Monday, November 7, 2011

BI Optimistis Rupiah Di Level Aman Walau Banyak Sentimen Negatif Krisis Eropa

 Bank Indonesia (BI) optimistis posisi nilai tukar rupiah masih dalam kondisi aman karena secara fundamental Indonesia memiliki ekonomi yang kuat dan kondusif.

Demikian diungkapkan Directory of Economic Research and Monetary Policy BI, Darsono, di Jakarta, Kamis.

Menurut Darsono, penurunan nilai tukar rupiah yang sempat terjadi, bila dibandingkan terhadap dolar AS merupakan dinamika jangka pendek.

"Ini dinamika jangka pendek, karena secara fundamental rupiah kita masih kuat. Untuk fiskal, defisitnya saja masih kecil jadi tidak ada alasan rupiah tertekan," tegasnya.

Ke depan, lanjut Darsono, pihaknya optimistis dapat terus menjaga nilai tukar rupiah di level aman.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Kamis (3/11), kembali melemah. 

Dolar sempat menembus Rp9.000 akibat sentimen ketidakpastian penyelamatan krisis utang Eropa. 

Posisi rupiah ini merupakan yang terendah dalam satu bulan terakhir, setelah sepanjang bulan lalu Bank Indonesia berhasil menjaga dolar di bawah Rp9.000.

"Melemahnya rupiah karena adanya sentimen negatif Eropa," terangnya. 


 Nilai tukar rupiah yang diperdagangkan terhadap dolar AS antarBank Jakarta pada Rabu pagi belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp8.845.

Analis pasar uang Monex Investindo Futures, Johanes Ginting di Jakarta mengatakan pembatalan pertemuan menteri keuangan Uni Eropa yang akan berlangsung hari Rabu.

Namun, kata dia, harapan investor terhadap kesepakatan yang mungkin dicapai para pemimpin Eropa dalam konferensi pertemuan menteri keuangan masih mampu membatasi penurunan rupiah.

Ia mengemukakan, Kanselir Jerman mengatakan Jerman menentang sebuah frase dalam draft pertemuan menkeu Uni Eropa yang menyerukan Bank Sentral Eropa untuk melanjutkan pembelian obligasi negara-negara seperti Italia dan Spanyol.

"Sebagian pasar masih percaya bahwa KTT akan membuahkan kesepakatan yang layak, namun sebagian lainnya mulai mempertimbangkan adanya resiko kekecewaan," kata dia.

Ia mengatakan, mata uang rupiah tidak akan memperoleh banyak momentum positif jika ternyata hasil KTT tidak mengatasi salah satu masalah yang berkembang.

"Tekanan turun akan kian bertambah seiring ketidakpastian mengenai langkah yang akan diambil petinggi Eropa untuk mengatasi krisis hutang," kata dia.

Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, nilai tukar rupiah masih tetap stabil seiring Bank Indonesia (BI) terus menerus masuk dan mengintervensi pasar.

Selain menjual dolar AS, lanjut dia, BI juga membeli surat utang negara. Tekanan rupiah relatif lebih tajam dibandingkan dengan tekanan mata uang Asia lainnya, diduga karena kegiatan spekulatif dengan menggunakan instrumen `non delivery forward` (NDF) rupiah sehingga mempengaruhi harga spot kurs rupiah terhadap dolar AS.

Ia mengatakan, BI mendeteksi kegiatan itu dan terus mengguyur pasar dengan menjual dolar AS. Keberhasilan ini memberi efek positif keyakinan investor terhadap pasar Indonesia, terlihat masih stabilnya indeks harga saham gabungan (IHSG).

Sementara, hingga pukul 10.00 WIB nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada dalam posisi Rp8.865 atau melemah 20 poin dari posisi sebelumnya Rp8.845.

No comments:

Post a Comment