PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan, berhasil membukukan pendapatan RP20,38 triliun pada sembilan bulan pertama 2024 kemarin.
Dalam rilis hasil kinerjanya yang diumumkan di Jakarta ini, mereka menyatakan pendapatan itu meningkat 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Head of Investor Relations Harita Nickel Lukito Gozali menyebut pertumbuhan pendapatan ini ditopang peningkatan volume produksi di operasi penambangan dan pemrosesan.
Di sisi lain, ia mengatakan laba kotor perusahaan Rp6,66 triliun naik 9 persen secara tahunan. Sementara EBITDA meningkat 14 persen menjadi Rp8,88 triliun.
Blak-blakan Harita dalam Mendukung Hilirisasi Nikel Pemerintah
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp4,84 triliun, tumbuh 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari sisi operasional, ia menambahkan volume produksi juga mencatatkan peningkatan. Produksi bijih nikel mencapai lebih dari 16,27 juta wet metric tonnes (wmt), meningkat 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Produksi FeNi dari smelter RKEF tercatat sebesar 95.813 ton, meningkat 39 persen secara tahunan. Sementara fasilitas HPAL menghasilkan 71.531 ton MHP Ni, meningkat 47 persen secara tahunan.
Fasilitas HPAL kedua, PT Obi Nickel Cobalt (ONC), memulai lini produksi pertama di bulan April 2024 dan keseluruhan tiga lini produksinya sudah berhasil mencapai kapasitas penuh di bulan Agustus.
Keberhasilan ini katanya, memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada keseluruhan total produksi fasilitas HPAL dan kontribusi terhadap kenaikan penjualan bijih nikel ke divisi tambang.
Selain itu, fasilitas HPAL pertama mulai memproduksi dan mengekspor kobalt elektrolitik di bulan Agustus, menambah ragam produk perusahaan.
"Hasil ini mencerminkan upaya berkelanjutan kami untuk mengoptimalkan operasional dan menjaga profitabilitas di tengah fluktuasi harga nikel global. Perluasan kapasitas produksi kami mendukung kebutuhan pasar yang terus meningkat, khususnya di sektor baterai kendaraan listrik," katanya.
Ia menambahkan dengan pencapaian itu Harita Nickel ke depan akan terus berfokus pada peningkatan kapasitas produksi sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.
Investasi perusahaan dalam fasilitas peleburan dan pemurnian selaras dengan komitmen untuk mendukung agenda hilirisasi pemerintah Indonesia. Harita Nickel juga berkomitmen terhadap praktik yang berkelanjutan serta terus mendorong kemajuan industri nikel di Indonesia.
Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel) Roy Arman Arfandy buka-bukaan soal langkah yang dilakukan perusahaannya dalam mendukung upaya hilirisasi tambang nikel yang dilakukan pemerintah.
Dalam Indonesia Green Energy Forum, Kamis (7/3), Roy mengatakan perusahaannya sangat mendukung program hilirisasi ini. Dukungan salah satunya diberikan dalam bentuk guyuran investasi pembangunan pabrik smelter di Pulau Obi, Halmahera Selatan.
"Kami sudah investasi Rp50 triliun untuk membangun smelter yang memproduksi feronikel, bahan baku stainless steel " ujar Roy dalam Indonesia Green Energy Leadership Forum bertema 'Hilirisasi Indonesia', Kamis (8/3) kemarin.
Ia mengatakan smelter yang dibangun Harita itu merupakan pionir atau perintis hilirisasi nikel.
"Ini artinya kami sudah melangkah jauh dibandingkan yang lain," katanya.
Ia menambahkan smelter itu sudah memberikan manfaat besar bagi perekonomian Indonesia. Smelter berhasil mengolah tak hanya nikel bermutu tinggi, tapi juga rendah yang dulu sering dibuang karena tak terpakai dalam proses produksi menjadi bahan baku baterai motor listrik.
"Jadi dengan itu, sekarang Indonesia sudah melangkah lebih maju karena sudah ada 3 produsen salah satunya Harita Nikel yang mampu memproses nikel lanjutan dari Mix Sulphide Precipitate (MSP) menjadi nikel sulfat, kobalt sulfat yang kemudian kita ekspor," katanya.
Karena besarnya potensi itulah, ia mengatakan minat mancanegara untuk berbisnis dengan Indonesia cukup tinggi belakangan ini.
Ia mengatakan kini smelter Harita semakin berkembang.
"Pada 2014 hanya kapasitas 4 jalur produksi yang menghasilkan 25 ribu metal per ton per tahun. Per 2023 Desember, kapasitas feronikel sudah meningkat jadi 120 ribu," katanya.
No comments:
Post a Comment