Sunday, August 27, 2017

Ramayana Tutup 8 Gerai Karena Merugi

Rencana PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk menutup delapan gerainya, esok hari, Senin (28/8) bukan tanpa alasan. Unit bisnis supermarket jaringan ritel pemilik merek Ramayana, Robinson, serta Cahaya, disebut-sebut merugi. Menilik laporan keuangan perseroan, perolehan laba bersihnya mencapai Rp368,77 miliar per Juni 2017. Realisasi ini tercatat tumbuh 45,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp254,05 miliar.

Kendati mendulang untung, pendapatan penjualan emiten dengan kode RALS ini cuma meningkat 9,79 persen. Yakni, dari Rp3,15 triliun pada semester I 2016 menjadi sebesar Rp3,46 triliun pada periode yang sama tahun ini. Yang patut menjadi perhatian, aset dan liabilitas perseroan tumbuh beriringan sebesar Rp5,82 triliun atau naik 25,3 persen. Utang pihak ketiga dan utang pajak paling membebani kewajiban perseroan.

Sumber menyebut, manajemen terpaksa menyetop operasional delapan gerai divisi supermarket karena merugi. Namun demikian, unit bisnis ini cuma bagian kecil dari kalau dibandingkan dengan unit department store. Rata-rata pekerja di gerai supermarket sekitar tiga orang hingga 21 orang, bergantung skala usaha masing-masing toko. Itu pun, manajemen tak terlalu khawatir, mengingat gerai supermarket yang ditutup akan dialihkan ke unit bisnis fesyen.

Sekretaris Perusahaan Ramayana Setiadi Surya mengatakan, seluruh gerai yang ditutup merupakan bisnis supermarket. "Namun, tidak sepenuhnya ditutup, karena beralih fungsi menjadi department store. Tokonya tetap ada," ujarnya. Sebelumnya, ia menyebutkan, penutupan tidak bersifat permanen. Perseroan berencana melakukan renovasi, sehingga perlu untuk menghentikan operasional dalam satu hingga dua bulan ke depan.

Dalam selebaran yang beredar, Ramayana disebutkan akan menutup delapan gerainya. Yakni, gerai di Banjarmasin, Bulukumba, Gresik, Bogor, Pontianak, sertta Sabang. Sementara, dua gerai lainnya di Surabaya sudah ditutup lebih dulu. "Mohon untuk barang-barang returan dan administrasi diselesaikan sebelum tanggal 27 Agustus 2017 (hari ini) dan semua PO di-cancel (dibatalkan) atau tidak dikirim ke toko tersebut," imbuh Subekti Rudianto, Chief MD M8A - Toiletris Ramayana, dalam selebaran yang beredar.

Masa Pemulihan Industri Ritel
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menuturkan, perlambatan pertumbuhan bisnis ritel sudah terjadi dua tahun terakhir. Omzet pelaku usaha ritel bahkan melorot. "Tetapi, tidak semata-mata karena daya beli. Kami menyadari, peritel butuh rekonsiliasi untuk memenangkan persaingan, misalnya dengan merelokasi toko, renovasi. Pintar-pintar inovasi," terang dia.

Justru, ia menilai, tahun ini merupakan tahun recovery (pemulihan) bagi industri ritel. Pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang relatif terjaga mendukung iklim usaha kondusif, termasuk stimulus fiskal dan moneter, seperti penurunan bunga acuan dari Bank Indonesia. "Kalau bunga acuan turun, 3-4 bulan ke depan bank akan menyesuaikan. Kredit usaha semakin murah, ini dorongan yang sangat kami butuhkan. Kami harapkan, ada dorongan-dorongannya menyusul," pungkasnya.

Industri ritel nasional agaknya ‘batuk-batuk’ di era pertumbuhan ekonomi moderat sekarang ini. Lihatlah sederet kasus peritel, seperti Hypermart yang sibuk berunding memohon kelonggaran bayar dengan pemasoknya, Ramayana yang menutup delapan gerainya, hingga yang paling parah, yaitu 7-Eleven menyetop seluruh operasionalnya.

