Bukan kodrat seorang wanita bermain-main dengan peralatan kayu. Namun Sesa Susanti (36) lulusan S1 Sastra Inggris, justru berhasil mendapatkan keuntungan dari furnitur yang terbuat dari kayu hasil tangannya sendiri.
Sesa yang tinggal dan besar di daerah Tangerang ini menyadari banyak kayu-kayu dari pabrik yang tidak terpakai di daerahnya. Setelah menganggur selama 2 tahun, akhirnya pada bulan Desember 2016 ia menemukan ide untuk 'menyulap' kayu bekas tersebut. Dengan modal pinjaman uang Rp 300 ribu Sesa nekat membuat nakas, semacam meja untuk di samping tempat tidur. Setelah belajar secara otodidak, ia menjualnya di sosial media.
"Dengan modal Rp 300.000, saya waktu itu dapat keuntungan Rp 50 ribu. Kenapa saya mau dengan omset segitu, karena saya pikir, saya tidak punya skill, saya tidak punya background di kayu. Lalu saya coba upload di facebook, di sosial media Dan akhirnya ada yang suka, order, dan akhirnya berlanjut ke bisnis kecil-kecilan sampai sekarang," ujar Sesa dalam program Sosok.
Memulai hobinya di depan rumah, kini Sesa berhasil mempunyai workshop sendiri untuk mengolah kayu-kayunya. Ada dua lokasi, satu di Tangerang, dipegang oleh Sesa sendiri. Dan yang satu lagi di Balaraja, dipegang oleh karyawannya.
"Kalau yang di sini (Tangerang) sih sebenarnya lebih ke saya biasa kerja sendiri, tidak betah ada anak buah. Jadi lebih fokus ke saya untuk bikin inovasinya tuh lebih enak. Tidak mau ada gangguan," ujarnya. Nalaktak Kai, itulah nama yang diberikan Sesa pada usahanya. Nama ini berasal dari bahasa Sunda yang kurang lebih menggambarkan diri Sesa yang tidak bisa diam saat melihat kayu-kayu.
Pembeli produk Sesa tidak cuma berasal dari dalam negeri saja. Beberapa kali ada juga pesanan yang datang dari luar negeri. "Waktu itu dari Alaska, Italia, Jerman, tapi masih personal. Tidak dalam jumlah besar," bebernya. Tentu banyak cobaan yang dialami Sesa dalam menjalankan bisnis perabotan kayunya ini. Salah satunya adalah menghadapi cemoohan orang yang menganggap perempuan tidak cocok menjadi seorang pandai kayu.
"Kalau yang kontra itu biasanya karena saya perempuan. Karena biasanya tukang kayu itu di kita itu laki-laki yang mengerjakan. Sampai sekarang masih ada yang bully. Dan tentunya lebih banyak yang bullynya maaf, gendernya laki-laki. Mungkin karena aneh ya," ujar wanita berjilbab ini.
Dengan adanya pandemi COVID-19 ini usaha yang dijalani Sesa juga terkena dampaknya. Pesanan untuk keperluan furniture rumah tangga yang tadinya jadi mayoritas jadi bergeser ke properti untuk kantor.
Berkat pekerjaan yang terbilang penuh resiko, Sesa mendapat apresiasi dari Dinas Pemberdayaan Perempuan. Karena dinilai berani melakukan hal-hal yang terbilang berbahaya. Misal, memotong kayu menggunakan mesin potong, melakukan pembubutan, dan masih ada beberapa hal berbahaya lainnya.
"Selama menekuni pekerjaan ini, saya mendapat apresiasi dari Dinas Pemberdayaan Perempuan. Waktu itu masuk 10 besar, perempuan inspiratif untuk Kabupaten Tangerang. Mewakili Dinas Koperasi," kata Sesa sambil tersenyum.
No comments:
Post a Comment