Seribuan orang ke sana tiap hari hendak membeli sepatu dan perlengkapan merk Nike, karena sedang ada bazar yang digelar dari sampai 27 Agustus 2017 yang menawarkan diskon sampai 90 persen. Namun sepadankah harga diskon yang sampai 200 ribuan dari harga awal 2 jutaan itu dengan usaha antre dan desak-desakan demi mendapatkan sepatu?
Untuk mecari tahu menyambangi langsung Grand Indonesia. Benar saja, di lantai 5 Grand Indonesia tepatnya di Exhibition Hall banyak orang yang mengantre untuk masuk. Lokasi itu dikelilingi tali-tali pembatas dan pintu masuknya dijaga petugas keamanan. Saat mencoba masuk, salah satu penjaga mengatakan bahwa setiap pengunjung harus terlebih dahulu ke lantai 3A area parkir untuk mendapatkan cap.
Sementara itu, Andike mengaku kaget saat mengetahui dirinya harus mengantre untuk mendapat cap. Sebenarnya ia kemarin sudah bertandang ke mal demi bazaar, tapi apa daya, antrean yang membludak membuat ia harus mengurungkan niat. "Penasaran, harga Rp2 juta-an jadi Rp800 ribu. Kapan lagi dapat sepatu murah. Diskonnya sampai 90 persen, tapi buat yang pakai kartu kredit," katanya.
Bahkan, pihak penyelenggara, salah satu distributor Nike Air Indonesia mengaku, terperanjat kaget melihat antusiasme masyarakat yang rela antre berjam-jam demi mendapatkan produk sepatu asal Amerika Serikat (AS) tersebut. Kondisi ini berlawanan dengan tren konsumen yang dianggap sedang 'puasa' belanja.
"Kami tidak menyangka pengunjung bakal seramai itu. Begitu kami melihat animo pengunjung seperti itu, sekarang kami atur (sistem kunjungannya)," tutur sumber yang enggan disebutkan namanya, Rabu (23/8). Selama acara berlangsung, penyelenggara menawarkan sekitar 27 ribu produk. Sebagian besar produk adalah sepatu olah raga. Kemudian, kaus, topi, serta perlengkapan olah raga lainnya.
Potongan harga tertinggi yang ditawarkan mencapai 90 persen dari harga normal. Pengunjung bisa mendapatkan diskon tambahan apabila berbelanja dengan kartu kredit besutan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. "Kisaran harga setelah diskon, paling murah Rp399 ribu dan paling mahal kami ada Rp1,9 juta," katanya.
Berdasarkan pantauan, pengunjung yang ingin masuk ke area bazaar harus mendapatkan stempel terlebih dahulu. Setelah masuk, pengunjung diberikan waktu selama kurang lebih setengah jam untuk memilih produk dan membayar. Bagi pengunjung yang sudah keluar dari area bazaar tidak diperkenankan masuk lagi.
Penyelenggara juga memberlakukan sistem buka tutup dalam memasukkan pengunjung ke area bazaar. Hal ini dilakukan agar kondisi tidak terlalu padat di dalam area bazaar. Yoyok Bagoes (28), salah satu pengunjung bazaar mengaku, tergiur dengan diskon yang ditawarkan. Informasi tersebut diperolehnya dari pesan viral melalui aplikasi Whatsapp. Karenanya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai teknisi IT ini rela mengantre dari pukul 10 pagi, ketika mal dibuka, hingga pukul 15 WIB.
"Sebenarnya, saya ingin cari sepatu bola, tetapi tidak ada. Akhirnya, saya beli kaus, celana, dan kaus kaki. Memang murah sih," terang dia. Menurut Yoyok, acara diskon barang bermerek perlu lebih sering dilakukan untuk menarik minat belanja masyarakat. Selain itu, penyelenggaraan acara juga perlu disebar di berbagai tempat.
"Kalau bisa disebar acaranya,tidak hanya di satu tempat. Kalau seperti ini, kasihan yang bawa anak-anak," imbuhnya. Cerita berbeda datang dari Mei (23). Ia lebih memilih untuk menitipkan uang kepada teman dibandingkan harus mengantre. Ia mengaku, tertarik dengan Nike Bazaar. Sebagai anak kuliah, ia merasa harus lebih pintar dalam mengatur keuangan. Salah satu cara, menyiasati uang jajan yang terbatas dengan mengejar diskon.
"Harga asli Nike Air kan lumayan mahal. Di acara ini, harganya lumayan turun," ucapnya.
Sebelumnya, Survei Nielsen melansir, Indonesia menjadi negara paling optimis ketiga di dunia, setelah Filipina dan India. Hal ini tercermin dari meningkatnya Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) di Indonesia, yakni dari 120 poin persentase pada akhir tahun lalu menjadi 121 pada kuartal kedua tahun ini. Sayangnya, persepsi konsumen akan keinginan berbelanja melorot dari 59 ke 57 poin.
