Bank Dunia memperkirakan PDB riil Asia Timur akan tetap tumbuh sebesar 8,2 persen pada tahun ini, meskipun pertumbuhan ekonomi negara-negara di wilayah ini mulai melambat seiring dengan melemahnya permintaan eksternal (ekspor) karena krisis Eropa. Adapun tahun 2012, kawasan ini diperkirakan tumbuh sebesar 7,8 persen.
Hal ini merupakan salah satu bagian dalam laporan Bank Dunia mengenai perkembangan terkini ekonomi Asia dan Pasifik, yang diluncurkan hari ini, Selasa ( 22/11/2011 ) . "Pertumbuhan yang lebih rendah di Eropa dengan adanya penghematan fiskal dan kebutuhan bank-bank untuk meningkatkan cakupan modal akan mempengaruhi Asia Timur," ucap Bert Hofman, Kepala Ekonomi Bank Dunia untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik, via telekonferensi dari Singapura, Selasa.
Menurut Bert, aliran modal ke Asia Timur tersebut bisa terganggu karena penurunan kredit bank-bank Eropa. Perlambatan pertumbuhan di wilayah ini, terang Bert, terlihat jelas pada bidang produksi industri. Ekspor sejumlah perusahaan besar di bidang elektronik, mulai menurun. Ini terjadi seiring dengan menurunnya permintaan dari negara-negara maju.
Namun demikian, terang dia, ekonomi negara-negara di wilayah Asia Timur ini akan terlindungi oleh tingginya cadangan devisa dan surplus neraca berjalan. Sehingga sekalipun melambat, ekonomi Asia Timur masih tetap tumbuh.
Ke depannya, pertumbuhan Asia Timur masih akan dihambat oleh ketidakpastian global. Dampak dari bencana alam juga menjadi faktor penghambat lainnya. Kondisi ini, ungkap Bert, bisa menimbulkan kekhawatiran terhadap 38 juta jiwa penduduk di Asia Timur yang sedang bergerak keluar dari kemiskinan pada akhir tahun ini.
"Kami (Bank Dunia) memiliki kekhawatiran akan potensi dampak situasi ekonomi global terhadap mereka yang lemah di wilayah tersebut, karena upaya pengentasan kemiskinan dapat terhambat oleh peristiwa-peristiwa seperti lonjakan harga bahan pangan secara tiba-tiba, bersama dengan perlambatan pertumbuhan pendapatan," tambah Bert.
No comments:
Post a Comment