Wednesday, November 2, 2016

Fitch Ratings Cabut Peringkat Hutang Taksi Express

Fitch Ratings Indonesia telah menarik Peringkat Nasional Jangka Panjang untuk PT Ekspres Transindo Utama Tbk (Express) di level A- (idn) dengan outlook negatif. Peringkat tersebut telah ditarik tanpa penegasan. Analis Utama Fitch, Bernard Kie mengatakan pihaknya menarik peringkat tersebut karena Express telah memilih untuk berhenti berpartisipasi dalam proses pemeringkatan.

"Oleh karena itu, Fitch tidak lagi memiliki informasi yang cukup untuk mempertahankan rating. Dengan demikian, Fitch tidak akan lagi memberikan penilaian atau cakupan analisis untuk Express," ujarnya, Rabu (19/10)

Rating 'A' dalam Peringkat Nasional menunjukkan ekspektasi risiko gagal bayar yang rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lainnya di negara yang sama. Namun, perubahan keadaan atau kondisi ekonomi dapat mempengaruhi kapasitas pembayaran tepat waktu untuk tingkat yang lebih besar daripada yang terjadi dalam komitmen keuangan yang direfleksikan dengan rating yang lebih tinggi.

Sebelumnya, operator taksi ini akan menjual lahan dengan luas total 10,48 hektare guna membayar sebagian utang ke perbankan. Lahan milik perusahaan taksi tersebut tersebar di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang.

“Rencana kami pada tahun ini adalah memangkas utang bank sebesar 30-40 persen dari total Rp600 miliar. Salah satu opsi utama adalah dengan menjual aset kami yang tidak produktif, yaitu lahan,” ujar Direktur Keuangan Express David Santoso, pertengahan tahun ini. Sejauh ini, jelas David, perseroan masih menunggu penawaran dari pembeli yang serius.

Direktur Utama Express Daniel Podiman mengatakan, lahan di Bekasi merupakan yang terbesar, yaitu seluas 9,2 hektare. Sementara lahan di Tangerang memiliki luas 1,2 hektare dan di Jakarta seluas 800 meter persegi. “Ada beberapa yang lihat-lihat. Tapi belum ada serius. Ada sekitar 3-5 pihak dari mulai perseorangan sampai pengembang properti,” ujar Daniel.

Dari sisi kinerja keuangan, Express Transindo babak belur di paruh pertama 2016. Operator taksi berwarna putih tersebut menelan rugi bersih sebesar Rp42 miliar, berbalik negatif dari laba bersih Rp32,49 miliar.

Sejak awal, pendapatan Express Transindo sudah anjlok 26,71 persen menjadi Rp374,06 miliar. Rinciannya, di bisnis utama, pendapatan perusahaan turun 22,5 persen menjadi Rp333,77 miliar. Sementara, bisnis sewa kendaraan dan suku cadang masing-masing turun 58 persen dan 42 persen.

PT Express Transindo Utama Tbk akan menjual lahan dengan luas total 10,48 hektare guna membayar sebagian utang ke perbankan. Lahan milik perusahaan taksi tersebut tersebar di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang.

“Rencana kami pada tahun ini adalah memangkas utang bank sebesar 30-40 persen dari total Rp600 miliar. Salah satu opsi utama adalah dengan menjual aset kami yang tidak produktif, yaitu lahan,” ujar Direktur Keuangan Express David Santoso, Kamis (2/6). Sejauh ini, jelas David, perseroan masih menunggu penawaran dari pembeli yang serius. Direktur Utama Express, Daniel Podiman mengatakan, lahan di Bekasi merupakan yang terbesar, yaitu seluas 9,2 hektare. Sementara lahan di Tangerang memiliki luas 1,2 hektare dan di Jakarta seluas 800 meter persegi.

“Ada beberapa yang lihat-lihat. Tapi belum ada serius. Ada sekitar 3-5 pihak dari mulai perseorangan sampai pengembang properti,” ujar Daniel.  Soal harga, Daniel masih belum bisa memberikan angka pasti karena harga pasar di ketiga daerah itu berbeda. Namun, ia memastikan lahan perseroan di Jakarta akan menjadi yang paling mahal.

“Untuk harga lahan yang di Jakarta mungkin sekitar Rp40 juta-Rp50 juta per meter persegi. Sementara kalau yang di Tangerang lebih rendah, sekitar Rp5 juta-Rp6 juta per meter persegi,” katanya. Sebagai informasi, kinerja operator taksi Express ini mengalami penurunan pada tahun lalu dengan hanya mencatatkan laba bersih sebesar Rp32,25 miliar atau turun 72,83 persen jika dibandingkan dengan perolehan 2014 yang sebesar Rp118,71 miliar.

Sementara untuk tahun ini, David Santoso memprediksi kinerja perusahaan akan stagnan. Hal ini dikarenakan pelemahan daya beli masyarakat dan maraknya transportasi berbasis aplikasi daring (online).

No comments:

Post a Comment