Menurut Nielsen, Tingkat Keyakinan Konsumen (TKK) global menunjukkan tren peningkatan, seiring dengan terus tumbuhnya optimisme di banyak negara. TKK ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni persepsi konsumen akan prospek lapangan kerja, kondisi keuangan pribadi, termasuk keinginan berbelanja. Semuanya dinilai dalam 12 bulan ke depan.
Ricuhnya bazaar Nike di Grand Indonesia, Jakarta memang sangat disayangkan. Karena tak sabar, para pemburu diskon pun akhirnya menjebol pintu toko. Kekacauan ini membuat pihak penyelenggara bazaar sepatu ini akhirnya melakukan serangkaian antisipasi soal antrean agar tak terjadi kericuhan. Demi ketertiban acara bazaar, pihak penyelenggara bazaar sepatu memberlakukan sistem buka-tutup antrean serta pemberian cap pada pengunjung bazaar.
Salah satu staf operasional bazaar, Chims mengatakan sistem cap ini mulai diberlakukan hari ini. "Hari pertama berjalan normal, kemudian hari kedua ada dorong-dorongan gitu. Baru hari ketiga ada sistem stempel," katanya, di area parkir mal Grand Indonesia, Rabu (23/8).
Selain itu mereka juga melakukan serangkaian antisipasi dengan memperpanjang dan melancarkan alur antrean. Berdasar pengamatan, ratusan orang rela mengantre di area parkir mobil lantai 5 di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat ini. Di area parkir ini, mereka mengantre demi mendapat stempel agar dapat mengakses bazaar Nike.
“Hari ini kita sudah berlakukan sistem antrean yang lebih kondusif, jadi (antrean) dimulai dari parkiran jadi orang tidak dorong-dorongan,” kata Dinia, Public Relation Grand Indonesia. Sebelumnya, antrean dimulai dari lantai lima mal tersebut.
Pada Rabu (23/8), Chims menambahkan, jam buka area bazaar kemungkinan hanya sampai pukul 21.00 walau operasional mal hingga pukul 22.00. "Ini untuk antisipasi sih, takutnya di dalam masih banyak pengunjung, makanya cuma sampai jam 21.00," ucapnya. Dari pengamatan, pengunjung harus mengantre untuk mendapat cap di area parkir mobil lantai 5. Tak tanggung-tanggung, antrean begitu panjang dan mengular di area parkir.
Sejumlah petugas keamanan mal disiagakan untuk menjaga ketertiban antrean.
Terkait pengamanan, public relation Grand Indonesia, Dinia mengungkapkan bahwa petugas keamanan di bazaar ini merupakan gabungan dari petugas keamanan pihak penyelenggara dan juga mal. Salah satu staf keamanan yang enggan disebutkan namanya menuturkan, antrean sudah ada sejak pukul 06.00 WIB.
Salah satu pengunjung bazaar, Christian Okta mengatakan, dirinya sudah antre sejak pukul 09.00 WIB. Ia rela mengantre demi mendapat sepatu berlabel prestisius dengan harga ‘merakyat’. "Lagi cari sepatu buat kuliah. Minat sih sama merek lain, tapi ini mumpung diskon sampai 90 persen. Ya mahasiswa, cari yang murah," ujar mahasiswa yang berdomisili di Cipete, Jakarta Selatan ini.
"Kami tidak menyangka pengunjung bakal seramai itu. Begitu kami melihat animo pengunjung seperti itu, sekarang kami atur (sistem kunjungannya)," tutur sumber yang enggan disebutkan namanya, Rabu (23/8). Selama acara berlangsung, penyelenggara menawarkan sekitar 27 ribu produk. Sebagian besar produk adalah sepatu olah raga. Kemudian, kaus, topi, serta perlengkapan olah raga lainnya.
Potongan harga tertinggi yang ditawarkan mencapai 90 persen dari harga normal. Pengunjung bisa mendapatkan diskon tambahan apabila berbelanja dengan kartu kredit besutan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. "Kisaran harga setelah diskon, paling murah Rp399 ribu dan paling mahal kami ada Rp1,9 juta," katanya.
Berdasarkan pantauan, pengunjung yang ingin masuk ke area bazaar harus mendapatkan stempel terlebih dahulu. Setelah masuk, pengunjung diberikan waktu selama kurang lebih setengah jam untuk memilih produk dan membayar. Bagi pengunjung yang sudah keluar dari area bazaar tidak diperkenankan masuk lagi.
Penyelenggara juga memberlakukan sistem buka tutup dalam memasukkan pengunjung ke area bazaar. Hal ini dilakukan agar kondisi tidak terlalu padat di dalam area bazaar. Yoyok Bagoes (28), salah satu pengunjung bazaar mengaku, tergiur dengan diskon yang ditawarkan. Informasi tersebut diperolehnya dari pesan viral melalui aplikasi Whatsapp. Karenanya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai teknisi IT ini rela mengantre dari pukul 10 pagi, ketika mal dibuka, hingga pukul 15 WIB.
