Akhir tahun 2014, maskapai penerbangan BUMN Garuda Indonesia mengangkat Arif Wibowo sebagai Direktur Utama perusahaan tersebut. Pengalaman Arif berkarir 24 tahun berkarir di Garuda dan sukses menjabat bos Citilink diyakini mampu memimpin prusahan bintang lima Sky Trex itu.
Namun, tugas Arif tak mudah. Kondisi eksternal yaitu harga avtur yang mahal, bea masuk komponen peswat yang mahal, dan kondisi ekonomi dunia tentu akan mempengaruhi pertumbuhan penerbangan nasional. Sementara itu, masalah di internal perusahaan juga tak kalah dasyat seperti kerugian keuangan Garuda dan utang yang membebani.
Tiga “Resep” sembuhkan Garuda
Namun, Arif nampak tak gentar. Ia mengaku sudah memiliki strategi tersendiri dalam menyongsong persaingan penerbangan domestik maupun internasional. "Pertama,revenue generator menjadi penting karena kita harus menghasilkan uang semaksimal mungkin," ujar Arif saat berbincang dengan akhir tahun 2014.
Tak cukup membangkitkan generator pendapatan perusahaan, Arif juga akan mencoba mengendalikan biaya operasi Garuda. "Kedua, cost driver kita restrukturisasi karena kita harus kompetitif karena tahun depan kita menghadapi stagnansi ekonomi yang berpengaruh kepada angkutan udara, sehingga kita harus yakin cost kita benar-benar kompetitif," kata dia.
Sementara untuk resep ketiga, dia menyatakan, akan memangkas biaya-biaya yang kurang maksimal memberikan pemasukan kepada Garuda "Ketiga, yang paling penting adalah kita pastikan secara finansial itu kita aman sampai satu tahun ke depan, prioritas saya dalam waktu dekat ini, metode banyak tapi salah satunya refinancing," ucap dia.
Hasrat kuasai penerbangan
Arif sangat yakin bahwa Garuda mampu kembali mengepakan sayap bisnisnya. Bahkan, dia menargetkan Garuda dan Citilink mampu menguasai 50 persen pangsa pasar penerbangan domestic dalam lima tahun ke depan. “Citilink aja marketnya 5 tahun kedepan sudah 28 persen, per tahun ini 15 persen. Nah Garuda kan sekarang hampir 30 persen, jadi Garuda dan Citilink paling enggak minimal 50 persen menguasai pasar,” kata pria asal Purwokerto itu.
Baginya, sebagai perusahan penerbangan BUMN yang besar, target 50 persen penguasaan pangsa pasar merupakan hal yang wajar. Meski begitu, Arif mengakui bahwa banyak pekerjaan rumah yang mesti ia selesaikan agar Garuda Indonesia grup mampu mewujudkan target tersebut.
Sementara itu, terkait persaing Garuda di regional, Arif tak mau menganggap remeh perusahaan penerbangan baru maupun lama. Meski mengaku persaingan airlines sangat ketat, pria yang masuk ke Garuda 24 tahun silam itu hanya ingin memenagi persaingan. “Jadi sebenarnya PR-nya masih banyak untuk itu, kita mesti menang untuk itu,” ucapnya.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menegaskan akan mencabut izin terbang maskapai yang tak punya lima pesawat sendiri. Hingga saat ini, banyak maskapai kecil masih menyewa pesawat untuk melakukan operasi. "Ya kalau enggak bisa (punya lima pesawat), izin dicabut," ujar Jonan di Kementerian BUMN, Kamis (15/1/2015) malam.
Jonan pun yakin masih banyak maskapai penerbangan yang tidak punya pesawat sendiri. Jika punya pun, Jonan menilai bahwa pesawat dari maskapai tersebut tidak sampai lima unit. "Mestinya ada yang belum punya lima pesawat," ungkap Jonan.
Sebelumnya diberitahukan, Jonan akan mencabut izin usaha maskapai berjadwal yang belum mempunyai lima pesawat sendiri. Jonan memberikan tenggat waktu sampai 30 Juni 2015 untuk semua maskapai
No comments:
Post a Comment