Porsi aset perbankan terhadap PDB Indonesia tertinggal dari Filipina yang 49 persen, Vietnam 56 persen, Thailand 82 persen, Malaysia 103 persen, dan Singapura yang sebesar 127 persen. Adapun dari sisi kredit terhadap PDB, Indonesia juga tertinggal dari Filipina yang 31 persen, Thailand 70 persen, dan India yang 60 persen.
Komisaris Bank Mandiri Krisna Wijaya mengatakan, ada beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya peran perbankan dalam mendorong perekonomian.
Perbankan, kata Krisna, banyak menyalurkan kredit ke sektor- sektor yang kurang produktif, seperti kredit konsumsi.
Dampaknya, kredit yang disalurkan kurang signifikan dalam meningkatkan kapasitas perekonomian. Rendahnya kapasitas pada akhirnya membuat permintaan kredit juga rendah.
Selain itu, menurut Krisna, pemerintah kurang meningkatkan daya saing sektoral. Akibatnya, perbankan tak tertarik membiayai sektor industri yang sebenarnya berdampak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja dan sektor lainnya.
”Butuh dukungan dari berbagai instansi agar rasa aman dan kepastian dalam membiayai sektor produktif meningkat daya tariknya. Perlu ada kajian untuk melakukan redesain peraturan dan kebijakan dalam kredit investasi baik persyaratan-prosedur maupun aspek teknis perbankan. Tentu semua itu tetap dalam koridor prinsip kehati-hatian,” ujar Krisna.
Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi mengatakan, pihaknya berkomitmen terus menyalurkan kredit kecil dan mikro melalui koperasi. Untuk keperluan ini, Bukopin menciptakan model sendiri dengan membangun Swamitra, sebuah bentuk kemitraan antara koperasi dan Bukopin.
Menurut Glen, dengan pola swamitra, Bukopin tidak hanya menyalurkan pembiayaan, tetapi juga aktif membantu penggunaan teknologi informasi dan meningkatkan sistem manajemen koperasi. ”Kami akan terus menciptakan model-model pembiayaan untuk koperasi sehingga semakin banyak pelaku usaha mikro dan kecil yang mendapatkan pinjaman,” ujar Glen.
Pengurus swamitra Koperasi Nusantara Jaya Cirebon Sunarto mengatakan, keberadaan swamitra membantu petani lepas dari cengkeraman tengkulak yang membebani bunga tinggi. Dengan demikian, petani berpotensi mengumpulkan modal lebih untuk mendukung usahanya.
Sementara itu, Komisaris Bank Permata Tony Prasetiantono menyarankan perbankan harus lebih agresif ”menjemput bola” sampai pelosok-pelosok dengan membuka lebih banyak cabang. ”Bank-bank juga harus agresif masuk ke pembiayaan mikro karena peluang pasar masih besar. Mereka selama ini tidak bankable, perlu bantuan teknis agar bankable,” ujar Tony.
No comments:
Post a Comment