Banyak ekonom kemudian menunjuk daya beli sebagai biang kerok. Memang, kalau ditelisik, tren daya beli masyarakat melemah dalam tiga tahun terakhir. Indikatornya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat. Data kuartalan Badan Pusat Statistik (BPS) melansir dari 5,59 persen pada kuartal kedua 2014 lalu, menjadi 4,95 persen periode yang sama tahun ini.

Harap maklum, Ekonom Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, ekonomi negara-negara di dunia juga melambat. Ambil contoh, riteler kelas kakap di Amerika Serikat, seperti Macy’s, Kohl’s, Walmart, dan Sears yang menutup ratusan toko mereka karena merugi tahun lalu.

Permasalahannya, apa daya beli jadi satu-satunya alasan riteler meradang?

Rhenald menampik hal itu. Kewajiban bayar Hypermat kepada pemasok yang tertunggak dan penutupan delapan gerai Ramayana, menurutnya, cuma sebagian kecil.  “Toh, tidak ada gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua pun boleh dibilang masih bagus, yakni 5,01 persen. Lalu, inflasi relatif terjaga di kisaran 3,88 persen per Juli 2017. Nah, kemudian ‘batuk-batuk’ peritel ini, apa saja penyebabnya? Rhenald menilai, pergeseran penduduk dari kota-kota besar ke pinggiran, perubahan pola belanja masyarakat dari sebelumnya toko fisik (offline) ke toko online, perkembangan teknologi, termasuk peningkatan kelas ekonomi di masyarakat.

Di Jakarta, misalnya, penduduk yang bergeser ke pinggiran tidak lagi membanjiri pertokoan seperti Mangga Dua, Tanah Abang, atau Glodok. Melainkan berbelanja online. Selain karena alasan efisien, harga yang ditawarkan toko online pun lebih bersaing. Teknologi juga telah memudahkan kebutuhan hidup orang banyak. Jangankan untuk belanja grosir, platform transportasi daring bahkan memungkinkan orang untuk memanggil tukang pijat ke rumah, tukang bersih-bersih rumah, atau antar-jemput barang.

Hal ini juga dibenarkan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey. Perlambatan pertumbuhan bisnis ritel diakuinya memang terjadi. Sehingga, banyak dari kalangan peritel yang mengalami penurunan omzet. “Tetapi, tidak semata-mata karena daya beli. Kami menyadari, peritel butuh rekonsiliasi untuk memenangkan persaingan, misalnya dengan merelokasi toko, renovasi, pintar-pintar inovasi lah,” terang dia.

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sepertinya melihat peluang itu. Makanya, manajemen santai saja dengan rencana perseroan menutup delapan gerainya di beberapa kota pada 28 Agustus nanti. Setiadi Surya, Sekretaris Perusahaan Ramayana mengungkapkan, penutupan tidak bersifat permanen. Melainkan, untuk kebutuhan renovasi dalam satu-dua bulan ke depan. Lagipula, penutupan khusus divisi supermarket.

Ibarat kata, berbenah. Ya, perseroan tengah melakukan pembaruan sejumlah gerai, sekaligus berhitung untung-rugi dan luas gerai. Penutupan dilakukan terhadap gerai supermarket yang dianggap tidak terlalu menguntungkan. “Misalnya, untuk Ramayana di Lampung, luas gerai supermarketnya kami kecilkan. Sementara, Ramayana di Pondok Gede, hanya gerai supermarketnya kami tutup, tetapi toko fesyen tetap ada,” imbuh Setiadi.

Perputaran Roda Ekonomi
Rhenald menegaskan, fenomena riteler gulung tikar belum terjadi di Indonesia. Tidak dalam waktu dekat. Namun, yang patut diperhatikan, perubahan pola belanja masyarakat memang mengarah dari toko offline ke toko online.

Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa belanja online masyarakat mencapai Rp75 triliun di sepanjang tahun lalu. Jika dibagi secara rata-rata pengguna internet yang berbelanja online sebanyak 24,73 juta orang, maka setiap orang belanja uang mereka hanya sebesar Rp 8.200 per hari ke transaksi online dunia maya.

Alasan lain, bejibunnya jumlah wirausaha muda yang tersebar di platform marketplace, seperti Tokopedia, Bukalapak, OLX, Blibli dan Elevania. Wirausaha-wirausaha muda ini disebut-sebut baru muncul beberapa tahun belakangan. "Akhirnya, terjadinya peningkatan kelas ekonomi di masyarakat. Yang biasanya naik motor, mulai menyentuh mobil Low Cost Green Car yang harganya terjangkau. Mereka juga mulai liburan ke luar negeri. Roda ekonomi berputar, pengusaha tua mungkin tak merasakan ini, karena ini giliran wirausaha muda," tutur Rhenald.

Jangan heran, jika Tokopedia misalnya, mampu mencetak penjualan Rp1 triliun per bulan di tahun lalu. Atau Blibli yang sukses meraup pertumbuhan penjualan hingga 200 persen pada momentum ramadan dan lebaran Juni lalu, serta OLX yang kebanjiran hingga 580 ribu calon pembeli mobil bekas dan 550 ribu calon pembeli motor bekas di situsnya.

Supermarket Robinson di Plaza Jambu Dua, Bogor masih terlihat beroperasi meski tengah diterpa isu penutupan. Adapun, supermarket yang merupakan unit usaha dari PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk terlihat tengah direnovasi. Dari pantauan, supermarket itu mengalami perubahan tata letak menjadi lebih sempit dan padat. Renovasi pun dilakukan di tengah supermarket, di mana beberapa pekerja tengah mengelas beberapa benda.

Selain itu, di dekat eskalator, terdapat sebuah papan penanda yang menunjukkan bahwa sedang ada renovasi di gerai tersebut. Seorang penjaga toko yang enggan disebutkan namanya ini menyebut, renovasi telah dilakukan selama beberapa hari. Sayang, ia tak mengetahui kapan renovasi selesai dan apa tujuan renovasi tersebut.

Yang pasti, ia beserta rekan-rekannya masih akan tetap bekerja keesokan harinya dan belum ada informasi soal perumahan sementara akibat renovasi ini. "Masih tetap kerja seperti biasa. Sampai sejauh ini belum ada pengumuman apa-apa," ujarnya. Di samping itu, petugas toko lainnya yang juga tak mau disebut namanya menuturkan, sampai saat ini pihak pengelola toko juga belum memberitahu sampai kapan renovasi itu selesai.

Selain itu, ia pun masih belum tahu apakah ada indikasi penutupan gerai di pusat perbelanjaan tersebut. "Belum tahu (kalau ada info penutupan gerai), karena kami masih bekerja secara normal," paparnya. Sebagai informasi, gerai Supermarket Robinson di Bogor merupakan satu dari enam gerai yang rencananya akan ditutup pada tanggal 29 Agustus 2017 mendatang.

Dalam selebaran yang diterima, manajemen perusahaan menyebut bahwa lima gerai supermarket yang akan ditutup berada di Banjarmasin dengan kode toko R030, Bulukumba R115, Gresik R098, Pontianak R057, dan Sabang R008.

Sekretaris Perusahaan Ramayana Setiadi Surya mengatakan, penutupan dalam surat itu dilakukan untuk merenovasi atau pembaharuan gerai. Sehingga, perusahaan harus menutup gerai tersebut dalam waktu 1-2 bulan. Saat ini, dua gerai di Bogor telah memulai proses renovasi. Sementara enam lainnya menyusul pada akhir bulan Agustus. Sebelum proses renovasi dimulai, proses pengiriman barang dari supplier harus dihentikan terlebih dahulu.

"Ada yang diperbesar, diperkecil. Intinya dipersiapkan selama renovasi ditutup," ungkapnya.

No comments:

Post a Comment