Monday, July 12, 2021

Penanganan Pandemi Membuat Pengusaha Kolaps dan Gelombang PHK

 Ada pengusaha yang harus menjual aset-aset mereka untuk bertahan di tengah pandemi. Di sektor transportasi banyak armada dijual oleh pemiliknya, di sektor hotel banyak pengusaha menjual hotel-hotelnya. Selain itu kini banyak juga aset perkantoran mulai dijual khususnya di DKI Jakarta.

Ada juga pengusaha yang menjual aset berharga seperti rumah termasuk mereka yang tinggal di kawasan elite DKI Jakarta. Akibat pandemi berkepanjangan banyak kalangan atas juga butuh uang (BU).

"Latar belakang kalangan atas mulai mau melepas properti di kawasan elite misalnya karena usahanya nggak maju, jadi mau bayar kewajiban utang di bank yang lainnya. Kemudian ada juga yang sudah memasuki usia pensiun," kata Ketua DPC AREBI Jakarta Utara Jopie Hori kepada CNBC Indonesia.

Fenomena ini menyebabkan pasar properti bekas makin limbung. Adanya tren penawaran ini makin banyak, sehingga berdampak pada suplai yang tinggi dan imbasnya harga turun. "Penurunan harga di kawasan Kelapa Gading, Sunter, Muara Karang, Pluit, Pantai Indah Kapuk (PIK) yaitu kisaran 10% sampai 15% atau maksimal di 20%. Ada yang jual murah sampai 20% penurunan tapi tidak menjadi patokan harga secara keseluruhan. Ketika properti tersebut dijual sangat murah, karena rumah warisan yang mau dibagi kepada saudara yang lain," sebut Jopie.

Selain di Jakarta Utara, kondisi serupa juga terjadi di wilayah lainnya semisal Jakarta Selatan. Beberapa pemilik rumah menjual karena adanya desakan untuk membagi hasil penjualan untuk warisan, dan faktor lainnya.

"Sama ya seputar warisan, kemudian untuk biaya berobat, ada juga yang harus melunasi kredit karena properti dalam jaminan atau agunan, aset diam tidak menghasilkan atau karena butuh cash saja," jelas Ketua DPC AREBI Jakarta Selatan AREBI Jakarta Selatan Andria Dian Palupi.

Country Manager Rumah dot com Marine Novita menjelaskan kenaikan pasokan rumah di area Menteng dan Pondok Indah sudah terjadi sejak Q3-2020. Saat memasuki tahun 2021 masih terjadi kenaikan suplai tapi tidak setinggi pada semester kedua 2020. "Banyak pemilik rumah memang ingin menjual rumah di kedua daerah itu sejak Q3-2020, namun sampai sekarang belum terjual. Harga juga semakin turun dari periode itu," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (12/7/2021).

Marine menjelaskan, penurunan harga disebabkan naiknya suplai pada Q3-2020. Walaupun harga sempat bertahan di Q4 lantas turun lagi di Q1-2021. Lalu penurunan harga berlanjut drastis pada Q2-2021 di kawasan Menteng. Sedangkan di kawasan Pondok Indah harga tetap bertahan.

Jika dibandingkan dengan kenaikan dan penurunan indeks harga pada Q1 menurut data Rumah dotcom Indonesia Property Market Index Q2 2021, wilayah-wilayah di DKI Jakarta mengalami penurunan secara merata di kisaran 0,44% per kuartal.

Wilayah dengan penurunan harga terbesar adalah Jakarta Pusat, yang turun sebesar 1,52% (quarter-to-quarter) pada kuartal pertama 2021. Sementara itu, Jakarta Selatan turun sebesar 1,19% (quarter-to-quarter). Artinya Menurut Marine, tingkat penurunan harga di area Menteng dan Pondok Indah masih lebih rendah dibanding tingkat penurunan secara umum di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

 Masa pandemi yang sudah 1,5 tahun membuat pengusaha makin terpuruk, sampai jual harta-bendanya untuk bertahan. Mereka menjual aset-aset yang masih tersisa untuk kewajiban pada bank hingga karyawan.

Rumah menjadi salah satu jenis properti yang banyak dijual pada masa pandemi Covid-19. Namun, banyak dari pemilik aset yang memasukkan jenis properti lain ke pasaran untuk dijual oleh para orang kaya yang kena dampak pandemi. "Selain hunian atau rumah tapak, jenis properti yang banyak dijual di saat pandemi seperti saat ini adalah apartemen, gudang, hingga eks pabrik," kata Ketua DPC AREBI Jakarta Timur Lia Kristianti kepada CNBC Indonesia.

Namun, selain aset-aset itu, ada juga properti yang dijual seperti tanah hingga lahan kavling. Biasanya para penjual sedang butuh uang, untuk menutup kebutuhan kewajiban pada bank hingga pekerja. "Selain rumah tapak, yang banyak dijual di saat pandemi seperti saat ini adalah tanah, kavling dan kios," kata Ketua AREBI Jakarta Barat Tommy Tanuwidjaja.

Saat pandemi banyak pengusaha yang harus menjual aset untuk bertahan di masa pandemi, salah satunya di sektor otobus. Sudah banyak pengusaha bus yang menjual aset untuk bertahan supaya bisa beroperasi. Kondisi ini dibenarkan oleh Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia, Kurnia Lesani, banyak pengusaha bus, yang menjual aset untuk bertahan terutama operator bus pariwisata. "Benar, terutama operator bus yang tidak dalam trayek atau bus pariwisata," katanya, kepada CNBC Indonesia.

Pemilik dari PO Sumber Alam, Anthony Steven Hambali, juga membenarkan banyak pengusaha bus yang menjual aset untuk bertahan di masa pandemi. Terlihat dari banyaknya penawaran aset bus di media sosial hingga toko belanja online. Bahkan perusahaannya juga sudah melakukan hal serupa dari tahun 2020 lalu. "Itu ada 50 unit yang sudah kita jual. Dan itu kita jual dengan harga rongsok atau tidak ada nilai fungsi, besi kiloan itu," jelasnya.

Anthony menjelaskan permasalahan sampai saat ini adalah sudah banyak perusahaan otobus yang tidak bisa membayar kewajiban kepada leasing, bahkan kepada karoseri. Pemberian restrukturisasi keuangan perusahaan bus tahun lalu hanya menghilangkan bunga yang dibayarkan. Sementara pembayaran cicilan pokok terus berlanjut. Masalahnya pengusaha sudah banyak yang tidak mampu membayar itu.

"Saya juga masih ada kendaraan yang nyangkut di karoseri tidak bisa diambil kendala dana. Situasinya sekarang kita sudah harus jual aset untuk pertahankan cash flow," jelasnya.

Adanya pandemi ditambah pengetatan mobilisasi masyarakat PPKM Darurat membuat okupansi bus hanya berkisar 20% tiap keberangkatan bus. Selain perusahaan bus memberangkatkan penumpang dalam kondisi rugi, karena biaya operasi tidak terbayar dari jumlah penumpang.

"Kita jual aset ya karena supaya bisa subsidi angkutan yang jalan. Banyak yang jalan tapi kondisi rugi. Kita harus punya cash untuk tutup itu. Sementara kalau kita tidak berangkat penumpang akan pindah ke kompetitor," katanya, sambil menjelaskan saat ini hanya mengoperasikan bus 15 unit dari 100 unit total armada.


No comments:

Post a Comment