PT Tanijoy Agriteknologi Nusantara, sebuah perusahaan investasi di sektor pertanian diduga membawa lari uang 400 investor senilai Rp 4 miliar. Kejadian ini viral di Twitter dari cerita salah satu akun yang juga pendana di Tanijoy. Menurut Ketua I Himpunan Lender Tanijoy, Fadhil, sudah banyak dialog antara pihak investor Tanijoy dengan Co-Founder & Chief Executive Officer, M. Nanda Putra. Namun hingga awal Juni 2021 pihak Tanijoy mulai susah dihubungi.
"Bahkan sejak kontak terakhir awal Juni lalu jadi sulit untuk di kontak. Sepertinya sudah mulai menghindar," ujar dia Salah satu investor Tanijoy bernama Yohanes bercerita sejak 2019 sampai sekarang kerugian yang dialaminya mencapai Rp 142 juta dari total 15 proyek. Dia mengatakan sudah ada beberapa proyek yang selesai tetapi sudah satu tahun lebih dana tidak cair.
"Apakah benar uang saya dipakai di proyek tani yang tertera di laporan project? Atau jangan-jangan uang saya diputar untuk bisnis Tanijoy lainnya? Saya harap uang saya dapat kembali dan Tanijoy dapat bertanggung jawab," lanjutnya.
Berikut kronologi dugaan raibnya dana 400 investor Tanijoy:
4 September 2020
Diadakan virtual meeting antara investor dan pihak Tanijoy dengan topik Penarikan Dana Terhambat. Kala itu Tanijoy mengaku mengalami masalah besar, padahal proyek diakui oleh Nanda selaku CEO sudah selesai. Katanya dana hasil proyek masih ada di petani dan belum dikembalikan sepenuhnya kepada Tanijoy. Keterlambatan ini disebutnya sudah terjadi sejak PSBB dimulai, adanya kendala soal komunikasi dengan petani, karena adanya pembatasan pemerintah tersebut. Saat ditanya oleh salah satu lender, kapan keterlambatan itu akan selesai, Nanda menjawab akan diurutkan berdasarkan waktu para pendana menarik dana atau seusisesuai antreannya. "Untuk penyelesaian ini akan bergantung pada kecepatan collection di petani. Collection ini sudah dilakukan selama dua bulan, hal ini butuh waktu bisa mendapatkan pencairan dana," kata Nanda
20 Januari 2021
Tanijoy mengeluarkan surat pernyataan dan pengakuan dari Nanda selaku CEO. Dalam surat itu tertera pengakuan bahwa sejak awal Desember 2020 hingga ditulisnya surat pernyataan tersebut pada 20 Januari 2021, pihaknya sadar belum bisa memenuhi tanggung jawabnya. Hal ini soal pencairan dana soal proyek yang sebelumnya diumumkan sudah selesai. Nanda dalam surat tersebut mengatakan seharusnya Desember 2020 pencairan bisa jalankan sesuai jadwal. Namun proses tersebut tersendat karena proses collection terhambat. Penyebabnya karena mitra yang tidak kooperatif menyelesaikan kewajibannya. "Kami berkomitmen untuk lebih responsif dalam berkomunikasi dengan Anda semua melalui kanal informasi resmi (email support@tanijoy.id). Kami sangat menyadari bahwa kepercayaan pendanaan sangat mahal dan kami gagal menjaganya. Tapi di tengah kesulitan ini kami sangat bersyukur bahwa Tanijoy masih diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya," ujar Nanda.
15 April 2020
Nanda memberikan surat pernyataan kembali ke pendana atau investor Tanijoy, terkait masalah yang masih dihadapi yakni pencairan dana. Dalam surat ini Nanda menyampaikan permohonan maaf karena sulit dihubungi oleh pihak pendana. Nanda mengaku bahwa perusahaannya tengah melakukan restrukturisasi yang berdampak pada pengurangan karyawan, sehingga hanya dua orang karyawan yang tersisa. Kemudian Nanda juga mengaku tengah mengalami kesulitan dana karena pendanaan hanya dari platform fee saja dan dalam satu tahun terakhir tidak ada proyek. "Tanijoy mengalami kesulitan keuangan. Pendapatan utama Tanijoy saat ini adalah perdagangan komoditas pertanian dengan berperan sebagai perantara," kata dia.