"Sebenarnya, saya ingin cari sepatu bola, tetapi tidak ada. Akhirnya, saya beli kaus, celana, dan kaus kaki. Memang murah sih," terang dia. Menurut Yoyok, acara diskon barang bermerek perlu lebih sering dilakukan untuk menarik minat belanja masyarakat. Selain itu, penyelenggaraan acara juga perlu disebar di berbagai tempat.
"Kalau bisa disebar acaranya,tidak hanya di satu tempat. Kalau seperti ini, kasihan yang bawa anak-anak," imbuhnya. Cerita berbeda datang dari Mei (23). Ia lebih memilih untuk menitipkan uang kepada teman dibandingkan harus mengantre. Ia mengaku, tertarik dengan Nike Bazaar. Sebagai anak kuliah, ia merasa harus lebih pintar dalam mengatur keuangan. Salah satu cara, menyiasati uang jajan yang terbatas dengan mengejar diskon.
"Harga asli Nike Air kan lumayan mahal. Di acara ini, harganya lumayan turun," ucapnya.
Sebelumnya, Survei Nielsen melansir, Indonesia menjadi negara paling optimis ketiga di dunia, setelah Filipina dan India. Hal ini tercermin dari meningkatnya Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) di Indonesia, yakni dari 120 poin persentase pada akhir tahun lalu menjadi 121 pada kuartal kedua tahun ini. Sayangnya, persepsi konsumen akan keinginan berbelanja melorot dari 59 ke 57 poin.
Menurut Nielsen, Tingkat Keyakinan Konsumen (TKK) global menunjukkan tren peningkatan, seiring dengan terus tumbuhnya optimisme di banyak negara. TKK ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni persepsi konsumen akan prospek lapangan kerja, kondisi keuangan pribadi, termasuk keinginan berbelanja. Semuanya dinilai dalam 12 bulan ke depan.
Ricuhnya bazaar Nike di Grand Indonesia, Jakarta memang sangat disayangkan. Karena tak sabar, para pemburu diskon pun akhirnya menjebol pintu toko. Kekacauan ini membuat pihak penyelenggara bazaar sepatu ini akhirnya melakukan serangkaian antisipasi soal antrean agar tak terjadi kericuhan. Demi ketertiban acara bazaar, pihak penyelenggara bazaar sepatu memberlakukan sistem buka-tutup antrean serta pemberian cap pada pengunjung bazaar.
Salah satu staf operasional bazaar, Chims mengatakan sistem cap ini mulai diberlakukan hari ini. "Hari pertama berjalan normal, kemudian hari kedua ada dorong-dorongan gitu. Baru hari ketiga ada sistem stempel," katanya, di area parkir mal Grand Indonesia, Rabu (23/8).
Selain itu mereka juga melakukan serangkaian antisipasi dengan memperpanjang dan melancarkan alur antrean. Berdasar pengamatan, ratusan orang rela mengantre di area parkir mobil lantai 5 di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat ini. Di area parkir ini, mereka mengantre demi mendapat stempel agar dapat mengakses bazaar Nike.
“Hari ini kita sudah berlakukan sistem antrean yang lebih kondusif, jadi (antrean) dimulai dari parkiran jadi orang tidak dorong-dorongan,” kata Dinia, Public Relation Grand Indonesia. Sebelumnya, antrean dimulai dari lantai lima mal tersebut.
Pada Rabu (23/8), Chims menambahkan, jam buka area bazaar kemungkinan hanya sampai pukul 21.00 walau operasional mal hingga pukul 22.00. "Ini untuk antisipasi sih, takutnya di dalam masih banyak pengunjung, makanya cuma sampai jam 21.00," ucapnya. Dari pengamatan, pengunjung harus mengantre untuk mendapat cap di area parkir mobil lantai 5. Tak tanggung-tanggung, antrean begitu panjang dan mengular di area parkir.
Sejumlah petugas keamanan mal disiagakan untuk menjaga ketertiban antrean.
Terkait pengamanan, public relation Grand Indonesia, Dinia mengungkapkan bahwa petugas keamanan di bazaar ini merupakan gabungan dari petugas keamanan pihak penyelenggara dan juga mal. Salah satu staf keamanan yang enggan disebutkan namanya menuturkan, antrean sudah ada sejak pukul 06.00 WIB.
Salah satu pengunjung bazaar, Christian Okta mengatakan, dirinya sudah antre sejak pukul 09.00 WIB. Ia rela mengantre demi mendapat sepatu berlabel prestisius dengan harga ‘merakyat’. "Lagi cari sepatu buat kuliah. Minat sih sama merek lain, tapi ini mumpung diskon sampai 90 persen. Ya mahasiswa, cari yang murah," ujar mahasiswa yang berdomisili di Cipete, Jakarta Selatan ini.
No comments:
Post a Comment