seperti ini," katanya.
Di lokasi itu dibangun Blok A-B terdiri atas 870 hunian dan 102 kios yang sudah terjual semua. Saat ini, pembangunan Blok C-D terdiri atas 972 unit, 164 kios, dan 40 sentra makanan sudah mencapai 70 persen. Sebanyak 448 hunian Blok C sudah terjual, sementara yang sudah terjual di di Blok D mencapai 362 hunian dari 504 hunian atau 72 persen.
Empat blok rusunami itu mampu menampung 5.600 orang dengan asumsi per unit untuk 3 orang. Jika dibangun perumahan horizontal, paling banyak bisa untuk 200 rumah tipe sederhana, dengan asumsi sama, cuma mampu menampung 600 orang. Pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) dirasakan cocok untuk menjawab tantangan ketersediaan hunian bagi rakyat kurang mampu sampai yang berpenghasilan menengah di kawasan Jabodetabek. Namun, pemerintah perlu campur tangan dengan subsidi agar harga unit hunian tersebut terjangkau.
Demikian diutarakan oleh Direktur Utama Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) Himawan Arief Sugoto dalam jumpa pers seusai peletakan material akhir atap (topping off) Blok C-D Rusunami Grand Center Point Kota Bekasi, Rabu (19/6/2013). Himawan menyontohkan pembangunan rusunami Grand Center Point pada lahan 1,3 hektar di kawasan amat strategis, Jalan Ahmad Yani, Bekasi, yang dipandang sebagai etalase Kota Bekasi.
Di lokasi tersebut dibangun Blok A-B-C-D dengan harga jual sekitar Rp 190 juta per unit tipe studio. Sementara tipe dua kamar seharga Rp 230 juta per unit.
"Kalau dibangun oleh pengembang biasa, harga jualnya jelas berkali-kali lipat untuk kawasan yang premium seperti ini," katanya.
Di lokasi itu dibangun Blok A-B terdiri atas 870 hunian dan 102 kios yang sudah terjual semua. Saat ini, pembangunan Blok C-D terdiri atas 972 unit, 164 kios, dan 40 sentra makanan sudah mencapai 70 persen. Sebanyak 448 hunian Blok C sudah terjual, sementara yang sudah terjual di di Blok D mencapai 362 hunian dari 504 hunian atau 72 persen.
Empat blok rusunami itu mampu menampung 5.600 orang dengan asumsi per unit untuk 3 orang. Jika dibangun perumahan horizontal, paling banyak bisa untuk 200 rumah tipe sederhana, dengan asumsi sama cuma mampu menampung 600 orang.
Himawan mengatakan, serah terima uni di Blok C-D ditargetkan pada Desember 2013 nanti. Kedua blok itu termasuk dalam 25 blok yang dibangun oleh Perumnas sejak berkomitmen dalam program pembangunan 1.000 menara rusunami pada 2007.
Perumnas berkomitmen membangun 200 blok di Jabodetabek. Tahun ini, Perumnas sedang membangun 5 blok di Sentra Timur, Jakarta Timur, yang pembangunan 3 blok di antaranya diklaim sudah 70 persen, 12 blok di Cengkareng, Jakarta Barat, dan berupaya memulai membangun 2 blok di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Perumnas juga sedang menawarkan pembangunan kembali rusunami Tanah Abang, Kebon Kacang, dan Klender yang kondisinya sudah kurang terawat. Dari rusunami empat lantai tanpa lift, penghuni ditawarkan agar kompleks itu dibangun kembali lebih tinggi dan berfasilitas lebih lengkap.
"Kami juga terlibat dalam program kampung deret yang dicanangkan Pemprov DKI Jakarta," kata Himawan.
No comments:
Post a Comment