7 Mei 2021
Founder Tanijoy mengadakan sebuah virtual meeting dengan 72 orang pendana (lender) dengan topik Klarifikasi dan Komunikasi Kesepakatan Tanijoy dan Lender. Dalam meeting ini Nanda mengungkapkan permohonan maafnya kepada pendana karena kurangnya respons dari pihak Tanijoy.
Dalam kesempatan itu dia mengumumkan proyek yang sudah selesai senilai Rp 19 miliar dari 756 petani, dari total tersebut sebanyak Rp 14 miliar disebut telah diselesaikan, sisa Rp 5 miliar masih menjadi outstanding dan Rp 3,9 miliar menjadi withdrawal yang terhambat. Selain itu diumumkan juga proyek yang belum selesai karena beberapa masalah, pertama gagal panen atau rugi, petani yang kurang responsif, dan SDM Tanijoy yang terbatas.
Pihaknya pun mengatakan akan melakukan mediasi dalam masalah ini, antara pendana, Tanijoy, dan petani, biaya dalam mediasi ini katanya akan ditanggung oleh Tanijoy, kecuali biaya penyelesaian hukum. Dalam melakukan mediasi pihaknya akan memfasilitasi penasihat hukum.
18-26 Juli 2021
Investor menduga Tanijoy telah membawa lari uang Rp 4 miliar milik investornya karena tidak ada kejelasan atas pencairan proyek yang sudah selesai. Pendana juga menduga laporan proyek selama 2020-2021 dimanipulasi, hingga projek yang disebutkan merupakan projek fiktif. Hal-hal tersebut dirilis dalam siaran pers di bawah naungan Himpunan Lender Tanijoy. Ketua I Himpunan Lender Tanijoy, Fadhil, mengatakan sudah banyak dialog antara pihak investor Tanijoy dengan Co-Founder & Chief Executive Officer, M. Nanda Putra. Tetapi hingga awal Juni 2021 lalu pihak Tanijoy disebut mulai susah dihubungi.
"Bahkan sejak kontak terakhir awal Juni lalu jadi sulit untuk dikontak. Sepertinya sudah mulai menghindar," ujar dia Laporan soal dugaan raibnya 400 investor Tanijoy juga viral d Twitter yang bercerita bahwa dirinya curiga bahwa Tanijoy merupakan platform investasi bodong karena banyak review yang dia lihat di Google dan Instagram Tanijoy.
Media sosial diramaikan dengan kabar startup Tanijoy yang diduga membawa kabur uang investor Rp 4 miliar. Namun, hingga kini pihak Tanijoy juga tak memberikan keterangan. Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, Tanijoy bersama PT Berdikari (Persero) pernah meneken nota kesepahaman pada tahun lalu. Nota kesepahaman tersebut terkait potensi kerja sama di bidang peternakan dan perdagangan hasil peternakan. Group Head Corporate Secretary PT Berdikari (Persero), Dheni Kamavina mengatakan nota kesepahaman dengan Tanijoy yang diteken tahun lalu belum ada tindak lanjut lebih jauh.
"Terkait MOU kami dengan Tanijoy memang baru sebatas MOU, belum ada tindak lanjut dari MOU tersebut, sehingga belum ada kerja sama yang kami laksanakan dengan pihak Tanijoy," katanya. Dheni menjelaskan bahwa nota kesepahaman dengan Tanijoy tidak termasuk pengelolaan investasi, yakni hanya sebatas potensi kerja sama di bidang peternakan dan perdagangan. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa nota kesepahaman tersebut sudah lewat dari jangka waktu yang ditentukan. Hingga kini, belum ada kerja sama yang terjadi antara Berdikari dengan Tanijoy.
"Nota kesepahaman tersebut juga telah berakhir 6 bulan sejak penandatanganan karena belum ada kerja sama yang direalisasikan dalam jangka waktu tersebut dan tidak diperpanjang," ujarnya. Pihak detikcom sudah menghubungi Co Founder & CEO Tanijoy Muhammad Nanda Putra dan pihak Tanijoy lainnya melalui pesan WhatsApp dan telepon, tetapi belum ada respons.
No comments:
Post a Comment