Thursday, April 29, 2010

Layanan Wealth Management Sangat Tepat Buat Mereka Yang Anti Kemiskinan

Kunci layanan wealth management adalah melindungi kekayaan nasabah, memberikan nasihat bagaimana mengembangkan kekayaan nasabah, serta menyiapkan transfer kekayaan melalui rencana warisan.

Dengan filosofi tersebut, jelaslah bahwa inovasi produk yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan nasabah menjadi faktor penting penentu keberhasilan bisnis wealth management.

Dalam memberikan layanan wealth management yang paripurna, bank tentu harus memosisikan dirinya sebagai layanan satu atap (one stop service) untuk segala kegiatan investasi, baik untuk produk perbankan, pasar uang, maupun pasar modal. Dengan demikian, bank leluasa melakukan konvergensi dan penjualan silang (cross selling) produk keuangan.

Perbankan tampaknya tidak kesulitan mewujudkan hal ini mengingat pasar keuangan di Indonesia masih didominasi perbankan. Dengan jaringannya yang luas, bank dengan mudah menggandeng perusahaan asuransi, multifinance, dan manajer investasi untuk bekerja sama memasarkan produk nonbank dan menciptakan produk hibrida, yakni campuran produk tradisional bank dengan produk pasar modal atau asuransi.

Selanjutnya, agar konsep melindungi, mengembangkan, dan melestarikan kekayaan bisa dinikmati nasabah secara utuh, nasabah wealth management diharapkan tidak hanya memanfaatkan satu jenis produk, misalnya bancassurance saja, atau reksa dana saja. Nasabah diharapkan sekaligus membeli asuransi sebagai bentuk proteksi, reksa dana untuk mengembangkan kekayaan, serta dana pensiun atau jasa perencanaan keuangan untuk pengelolaan kekayaan pada masa depan, termasuk rencana pemberian warisan.

Dalam menawarkan produk, bank akan menyesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan nasabah. Karena itu, yang pertama dilakukan bank terhadap nasabah baru biasanya adalah memeriksa kondisi keuangan nasabah (financial check up).

Nasabah juga diharuskan mengisi formulir profil risiko untuk mengetahui apakah nasabah tergolong orang yang berhati-hati, moderat, atau berani mengambil risiko berinvestasi.

Bank juga mendengarkan keinginan-keinginan nasabah ke depan, seperti berapa hasil investasi yang diinginkan nasabah sehingga tetap bisa menopang gaya hidup meskipun telah pensiun.

Setelah mengetahui kondisi keuangan, keinginan, dan profil risiko nasabah, bank lalu membuat kalkulasi yang hasilnya adalah sebuah saran mengenai pilihan produk investasi.

Misalnya saja, harus ditaruh di asuransi sekian persen, diinvestasikan di saham sekian, di deposito sekian, dan seterusnya.

”Hal penting yang juga dilakukan bank kepada nasabah wealth management adalah aktif memberikan edukasi kepada nasabah mengenai investasi dan risikonya,” kata Direktur Konsumer BII Stephen Liestyo.

Kepala Jasa Wealth Management Bank Danamon Dyah Purwanti menambahkan, secara berkala penasihat keuangan juga akan me-review portofolio investasi nasabah yang disesuaikan dengan profil dan tujuan investasi, seiring dengan terus berubahnya dinamika kondisi ekonomi dan pasar dunia.

Karena itulah keandalan relationship manager (RM) sebagai penasihat keuangan nasabah amat penting. Untuk menjamin hal ini, bank biasanya mewajibkan para relationship manager untuk memiliki sertifikat wakil penjual reksa dana dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Relationship manager pun didorong mendapatkan sertifikat sebagai perencana keuangan (financial planner).

Bagi nasabah, penting pula untuk mengetahui perkembangan imbal hasil dari setiap instrumen investasi agar bisa memutuskan dengan tepat ke mana dana akan ditanamkan.

Terkait perkembangan imbal hasil (yield), saat ini terjadi pergeseran pada sejumlah instrumen investasi. Suku bunga deposito berjangka satu bulan yang menjadi primadona deposan cenderung turun lebih cepat dibandingkan imbal hasil Surat Perbendaharaan Negara (SPN), seperti obligasi negara ritel dan sukuk negara ritel.

Adanya kesepakatan bank- bank besar dan menengah untuk menurunkan suku bunga deposito secara bersama-sama mulai pertengahan 2009 membuat bunga deposito turun drastis. Bunga deposito berjangka satu bulan yang pada awal 2009 rata-rata masih 10,71 persen langsung turun signifikan menjadi rata-rata 6,77 persen pada akhir 2009. Ini berarti terjadi penurunan 394 basis poin.

Dalam kesepakatan tersebut, suku bunga deposito jangka satu bulan ditetapkan maksimal 50 basis poin di atas suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). Jadi, bank-bank besar dan menengah kini hanya menawarkan bunga deposito satu bulan maksimal 7 persen atau sama dengan bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan.

Imbal hasil Surat Perbendaharaan Negara yang diterbitkan pemerintah sebenarnya juga dalam tren menurun seiring dengan membaiknya peringkat utang Indonesia. Namun, penurunannya lebih lamban dibandingkan deposito berjangka satu bulan.

Sepanjang tahun 2009, SPN bertenor tiga tahun, misalnya, hanya turun sekitar 300 basis poin. Saat ini imbal hasil SPN bertenor 3 tahun sekitar 8,3 persen. Artinya, penurunan imbal hasil SPN tidak sedrastis penurunan suku bunga deposito.

Dengan kata lain, setelah memperhitungkan risiko, penempatan dana pada SPN lebih menguntungkan ketimbang deposito. Kedua produk ini bisa dibilang tanpa risiko karena deposito dijamin LPS, sementara SPN dijamin pemerintah.

Dengan imbal hasil yang relatif lebih menarik, Surat Utang Negara dan SPN akan menjadi pilihan investasi utama bagi investor, baik korporasi maupun ritel, pada 2010. Pilihan investasi berikutnya barulah deposito dan saham.

Salah satu surat perbendaharaan negara yang menjadi primadona masyarakat adalah sukuk ritel atau SPN ritel dengan skema syariah.

Terakhir, pemerintah menerbitkan sukuk syariah pada Februari 2010 dengan imbal hasil setara 8,7 persen per tahun. Keuntungan berinvestasi dalam sukuk ritel, antara lain, adalah aman, tidak bertentangan dengan prinsip syariah, imbalan setiap bulan, prosedur pembelian dan penjualan mudah, dapat diperdagangkan di pasar sekunder, dan pembayaran imbalan tepat waktu dan on line.

Jadi, Anda tinggal pilih mau di mana dana Anda ditanamkan?

No comments:

Post a Comment