Lembaga konsultan properti, Savills mencatat tingkat kekosongan ruang ritel sewa pusat perbelanjaan mal di Jakarta secara rata-rata naik ke angka 10,8%. Meski dianggap masih dalam taraf wajar, namun kenaikan jumlah tersebut telah terjadi sejak tahun 2014 lalu.
Mal dengan kategori middle up menjadi yang paling tinggi tingkat kekosongannya sebesar 19,5%, naik dari 16,1% pada tahun 2016. Mal dengan kategori tersebut, contohnya adalah Mall of Indonesia Kelapa Gading dan juga Blok M Plaza. "Tingkat vacancy (kekosongan) di pusat perbelanjaan di Jakarta mencapai sekitar 10,8%. Kalau dibanding akhir tahun lalu ini naik sedikit," kata Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus dalam jumpa pers di Panin Tower, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Terjadinya tingkat kekosongan yang tinggi pada kategori tersebut disebabkan adanya kelimpahan suplai. Seperti diketahui, mal-mal di Jakarta didominasi oleh mal dengan kategori middle up (42%), dan diikuti oleh mal kategori upper (31%), high end (14%) dan middle low (13%).
Ruang ritel sewa lainnya yang mengalami penurunan tingkat keterisian adalah mal kategori high end yang naik dari 2,8% menjadi 3,1%. Mal dengan kategori tersebut adalah Plaza Indonesia dan Pacific Place. Sedangkan mal kategori middle low dan upper, tercatat mengalami penurunan tingkat kekosongan masing-masing menjadi 7,3% dan 4,9%.
Adapun kenaikan jumlah kekosongan tersebut disebabkan oleh adanya tambahan suplai baru di semester akhir 2016 lalu. Mal-mal baru yang dibuka pada tahun tersebut seperti Pantai Indah Kapuk Avenue dan Neo Soho. Tingkat kekosongan (vacancy) ruang sewa ritel pusat perbelanjaan mal di Jakarta diprediksi bakal terus naik hingga tahun 2019 mendatang. Sama halnya dengan yang terjadi pada gedung perkantoran.
Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus mengatakan, jumlah vacancy ruang sewa ritel di Jakarta bakal naik hingga ke angka 15% sampai tahun 2019. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tambahan pasokan di tengah jumlah penyerapan yang diprediksi masih lambat.
"Outlooknya, untuk tahun ini diperkirakan ada tambahan pasokan sekitar 120 ribu m2, dengan proyeksi permintaan sekitar 50 ribu m2. Kita memperkirakan, tingkat vacancy akan sedikit naik ke level antara 11-12%," kata Anton dalam jumpa pers di Panin Tower, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
"Lalu akan terus naik lagi di tahun depan sekitar 15% akibat pertumbuhan pasokan yang cukup signifikan tahun depan," jelasnya. Tahun depan, diperkirakan ada tambahan suplai baru sekitar 250 ribu m2 untuk ruang ritel yang akan masuk ke pasar. Begitu pula hingga 2019 mendatang. Adapun ruang ritel yang bakal mengalami kenaikan suplai menurutnya akan datang dari mal kelas upper dan middle up.
"Namun untuk proyeksi dari harga sewa, kita memperkirakan bahwa ini masih akan kurang lebih stabil. Mal kategori high end mungkin akan naik tapi tidak terlalu signifikan," tukasnya.
Tak hanya pasar gedung perkantoran Jakarta yang mengalami kenaikan tingkat kekosongan, hal yang sama juga terjadi pada pusat perbelanjaan modern atau shopping mall di Jakarta. Tingkat kekosongan area tenant di mal di Jakarta bergerak naik ke angka 10,8% pada semester I-2017 dari sebelumnya 10,3% di semester II-2016.
Kenaikan tingkat kekosongan tersebut disebabkan oleh rendahnya serapan permintaan sewa mal pada semester ini. Jumlah serapan permintaan pada semester I-2017 hanya 7.100 m2, sedangkan suplai baru mencapai 22.500 m2.
"Sektor ritel ini di Jakarta, walaupun transaksi yang ada di pasar enggak banyak, permintaan juga lagi agak sedikit melemah atau pending, tetapi karena pasokan yang baru juga enggak ada, jadi tingkat vacancy (kekosongan) di pusat perbelanjaan di Jakarta mencapai sekitar 10,8% walaupun kalau dibanding akhir tahun lalu ini naik sedikit," kata Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus dalam jumpa pers di Panin Tower, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Meski angka 10,8% masih menunjukkan angka yang normal, namun jumlah ini terhitung masih cukup besar dengan total suplai ruangan ritel mal di Jakarta mencapai 3 juta m2. Dari segi tingkat kekosongan per segmen, yang paling tinggi ruang kosongnya adalah mal kategori middle up, yang tingkat kekosongannya mencapai 19,5%, kategori middle low 7,3%, upper menyentuh 4,9%, sementara yang high end stabil di kisaran 3%.
"Penyerapan sangat minim sekali. Di kuartal I itu penyerapan negatif, di kuartal II itu sudah positif tapi masih sangat minim. Vacancy-nya jadinya agak sedikit terangkat," tukasnya. Lembaga konsultan properti, Savills mencatat terjadinya kenaikan tingkat kekosongan gedung perkantoran di area Central Business District (CBD) pada semester I 2017. Tingkat kekosongan (vacancy) pasar perkantoran di area CBD mencapai 18,4% atau naik 2,7% dibanding semester sebelumnya.
Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus mengatakan, kenaikan tingkat kekosongan tersebut lantaran adanya tambahan suplai dan berpindahnya sejumlah perusahaan ke gedung perkantoran area baru. Adapun ruang perkantoran grade premium menjadi yang paling yang paling banyak turun sementara ruang kantor di grade A, B dan C naik.
"Pasokan sekarang berlimpah. Semester I total ada pasokan 270 ribu m2, di mana penyerapan ruang kantor tidak sampai 63 ribu m2 atau hanya sekitar 1/3. Itu membuat tingkat kekosongan naik ke 18,4% dari total pasokan yang masih kosong," katanya dalam jumpa pers di Panin Tower, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Namun demikian, meski tingkat kekosongan naik, jumlah permintaan untuk ruang perkantoran pada semester I mengalami kenaikan. Tingkat penyerapan ruang kantor pada semester I 2017 mencapai 72 ribu m2 yang didukung oleh banyaknya tenan-tenan yang pindah ruang perkantoran ke grade A.
Sementara itu, harga sewa kantor di area Central Business District (CBD) Jakarta pada semester I tahun ini turun tipis sebesar 0,8% dibanding satu semester sebelumnya. Secara rata-rata, harga sewa kantor di area CBD Jakarta turun ke angka Rp 213.000 per m2. Penurunan harga sewa terjadi pada setiap jenis tingkatan kantor, mulai dari kelas premium hingga kelas C.
Menurut Anton, tingkat kekosongan ruang kantor di daerah CBD akan terus bertambah hingga tahun 2020 nanti seiring dengan pasokan ruangan baru yang akan terus bertambah hingga menjadi 1,8 juta m2. Tingkat kekosongan baru baru akan naik kembali setelah tahun 2019.
"Kalau pasokan yang direncanakan selesai sesuai dengan jadwal, menurut kita permintaannya tidak akan sampai 200 ribu m2. Ini membuat vacancy (tingkat kekosongan) akan terus naik sampai 25% sampai 2020. Artinya kemungkinan untuk mendapatkan ruang kantor pun akan semakin gampang dan bargain untuk sewa juga makin tinggi," tukasnya.
No comments:
Post a Comment