Dana Moneter Internasional (IMF) meramalkan adanya perlambatan kinerja ekonomi Indonesia. Itu terjadi akibat dampak ketidakpastian ekonomi di kawasan Eropa dan Amerika Serikat.
Dalam laporan World Economy Outlook edisi September 2011 yang dirilis kemarin, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2011 dan 2012 masing-masing 4 persen. Lebih rendah dari ramalan sebelumnya 4,3 persen (2011) dan 4,4 persen (2012).
Untuk Indonesia, IMF juga memangkas proyeksi kinerja ekonomi menjadi 6,4 persen tahun ini dan 6,3 persen tahun depan. Sebelumnya IMF meramalkan ekonomi Indonesia 2011 dan 2012 tumbuh 6,5 persen dari produk domestik bruto.
Menanggapi laporan lembaga keuangan internasional itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan akan mempelajari proyeksi berbagai pihak agar langkah pemerintah tak gamang. Pemerintah berketetapan menjaga momentum pertumbuhan tidak sampai turun.
"Banyak yang meramal (perlambatan) seperti itu, tapi beberapa kali banyak yang keliru," kata Hatta kemarin. Dia mengakui krisis dunia akan mempengaruhi permintaan ekspor dari Indonesia dan selanjutnya berdampak ke pertumbuhan.
Namun, kata Hatta, untuk menjaga laju pertumbuhan tetap tinggi, yang terpenting adalah konsumsi domestik, dengan mempertahankan tingkat daya beli masyarakat dan menekan inflasi. "Suplai harus dijaga mencukupi dalam harga stabil," katanya,
Hatta menilai gejolak di Eropa dan Amerika Serikat tidak berimbas langsung ke Indonesia. Tapi, karena krisis bisa berdampak pada dua negara tujuan ekspor terbesar RI, yakni Cina dan India, Indonesia pasti merasakan imbasnya juga. "Kami tidak panik, percaya diri, tapi waspada," ujarnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brojonegoro menegaskan, pemerintah tak akan mengubah target pertumbuhan sebesar 6,7 persen tahun depan. "Kami lihat 6,7 persen itu cukup tinggi, tapi kalau dinaikkan lagi tidak mungkin. Ini juga salah satu sinyal kita tahun depan akan berat," katanya kemarin.
Bambang juga optimistis target pertumbuhan tahun ini sebesar 6,5 persen tercapai. Optimisme itu ditopang semakin membaiknya konsumsi pemerintah pada semester kedua ini.
Bambang menilai penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bukan tanda krisis ekonomi mulai melanda Tanah Air. Ia meyakinkan bahwa fundamental ekonomi dalam negeri bagus dan akan tahan menghadapi krisis global.
Meski optimistis, Bambang menambahkan, pemerintah tetap waspada. Menurut dia, pemerintah dan Bank Indonesia saling memberikan informasi di pasar utang, saham, dan uang.
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan perlambatan ekonomi global tak akan mempengaruhi kinerja ekspor tahun depan. Indonesia, kata dia, telah melakukan diversifikasi produk dan pasar ekspor, terutama ke negara-negara berkembang.
No comments:
Post a Comment