Thursday, April 29, 2010

Cara Menikmati Hari Tua Dengan Tabungan Yang Berlimpah

Siapa yang tidak ingin menikmati masa pensiun dengan mentraktir cucu, jalan-jalan ke tempat wisata karena sudah tak sibuk oleh urusan kantor, atau sekadar menenggelamkan diri di rumah dengan melaksanakan hobi yang sempat tertunda?

Di Amerika Serikat, rencana pensiun individu banyak jenisnya, seperti Individual Retirement Account (IRA) dan 401 (k). Para pegawai sudah terikat dengan skema ini ketika masuk ke sebuah perusahaan.

Di Indonesia, salah satu penyedia jaminan hari tua adalah Jamsostek. Sayangnya, investasi pada Jamsostek sangat konservatif sehingga hasilnya pun konservatif pula.

Pada beberapa perusahaan juga sudah membuat rencana pensiun yang iurannya berasal dari perusahaan dan pegawai.

Tidak sedikit pegawai yang hidupnya susah setelah pensiun karena pendapatan jauh berkurang sementara pengeluaran tetap atau bahkan lebih tinggi. Kecuali jika mereka memiliki anak-anak yang mapan dan mau memberikan uang saku bulanan yang cukup besar kepada orangtuanya.

Pada saat pensiun, pengeluaran, seperti ongkos atau biaya bahan bakar untuk ke kantor, memang menurun drastis. Sebaliknya, biaya pengobatan dan rumah sakit akan meningkat pesat. Maklumlah, seperti mesin mobil, semakin tua tubuh juga semakin banyak yang perlu diperbaiki.

Padahal, inflasi biaya kesehatan sangat tinggi. Artinya, biaya obat dan layanan kesehatan semakin tahun semakin menguras kantong. Sementara manusia yang semakin berumur semakin banyak penyakit yang dideritanya. Di sisi lain, pendapatan pun jauh berkurang karena pegawai tidak dianggap produktif lagi.

Biasanya, tunjangan pensiun berkisar 70 persen hingga 80 persen gaji terakhir. Masih ada perusahaan yang baik memberikan tunjangan kesehatan, tetapi ada pula yang hanya memberikan tunjangan pensiun saja.

Dengan asumsi seseorang bekerja mulai usia 25 tahun setelah lulus kuliah hingga masa pensiun sekitar usia 55 tahun, berarti periode bekerja adalah 30 tahun. Pada masa inilah seharusnya kita menabung untuk pensiun. Setelah pensiun pada usia 55, tentu masih banyak biaya yang harus dikeluarkan, terlebih jika masih memiliki anak yang belum mandiri. Misalnya Yang Di Atas berbaik hati memberi kita usia hingga 70 tahun, berarti ada waktu 15 tahun yang pengeluarannya harus dipenuhi selagi kita tidak lagi bekerja.

Merencanakan tunjangan pensiun pribadi adalah salah satu cara untuk menjaga agar kesejahteraan tidak menurun pada masa pensiun.

Caranya mudah. Perkirakanlah berapa pendapatan yang ingin didapat ketika masa pensiun tiba. Taruhlah Rp 5 juta per bulan pada masa pensiun 30 tahun yang akan datang.

Nilai Rp 5 juta saat ini dengan 30 tahun yang akan datang tentu berbeda. Artinya, misalnya hari ini kita dapat membeli sebuah kamera digital seharga Rp 5 juta, 30 tahun mendatang tentu harganya akan naik.

Oleh karena itu, dengan memasukkan faktor inflasi rata-rata 10 persen per tahun, uang senilai Rp 5 juta pada masa sekarang setara dengan Rp 87.247.011 pada 30 tahun mendatang.

Karena masa pensiun diperkirakan selama 15 tahun sampai kita menghadap Yang Mahakuasa, kita memerlukan biaya sebesar Rp 1.046.964.136 per tahun atau Rp 11.718.358.051 untuk memenuhi biaya selama 15 tahun.

Tampaknya biaya Rp 11,7 miliar itu sangat besar, tetapi sebenarnya cukup waktu mengumpulkannya selama 30 tahun, pada saat kita masih produktif.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengumpulkan dana Rp 11 miliar itu? Tanpa korupsi, tetap terbuka kemungkinan kita memiliki uang sebanyak itu.

Berapa yang harus ditabung setiap bulannya jika kita sudah mulai memikirkan biaya pensiun pada usia 25 tahun? Kisarannya adalah Rp 39.404 hingga Rp 5,2 juta. Mengapa terdapat perbedaan yang sangat besar?

Tingkat imbal hasil

Ketika menabung, kita mengharapkan ada imbal hasil. Dengan tingkat imbal hasil minimal 10 persen per tahun, kita harus menabung Rp 5,2 juta per bulan selama 30 tahun untuk mendapatkan pensiun yang nyaman.

Tingkat imbal hasil seperti ini didapatkan dari tabungan. Tetapi ingat, hasil tabungan akan tergerus inflasi karena dalam perhitungan pensiun kita menggunakan asumsi laju inflasi 10 persen dan asumsi imbal hasil 10 persen juga. Artinya, investasi dengan imbal hasil sebesar ini tidak menguntungkan.

Jika mau lebih berani, ambillah jenis investasi yang imbal hasilnya lebih besar, misalnya sebesar 20 persen per tahun. Maka, iuran bulanan yang harus ditabung menyusut menjadi Rp 931.000. Investasi jenis ini bisa diperoleh dari obligasi atau reksa dana pendapatan tetap.

Yang lebih ekstrem lagi adalah menanamkan uang pada investasi yang memberikan imbal hasil 30 persen per tahun, seperti saham atau reksa dana saham. Iuran per bulan yang harus ditabung hanya Rp 39.404. Tidak banyak bukan?

Semakin lambat seseorang mulai menabung untuk simpanan pensiunnya, semakin besar pula tabungan bulanan yang harus dia bayarkan.

Dengan semua asumsi yang sama, kecuali seseorang baru menabung pada usia 30 tahun, dia harus mengeluarkan Rp 173.000 untuk investasi yang memberikan imbal hasil 30 persen per tahun hingga Rp 8,9 juta untuk imbal hasil 10 persen per tahun.

Masalahnya ada pada jangka waktu menabung. Seseorang yang baru mulai menabung pada usia 30 tahun hanya memiliki waktu menabung selama 25 tahun. Dengan selisih lima tahun saja, dia kehilangan banyak kesempatan menabung dan mengembangbiakkan investasinya.

Menikmati pensiun dengan keuangan yang mencukupi bukanlah impian jika telah disadari dan dipersiapkan sejak awal. Semakin awal kita menabung, semakin sedikit dana yang harus disisihkan demi kebahagiaan pada hari tua kelak.

No comments:

Post a Comment