Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, menyebut Indonesia harus mulai mempertimbangkan kemungkinan hidup berdampingan dengan Covid-19 sebagai endemi setelah pandemi selama 1,5 tahun terakhir. "Pandemi telah mengubah kita semua dalam 1,5 tahun terakhir. Ini sebuah pola. Kita mungkin harus mulai memikirkan untuk hidup dengan endemi, bahwa virus ini akan bersama kita," katanya dalam Kongres Dunia ke-19 Asosiasi Ekonomi Internasional (IEA), Sabtu (3/7).
Endemik merupakan kehadiran penyakit atau infeksi secara terus menerus yang biasa terjadi dalam suatu wilayah geografis. Endemik biasanya bertahan hingga hitungan tahun, seperti cacar air atau malaria.
Suahasil menyatakan bahwa bila nantinya Covid-19 ditetapkan sebagai endemi di Indonesia, banyak pertanyaan yang menunggu untuk dipecahkan. Misalnya, langkah yang harus dilakukan dengan pengembangan infrastruktur, konektivitas, dan peran fleksibilitas fiskal untuk menopang ketahanan keuangan negara.
"Apa yang terjadi kalau virus ini akan selalu ada? Sejauh mana kebijakan fiskal dilakukan? Apa harus kita fleksibel setiap saat?" ujarnya. Ia mengatakan bahwa fiskal harus disiapkan dengan fleksibilitas tinggi dalam jangka pendek. Namun, disiplin fiskal harus dijaga untuk jangka menengah dan panjang demi keberlanjutan pembiayaan.
Saat ini, Kemenkeu menetapkan defisit APBN 2021 di kisaran 5,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) akibat penanganan pandemi Covid-19. Defisit fiskal ditargetkan dapat ditekan kembali di bawah 3 persen dalam waktu 3 tahun.
Selain soal penanganan pembiayaan, ia menyebut program vaksinasi juga harus menjadi pertimbangan. Pasalnya, keberhasilan vaksinasi bakal menjadi penentu perkembangan sektor keuangan. Meski yakin vaksin bakal tersedia untuk semua orang nantinya, Suahasil mempertanyakan kapan semua warga akan selesai divaksinasi. "Saya percaya jumlah vaksin akan mencukupi untuk semua, tapi kapan? Ini pertanyaannya. Semakin cepat vaksin tersedia untuk semua, semakin cepat juga pemulihan," katanya.
No comments:
Post a Comment